Puasa, Perjalanan Spiritual Menuju Kedekatan Ilahi

Puasa, Perjalanan Spiritual Menuju Kedekatan Ilahi

Puasa Ramadan sebagai salah satu rukun Islam tidak hanya dipandang sebagai ibadah yang bersifat lahiriah, juga memiliki dimensi batiniah yang sangat dalam. Dalam khazanah tasawuf, puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum, juga merupakan  perjalanan spiritual yang mendalam menuju kedekatan dengan Allah Swt. 

Dalam tasawuf, puasa dipandang sebagai sarana untuk membersihkan diri dari segala sifat tercela dan penyakit hati yang dapat menghalangi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, seorang muslim belajar untuk mengendalikan hawa nafsu, menundukkan ego, serta membersihkan hati  dari segala bentuk iri, dengki, dan sifat-sifat buruk lainnya. 

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: 

 َهاَح َم ْن َز ّٰكىلَقَدْ اَفْ 

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS Asy-Syams: 9) 

Ayat ini menunjukkan bahwa salah satu kunci keberuntungan adalah menyucikan jiwa.  Puasa sebagai salah satu bentuk ibadah dapat menjadi sarana untuk membersihkan dan  menyucikan jiwa dari segala kotoran yang dapat menghalangi seorang hamba untuk  mendekatkan diri kepada Allah Swt. Puasa menjadi perjalanan transformatif yang membantu seorang muslim membersihkan diri  dari sifat-sifat tercela, mendekatkan diri kepada Allah Swt, dan mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi. 

Manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna sering kali terjerumus dalam perbuatan dosa  dan maksiat. Sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki, sombong, ria, dan lainnya, dapat mengotori  hati dan jiwa, menjauhkan manusia dari rahmat Allah Swt. Puasa dengan menahan diri dari segala yang membatalkan dapat membantu seorang muslim mengendalikan hawa nafsu dan  menundukkan ego yang sering kali menjadi pendorong perbuatan dosa. 

Rasulullah SAW bersabda,”Puasa itu adalah perisai.” (HR Bukhari dan Muslim) 

Hadis ini menjelaskan bahwa puasa dapat menjadi perisai bagi seorang muslim dari segala perbuatan dosa dan maksiat. Dengan berpuasa, seorang muslim diharapkan dapat lebih mampu mengendalikan diri dari segala godaan yang dapat menjerumuskan ke dalam perbuatan yang  tidak diridai oleh Allah Swt. 

Puasa juga merupakan latihan rohani yang intensif. Dalam Ramadan, seorang muslim diajak  untuk memperbanyak ibadah, seperti salat tarawih, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa.  Semua amalan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas spiritualitas seseorang, sehingga ia dapat merasakan kedekatan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta.

Ramadan merupakan waktu yang tepat bagi seorang muslim untuk melakukan introspeksi diri. Dengan berpuasa, seseorang memiliki kesempatan untuk merenungi perbuatan-perbuatan yang  telah dilakukan, mengevaluasi diri, serta memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik. Puasa menjadi momentum untuk bertobat kepada Allah Swt atas segala dosa dan kesalahan  yang telah diperbuat. 

Puasa juga merupakan manifestasi cinta seorang hamba kepada Allah Swt. Dengan berpuasa, seorang muslim menunjukkan bahwa ia lebih mengutamakan perintah Allah Swt daripada segala kenikmatan duniawi. Puasa menjadi bukti bahwa seorang hamba rela menahan lapar dan  haus demi meraih rida Allah Swt. 

Dalam tasawuf, puasa dapat menjadi jalan menuju makrifatullah, yaitu pengenalan yang  mendalam tentang Allah Swt. Dengan berpuasa, seorang hamba diharapkan dapat merasakan kehadiran Allah Swt dalam setiap aspek kehidupannya. Puasa membantu seseorang untuk membuka hijab yang menutupi hatinya, sehingga ia dapat melihat kebesaran dan keindahan  Allah Swt. 

Tingkatan Puasa 

1. Puasa awam. Puasa ini adalah tingkatan puasa yang paling dasar, yaitu menahan diri  dari makan, minum, dan segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga  terbenam matahari. 

2. Puasa khawas. Puasa ini adalah tingkatan puasa yang lebih tinggi, yaitu tidak hanya  menahan diri dari makan dan minum, juga menjaga anggota tubuh dari perbuatan dosa dan maksiat. 

3. Puasa khawasulkhawas. Puasa ini adalah tingkatan puasa yang paling tinggi, yaitu menjaga hati dari segala pikiran yang buruk dan hanya fokus kepada Allah SWT. 

Selain berpuasa, setidaknya ada empat amalan lain yang sangat dianjurkan untuk dilakukan dalam Ramadan, yakni: 

1. Membaca Al-Qur’an. Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Oleh karena itu,  umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan ini. 

2. Salat tarawih. Salat tarawih adalah salat sunah yang hanya dilakukan selama Ramadan. Salat ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan karena memiliki keutamaan  yang besar. 

3. Bersedekah. Ramadan adalah bulan yang tepat untuk memperbanyak sedekah. Dengan  bersedekah, seorang muslim tidak hanya membantu sesama, juga mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

4. Memperbanyak zikir dan doa: Zikir dan doa adalah amalan yang sangat dianjurkan selama Ramadan. Dengan memperbanyak zikir dan doa, seorang muslim akan semakin  dekat dengan Allah Swt. 

Kesimpulan 

Puasa Ramadan adalah ibadah yang sangat istimewa. Selain memiliki dimensi lahiriah, puasa  juga memiliki dimensi batiniah yang sangat dalam. Dalam tasawuf, puasa dipandang sebagai  perjalanan spiritual yang mendalam menuju kedekatan dengan Allah Swt. Dengan memahami makna puasa dari sudut pandang tasawuf, seorang muslim dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran dan meraih hikmahnya secara optimal.

Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)