Tak ada yang mengira yayasan ini akan maju berkembang dan bertahan hingga usai 51 tahun pada 23 Agustus kemarin. Maklum, yayasan ini didirikan hanya bermodal Rp 100 ribu. Uang tersebut merupakan patungan dengan Zaleha, istri Ibnu Sutowo.
Namun dengan kegigihan dan kerja keras kala itu, yayasan ini bertahan, maju dan berkembang.
Yayasan kemudian melahirkan sejumlah karya sejarah, salah satunya adalah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 1975, Taman Anggrek Indonesia Permai, dan juga Perpustakaan Nasional.
Tak hanya itu, yayasan ini juga berkiprah di bidang kesehatan dengan mendirikan sejumlah rumah sakit, seperti Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita pada 1979 dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.
Putri Sulung Ibu Tien, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut punya cerita tersendiri tentang kegigihan ibunya di bidang sosial, pendidikan dan juga kesehatan, termasuk kiprahnya bersama Yayasan Harapan Kita.
Menurutnya, jauh sebelum orang Indonesia membicarakan antropolog terkenal Marcell Maus dengan teori The Gift-nya, Ibu Tien telah lama percaya dengan kekuatan tolong menolong. Dia yakin dengan semangat memberi akan menerangi kehidupan manusia.
“Dengan sedikit akses, paling tidak dia istri seorang presiden, Ibu Tien berusaha membicarakan dan mewujudkan ide tolong-menolong itu menjadi nyata,” ucap Mbak Tutut di acara Milad 51 Tahun Yayasan Harapan Kita dan 33 Tahun Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan di Gedung Granadi Jakarta, Jumat 23 Agustus 2019.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5325294/original/014920900_1755950936-99a33d6a-827b-4ecf-9a16-1d02886302da.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)