Jakarta, CNN Indonesia —
Politikus sayap kiri Israel Ayman Odeh pernah mencap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai sosok pemimpin psikopat.
Odeh menuding Netanyahu tak segan untuk menyingkirkan siapa pun yang menentangnya.
Dalam kicauannya yang diunggah pada 2019, Netanyahu dicap psikopat lantaran menyebarkan kebencian dan kekerasan kepada orang-orang Arab, Yahudi sayap kiri, bahkan hingga anggota partainya sendiri.
“Kebencian dan kekerasan Netanyahu menyebar cepat. Arab, Yahudi sayap kiri, jurnalis, sistem peradilan, dan bahkan anggota partainya sendiri diserang secara ideologis,” cuit Odeh melalui Twitter/X.
“Perdana Menteri ini adalah seorang psikopat yang berbahaya dan tak kenal batas. Seorang kriminal dengan situasi yang sulit. Adakah yang ragu ia akan menyangkal motif politik pada pembunuhan berikutnya?” lanjutnya dalam cuitan tersebut seperti dikutip dari Times of Israel pada Rabu (6/12).
Cuitan tersebut pada masa itu muncul setelah politikus Ahmad Tibi digeruduk aktivis sayap kanan dalam acara budaya dan politik Shabbat di kota Ramat Hasharon.
Kala itu, Tibi dituduh sebagai teroris hingga pembunuh. Beberapa poster protes bahkan berbunyi “Anda tidak diizinkan tinggal di sini,” hingga “Pendukung teroris– dilarang di kota ini.”
Gelombang protes itu muncul lantaran Netanyahu dan para pendukungnya, tanpa bukti kuat, menganggap Tibi dan anggota parlemen Arab sebagai pendukung Hamas dan Palestina.
Netanyahu juga disebut menggunakan bahasa rasis untuk menyerang anggota parlemen Arab karena saat itu terjadi kebuntuan politik yang melumpuhkan negara selama setahun lebih.
Posisi Netanyahu sekarang juga kian terpojok lantaran ditinggal sekutunya di Kabinet Perang. Dalam laporan Al Jazeera, Menteri Ekonomi Partai Likud Nir Barkat menyatakan tidak akan mendukung Netanyahu lagi sekaligus menantang kepemimpinannya di Partai Likud setelah perang berakhir.
Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.
“Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.
Sementara itu, Netanyahu dan Israel hingga kini masih melancarkan serangan kepada Palestina. Agresi sejak 7 Oktober itu telah menyerang warga dan objek sipil.
Total korban imbas serangan Israel terhadap Palestina itu pun telah mencapai lebih dari 16 ribu jiwa. Agresi itu juga terus berlanjut meski sempat terjadi gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan di Palestina, Hamas.
(frl/rds)