Puluhan Hafiz Al-Qur’an MUQ Pidie Ikut Pelatihan Jurnalistik

9 January 2024, 19:17

SEDIKITNYA 50 santri hafiz dan hafizah Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, mengikuti pelatihan menulis berita. Mereka ialah para pelajar kelas III SMA setempat yang sekarang sedang menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 10 juz, 20 juz, dan 30 juz.

Latihan jurnalistik dan teknik menulis berita yang menghadirkan guru tamu dari wartawan Media Indonesia Amiruddin Abdullah Reubee itu digelar setiap Senin malam dan Jumat malam selama tiga pekan sampai enam kali pertemuan. Pertemuan pertama pada Senin (7/1) puluhan kader hafizh Al-Qur’an tersebut terlihat cukup antusias mengikuti jalannya acara mulai pukul 20.30-22.30 WIB.

Pelatihan semi training ini dilakukan untuk memotivasi anak didik melahirkan karya tulis. Dengan memahami beberapa unsur untuk melengkapi naskah tentu mereka mengetahui cara memulai dan mencurahkan semua isi karya tulis atau karya jurnalistik.

Baca juga: Wapres, Anies, Mahfud akan Hadiri Dhaup Ageng Pakualaman

Pimpinan atau Ketua Madrasah Ulumul Quran Kabupaten Pidie, DR Teungku Imran Abubakar M.Sy, Selasa (9/1), mengatakan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ulumul Qur’an, laksana binatang liar harimau. Setelah dengan susah payah menangkapkapnya tentu harus dikumpulkan dalam satu berkas atau ikatan yang kuat.

Ikatan kuat ilmu pengetahuan agar tidak hilang dan dapat terwarisi kepada generasi berikutnya tentu harus melahirkan karya tulis seperti kitab atau naskah lain. Sebelum melahirkan karya tulis, para santri harus menguasai ilmu tentang jurnalistik.

“Ikutilah pelatihan menulis dan teknik reportase ini dengan serius, tekun, dan sampai finis. Ini sangat berguna dan penting sekali, apalagi mulai tahun depan sudah berada di bangku kuliah yang berhadapan dengan dunia karya tulis hingga menyelesaikan skripsi,” tutur Teungku Imran.

Baca juga: Longsor dan Pohon Tumbang Landa Garut, Satu Orang Meninggal

Sedangkan guru tahfizh MUQ Pidie Teungku Syahrul Syamaun mengatakan ilmuwan atau seorang alim perlu menjadi pengarang untuk melahirkan karya ilmiah. Melalui kitab atau buku hasil karyanya dia akan mewarisi fatwa hingga berganti generasi.

Misalnya seorang ulama Aceh keturunan Turki, Syeh Muhammad Daud, yang berguru kepada Syeh Abdurrauf Syiah Kuala pada abad ke-16 M. Karya tulis Syeh Muhammad Daud itu bernama Kitab Masailal Mubtadin disusun sekitar 1691 M.

Kitab bertulisan arab berbahasa jawi ini hingga sekarang sudah mencapai cetakan yang ke-100 dan digunakan di lembaga pendidikan agama se-Asia Tenggara hingga Afrika. Lalu kita lapan yang disusun oleh ulama asal Kabupaten Pidie Jaya sekitar abad 18 M. Kitab ilmu fikih sederhana ini juga masih dipelajari hingga saat ini.

“Dengan berbekal ilmu menulis tentu bisa mencurahkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Dari manfaat ilmu yang terwarisi kepada generasi masa depan juga selalu mengalir pahala kepada pemilik karya ilmiah,” tambah Tengku Syahrul yang juga hafizh Qur’an 30 juz tersebut. (Z-2)

SEDIKITNYA 50 santri hafiz dan hafizah Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, mengikuti pelatihan menulis berita. Mereka ialah para pelajar kelas III SMA setempat yang sekarang sedang menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 10 juz, 20 juz, dan 30 juz.

Latihan jurnalistik dan teknik menulis berita yang menghadirkan guru tamu dari wartawan Media Indonesia Amiruddin Abdullah Reubee itu digelar setiap Senin malam dan Jumat malam selama tiga pekan sampai enam kali pertemuan. Pertemuan pertama pada Senin (7/1) puluhan kader hafizh Al-Qur’an tersebut terlihat cukup antusias mengikuti jalannya acara mulai pukul 20.30-22.30 WIB.

Pelatihan semi training ini dilakukan untuk memotivasi anak didik melahirkan karya tulis. Dengan memahami beberapa unsur untuk melengkapi naskah tentu mereka mengetahui cara memulai dan mencurahkan semua isi  karya tulis atau karya jurnalistik.

Baca juga: Wapres, Anies, Mahfud akan Hadiri Dhaup Ageng Pakualaman

Pimpinan atau Ketua Madrasah Ulumul Quran Kabupaten Pidie, DR Teungku Imran Abubakar M.Sy, Selasa (9/1), mengatakan berbagai ilmu pengetahuan, termasuk ulumul Qur’an, laksana binatang liar harimau. Setelah dengan susah payah menangkapkapnya tentu harus dikumpulkan dalam satu berkas atau ikatan yang kuat.

Ikatan kuat ilmu pengetahuan agar tidak hilang dan dapat terwarisi kepada generasi berikutnya tentu harus melahirkan karya tulis seperti kitab atau naskah lain. Sebelum melahirkan karya tulis, para santri harus menguasai ilmu tentang jurnalistik.

“Ikutilah pelatihan menulis dan teknik reportase ini dengan serius, tekun, dan sampai finis. Ini sangat berguna dan  penting sekali, apalagi mulai tahun depan  sudah berada di bangku kuliah yang berhadapan dengan dunia karya tulis hingga menyelesaikan skripsi,” tutur Teungku Imran.

Baca juga: Longsor dan Pohon Tumbang Landa Garut, Satu Orang Meninggal

Sedangkan guru tahfizh MUQ Pidie Teungku Syahrul Syamaun mengatakan ilmuwan atau seorang alim perlu menjadi pengarang untuk melahirkan karya ilmiah. Melalui kitab atau buku hasil karyanya dia akan mewarisi fatwa hingga berganti generasi.

Misalnya seorang ulama Aceh keturunan Turki, Syeh Muhammad Daud, yang berguru kepada Syeh Abdurrauf Syiah Kuala pada abad ke-16 M. Karya tulis Syeh Muhammad Daud itu bernama Kitab Masailal Mubtadin disusun sekitar 1691 M.

Kitab bertulisan arab berbahasa jawi ini hingga sekarang sudah mencapai cetakan yang ke-100 dan digunakan di lembaga pendidikan agama se-Asia Tenggara hingga Afrika. Lalu kita lapan yang disusun oleh ulama asal Kabupaten Pidie Jaya sekitar abad 18 M. Kitab ilmu fikih sederhana ini juga masih dipelajari hingga saat ini.

“Dengan berbekal ilmu menulis tentu bisa mencurahkan ilmu pengetahuan  yang kita miliki. Dari manfaat ilmu yang terwarisi kepada generasi masa depan juga selalu mengalir pahala kepada pemilik karya ilmiah,” tambah Tengku Syahrul yang juga hafizh Qur’an 30 juz tersebut. (Z-2)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi