Pukulan Orangtua Bisa Tinggalkan Luka yang Tak Sembuh

Pukulan Orangtua Bisa Tinggalkan Luka yang Tak Sembuh

JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagikan laporan baru terkait hukuman fisik yang membahayakan kesehatan anak-anak. Hukuman fisik disebut menyebabkan kerusakan yang signifikan bagi kesehatan dan perkembangan anak.

Secara global diperkirakan 1,2 miliar anak berusia 0-18 tahun menjadi sasaran hukuman fisik di rumah mereka setiap tahun. Data di 58 negara menunjukkan bahwa 17 persen anak-anak mengalami hukuman fisik dalam sebulan.

Pemukulan fisik yang dialami mulai dari pukulan di kepala, wajah, telinga, atau dipukul dengan keras secara berulang kali. Ini tidak hanya terjadi di rumah, tetapi juga di sekolah.

Seperti di seluruh Afrika dan Amerika Tengah, sekitar 70 persen anak-anak mengalami hukuman fisik selama bertahun-tahun sekolah, dibandingkan dengan sekitar 25 persen di wilayah Pasifik Barat.

“Sekarang ada bukti ilmiah yang luar biasa menunjukkan bahwa hukuman fisik membawa banyak risiko bagi kesehatan anak-anak,” kata Direktur Departemen WHO untuk Penentu Kesehatan, Promosi, dan Pencegahan, Etienne Krug, dikutip dari laman resmi WHO, pada Kamis, 21 Agustus 2025.

Pada laporan tersebut dijabarkan bahwa hukuman fisik sebenarnya tidak memberikan dampak baik bagi perilaku dan kesejahteraan anak-anak.

“Itu tidak memberikan manfaat bagi perilaku, perkembangan, atau kesejahteraan anak-anak dan juga tidak bermanfaat bagi orang tua atau masyarakat,” tuturnya.

Perlu diketahui bahwa anak-anak yang sering mendapat hukuman fisik tidak hanya mengalami cedera langsung, tetapi juga kesehatan mental bisa terganggu. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan pada kecemasan, depresi, harga diri yang rendah, dan ketidakstabilan emosional.

Efek-efek ini bisa bertahan hingga dewasa, yang pada akhirnya bisa menyebabkan tingkat kecemasan makin tinggi, penyalahgunaan zat, bahkan keinginan untuk bunuh diri juga meningkat. Oleh karena itu, hukuman fisik sebaiknya diakhiri baik di rumah maupun di sekolah.

“Sudah waktunya untuk mengakhiri praktik berbahaya ini untuk memastikan anak-anak berkembang di rumah dan di sekolah,” pungkasnya.