Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah prasasti Paleo-Arab pada sebuah batu besar di dekat reruntuhan masjid di Arab Saudi mungkin diukir oleh Hanzhalah bin Abi Amir, seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
Hal tersebut diketahui dari hasil analisis oleh para peneliti dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April.
Tidak seperti teks sebelumnya, prasasti ini diukir pada awal abad ketujuh sebelum Islam mendominasi Arab, sehingga menjadikannya saksi penting bagi Hijaz pra-Islam (wilayah tempat Mekah berada) dan latar belakang agama islam.
Temuan ini memberikan pencerahan tentang masa-masa awal Islam, kata para peneliti.
“Berlawanan dengan kepercayaan yang dipegang secara umum bahwa Islam lahir dalam cahaya penuh sejarah, kita tidak tahu banyak tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer,” kata Ahmad Al-Jallad, seorang profesor studi Arab di The Ohio State University dan salah satu penulis studi tersebut.
“Periode waktu itu diselimuti misteri. Prasasti-prasasti ini memberikan dasar yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah berbasis bukti dari periode ini,” terangnya, dikutip dari Live Science, Kamis (20/3/2025).
Yusef Bilin, seorang kaligrafer Turki yang mengunjungi sebuah masjid kuno di kota Taif, melihat dua prasasti di sebuah batu besar yang berjarak sekitar 100 meter. Pada tahun 2021, ia membawanya ke para penulis penelitian ini.
Prasasti-prasasti itu ditulis dalam aksara Paleo-Arab, yang menggambarkan fase akhir pra-Islam dari alfabet Arab. Penulis prasasti atas dan bawah mengidentifikasi diri mereka sebagai Ḥanẓhalah, putra ʿAbd-ʿAmr-w dan Abd al-ʿUzzē, putra Sufyān.
Teks tersebut diterjemahkan menjadi “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku Ḥanẓhalah [putra] ʿAbd-ʿAmr-w, aku mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan” dan “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, aku ʿAbd al-ʿUzzān putra Sufyān, aku mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan.”
Para penulis mempelajari biografi Muslim tradisional tentang Muhammad dan catatan silsilah orang Arab dan menemukan bahwa kombinasi nama-nama ini sangat jarang terjadi.
Satu orang dengan nama Ḥanẓhalah, yang ayahnya bernama ʿAbd-ʿAmr, memenuhi syarat. Orang ini berasal dari suku Aws, yang berbasis di Yatsrib (sekarang dikenal sebagai Madinah). Ia disebut sebagai sahabat Muhammad dalam literatur Islam awal.
Penggunaan bahasa Paleo-Arab dengan mudah menempatkan prasasti-prasasti ini pada akhir abad keenam atau awal abad ketujuh dan sangat cocok dengan garis waktu Hanzalah, yang meninggal dalam pertempuran Uhud pada tahun 625 Masehi.
Kedua ada nama ʿAbd al-ʿUzzē yang merujuk pada dewi pagan Arab al-Uzza, yang lebih jauh lagi mendukung gagasan bahwa prasasti-prasasti tersebut dibuat oleh orang-orang yang bukan pengikut Muhammad – atau setidaknya belum.
Analisis ini mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa Hanzalah kemungkinan besar sama dengan yang dikaitkan dengan Muhammad dan bahwa ia mengukir kata-kata ini saat bepergian melalui Taif, mungkin dengan seseorang bernama ʿAbd al-ʿUzzē, sebelum ia masuk Islam.
“Pada dasarnya tidak dapat dibayangkan bahwa prasasti ini dibuat setelah Muhammad mulai menyebarkan Islam, karena orang-orang di Taif sangat memusuhinya, dan kecil kemungkinan salah satu pengikutnya pergi ke sana dan meninggalkan prasasti ini,” ujar salah satu penulis penelitian, Hythem Sidky, direktur eksekutif Asosiasi Studi Alquran Internasional di Washington, D.C.
Al-Jallad menambahkan bahwa patina pada prasasti dan pola pelapukan menunjukkan bahwa prasasti tersebut telah ada di sana dalam waktu yang lama, sehingga mengesampingkan kemungkinan pemalsuan modern.
James Montgomery, seorang profesor Studi Arab dan Timur Tengah di University of Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berpendapat bahwa identifikasi tersebut kemungkinan besar akurat.
Namun, ia tidak yakin dengan klaim bahwa Hanzhalah yang disebutkan dalam prasasti tersebut adalah Hanzhalah yang sama dengan yang ada dalam di sejarah Islam.
“Saya ingin menunda penilaian sampai kita memiliki dua prasasti lain yang juga memenuhi kriteria penanggalan yang ketat yang digunakan oleh para penulis,” katanya.
(dem/dem)