JAKARTA – Direktur Utama PT Timah Tbk (TINS) Restu Widiyantoro mengungkapkan jika saat ini perusahaannya belum bisa melakukan kegiatan penambangan di beberapa wilayah. Hal ini kemudian menyebabkan capaian produksi perusahaan terus anjlok dari tahun ke tahun.
Restu mengaku PT Timah membutuhkan dukungan dari DPR RI terkait percepatan regulasi untuk menggenjot produksi perusahaan. Ia mencontoh tambang laut Oliver yang terletak di Laut Belitung yang belum bisa ditambang karena perizinan yang mandek selama 1,5 tahun.
“Di wilayah Belitung, di salah satu misalnya di perairan Oliver.Di Oliver itu kami sudah merencanakan dari hampir dua tahun yang lalu, tetapi urusan administrasi saja sampai dengan saat ini kami masih membutuhkan satu setengah tahun untuk proses mendapatkan izin,” ujar Restu yang dikutip Selasa, 23 Feruari.
Padahal, kata dia, pengurusan izin sudah banyak dibantu oleh banyak kementerian/lembaga namun masih menemukan banyak hambatan pada proses pengurusan izinnya.
“Untuk pengurusan administrasi saja misalnya di satu lokasi, satu setengah tahun kami masih membutuhkan menghadap, berkunjung ke kantor-kantor di Jakarta untuk mendapatkan izin itu. Itu baru untuk administrasi,” sambung dia.
Tak hanya administrasi, menurutnya, PT Timah juga masih membutuhkan banyak waktu selama 1 hingga 2 tahun untuk persiapan kegiatan pertambangan.
“Persiapan kegiatan penambangan kami juga kira-kira masih membutuhkan antara satu sampai dua tahun sampai bisa mulai aktivitas penambangan,” beber dia.
Padahal, berdasarkan data PT Timah, tambang laut Oliver memiliki potensi sumber daya sebesar 38.900 ton timah.
Tak hanya Timah, Restu mengaku masih ada beberapa wilayah kerja lain yang belum bisa tertambang karena mandeknya proses administrasi karena terdapat perubahan zonasi yang membuat sejumlah wilayah tidak bisa memperpanjang izinnya.
Sebelumnya PT Timah melaporkan penurunan produksi bijih timah sebesar 32 persen year on year dari sebelumnya sebesar 10.250 ton menjadi hanya sebesar 6.997 ton.
Penurunan produksi bijih timah juga ikut memengaruhi penurunan produksi logam timah di semester I tahun 2025.
Produksi logam timah di 6 bulan pertama tahun 2025 tercatat sebesar 6.870 ton dibandingkan semester I tahun 2024 yang tercatat sebesar 9.675 atau turun sebesar 29 persen yoy. Adapun RKAP tahun 2025 tercatat sebesar 21.545 ton.
Dari sisi penjualan logam, PT timah mencatat telah menjual 5.983 ton logam timah atau mengalami penurunan sebesar 28 persen yoy dibandingkan semester I 2024 yang terjual sebesar 8.299 metrik ton.
