Presiden Prabowo juga mengungkapkan bagaimana dirinya sering menjadi sasaran ejekan publik, terutama karena tidak tampil sering di hadapan media. Namun ia menganggap hal tersebut sebagai bagian dari risiko yang harus ia terima.
Istilah “omon-omon” (omong kosong) bahkan kini menjadi populer di tengah masyarakat, yang menurutnya lahir dari kejujuran dan kekesalannya terhadap gaya politik yang hanya berisi kata-kata tanpa aksi nyata.
“Nah dan saya percaya, saya berpendapat rakyatpun akan menilai dengan hasil, saya memang sering diejek karena saya membuka kesempatan untuk diejek. Saya gak suka orang yang hanya omon-omon, akhirnya omon-omon menjadi populer dipakai di seluruh Indonesia. Saya gak suka hanya omon-omon terus terang saja,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prabowo membagikan cerita tentang bagaimana sejak penetapan dirinya sebagai pemenang oleh KPU, ia dan tim kecilnya langsung bekerja dalam diam.
“Begitu saya ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU, saya mengumpulkan tim kecil dan kita mulai bekerja. Lima bulan kita kerja terus tanpa diliput media, kadang-kadang diliput media kerjanya jadi sulit, akrena media ingin bukti seketika,” ujar Prabowo.
Tahapan Sistematis Mulai Perencanaan
Menurutnya, pembangunan membutuhkan tahapan yang sistematis, mulai dari perencanaan yang matang, pengumpulan data yang akurat, seleksi sumber daya manusia yang tepat, hingga pelaksanaan yang disiplin dan konsisten.
Bahkan setelah pelaksanaan pun, butuh waktu untuk melihat hasilnya. Ia mengibaratkan proses tersebut seperti menanam pohon.
“Gak bisa kita tanam pohon kita minta buahnya turun lusa, tidak mungkin, ini melawan hukum alam. Kita cari benih yang abgus, tanah yang baik, harus ada sumber air, cuaca yang baik, kita tanam dan rawat. Mungkin hasilnya 5-6 tahun,” ujarnya.