JAKARTA – Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menyayangkan isu penciptaan lapangan kerja tak dibahas di dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2026.
Peneliti Departemen Ekonomi CSIS Riandy Laksono menilai, seharusnya pemerintah menaruh perhatian serius terhadap isu penciptaan lapangan kerja lantaran diyakini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi RI.
“Memang isu penciptaan lapangan kerja sudah lemah untuk waktu lumayan lama dan ini tidak menjadi perhatian di dalam RAPBN ataupun pidato kenegaraan yang menjadi arah kebijakan (pemerintah) ke depannya,” ujar Riandy dalam media briefing bertajuk RAPBN 2026: Menimbang Janji Politik di Tengah Keterbatasan Fiskal, dipantau secara daring, Senin, 18 Agustus.
Terlebih, kata Riandy, saat ini industri manufaktur sebagai mesin pencipta lapangan kerja utama pun belum benar-benar pulih sejak asian financial crisis (AFC) atau Krisis Finansial Asia 1997.
Pasalnya, setelah Krisis Finansial Asia 1997, pertumbuhan industri manufaktur RI sudah tak mampu lagi tumbuh double digit di kisaran 10-12 persen.
“Kenapa kami ingin sekali meng-highlight isu penciptaan lapangan kerja? Karena memang ini menjadi perhatian dan menjadi isu di lapangan sekarang ini, kenapa? Karena manufaktur sebagai mesin pencipta lapangan kerja utama ini belum benar-benar pulih sejak asian financial crisis (AFC),” katanya.
Menurut Riandy, belum pulihnya pertumbuhan industri manufaktur itu yang menyebabkan stagnasi terhadap pertumbuhan ekonomi RI dalam kurun waktu terakhir ini.
“Jadi, back in the day manufaktur ini menjadi ular ekonomi growth (pertumbuhan), tumbuh double digit sekitar 10-12 (persen). Itu yang menyebabkan ekonomi kami tumbuh dan penerapan tenaga kerja banyak. Sekarang pertumbuhan manufaktur kami nggak lagi secepat itu, sehingga pertumbuhan ekonomi juga ikut lambat,” terang Riandy.
Riandy menilai, pemerintah seharusnya menaruh perhatian lebih ke industri pengolahan. Pasalnya, sektor tersebut yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan cukup banyak ketimbang sektor-sektor lainnya.
“Kenapa lagi-lagi industri pengolahan, karena industri pengolahan atau manufaktur adalah pencipta lapangan kerja berkualitas nomor satu di Indonesia dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya kalau kami bisa agregasi secara kecil-kecil,” jelas Riandy.
Namun demikian, lanjut dia, pihaknya menyayangkan isu penciptaan lapangan kerja tak menjadi pembahasan yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat berpidato dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2026 belum lama ini.
“Jadi, dapat dipahami kenapa isu lapangan kerja ini menjadi makin bermasalah sekarang ini,” pungkasnya.
