Bisnis.com, JAKARTA – PT Pertamina (Persero) konsisten mendukung transisi energi berkelanjutan melalui inovasi pengembangan berbagai produk rendah karbon. Komitmen ini juga mendukung program pemerintah untuk menekan neraca impor migas.
Wakil Direktur Utama Pertamina, Oki Muraza, mengatakan sejumlah inovasi yang telah diluncurkan, antara lain Pertamax Green, Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan Renewable Diesel (RD).
“Pertamina tidak hanya berfokus pada ketahanan energi nasional, tetapi juga berperan aktif menurunkan emisi dan menciptakan ekosistem energi yang lebih hijau,” ujar Oki dalam keterangan resmi, Jumat (10/10/2025).
Untuk produk bahan bakar, Pertamina telah menghadirkan Pertamax Green 95 dengan RON 95 dan kandungan sulfur di bawah 50 ppm (Euro IV). Produk berbasis bioetanol ini mampu mengurangi ketergantungan impor bensin sekaligus mendorong ekonomi lokal berbasis energi terbarukan.
Pihaknya mencatat, nantinya dengan adanya penggunaan Bioetanol dalam negeri dapat mensubstitusi bensin impor sehingga mampu mengurangi defisit neraca perdagangan impor bensin yang saat ini setara US$ 12,4 miliar (Rp200 triliun), menurunkan emisi karbon sektor transportasi, serta menggerakkan ekonomi untuk para petani.
Selain itu, Pertamina juga mendorong produksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) berbasis minyak jelantah yang pertama kali digunakan dalam penerbangan Pelita Air Jakarta–Bali pada 20 Agustus 2025.
Terobosan ini menjadikan Pertamina menjadi produsen SAF co-processing pertama di Asean, dengan ekosistem pasok dari pengumpulan minyak jelantah hingga pemanfaatan oleh maskapai nasional. Produk SAF juga telah bersertifikasi International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan mampu menurunkan emisi karbon penerbangan hingga 84%.
“Teknologi SAF ini sepenuhnya dikembangkan oleh insinyur dalam negeri, membuktikan kapasitas Indonesia sebagai regional champion energi hijau,” tegas Oki.
Di sektor Diesel, Pertamina telah menerapkan B40. “Program Biodiesel B40 Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia, sehingga Indonesia dapat sepenuhnya mandiri dalam pemenuhan kebutuhan solar domestik,” tambah Oki.
Inovasi lainnya adalah Renewable Diesel (RD), bahan bakar nabati berbasis hidrogenasi minyak sawit. Keunggulannya stabilitas oksidasi lebih baik, tidak mudah menyerap air, serta efisiensi pembakaran lebih optimal dibandingkan biodiesel konvensional.
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
