Berdasarkan kesepakatan di Badan Pangan Nasional (Bapanas), serapan 83.000 ton tahap pertama serapan oleh ID Food dan pedagang harus tuntas. Setelah itu, sisa produksi berikutnya sepenuhnya diambil pedagang.
“Jika ID Food tidak segera menuntaskan kuota Rp900 miliar untuk petani tebu di bawah PT SGN dalam pekan ini, maka swasembada akan sulit,” kata Edy.
Selain gula, lanjutnya, keresahan petani juga terkait harga tetes tebu yang anjlok, ujar dia. Dampak dari pembebasan bea masuk impor molases membuat harga tetes jatuh dari Rp2.700–3.000 per kg pada 2024, kini hanya Rp900–1.200 per kg. Kondisi itu menekan pendapatan petani secara signifikan.
APTRI mengharapkan industri pergulaan nasional semakin baik sehingga persoalan serapan gula tidak terulang, serta memberikan kepastian bagi petani agar lebih bergairah menanam tebu pada musim berikutnya.
“Kami (APTRI) mengucapkan apresiasi dan terima kasih pada pihak yang telah melakukan penyerapan gula petani, khususnya pada pemerintah melalui Danantara, PT SGN, Gulavit dan pedagang yang berada di Jawa Timur, sehingga kontribusi ini bisa terus membantu keberlangsungan bersama,” kata Edy.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5355544/original/005798100_1758342681-2d4bbc22-39ab-4cfd-933d-706fc2e32339.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)