Polisi di Mojokerto Sukses Kembangbiakan Burung Kakatua Tua Jambul Kuning

Polisi di Mojokerto Sukses Kembangbiakan Burung Kakatua Tua Jambul Kuning

Mojokerto (beritajatim.com) – Seorang polisi yang berdinas di Polsek Pacet, Polres Mojokerto sukses mengembangbiakan burung Kakatua Jambul Kuning dan beberapa jenis burung dilindungi lainnya. Langkah ini diambil Aipda Ahmad Sodig lantaran keprihatinannya sudah jarang melihat burung lokal di lingkungan sekitar.

“Karena burung lokal seperti ciblek, prenjak, cendet sudah mulai punah sehingga kita mulai mengembangbiakan di tahun 2007. Kalau di rumah sini mulai tahun 2009, memang kita (keluarga) pecinta burung. Awalnya pelihara burung tidak di sangkar kita liarkan di sekitar rumah,” ungkapnya, Selasa (18/2/2025).

Tak seperti kebanyakan peternak lainnya, ia lebih memilih mengembangbiarkan di alam terbuka. Sodig membeli sepasang burung dari pasar kemudian dipelihara dan saat besar dilepasliarkan di alam. Sementara untuk burung Kakatua Jambul Kuning mulai dikembangbiarkan sejak tahun 2020 yang awalnya hanya sepasang.

“Kita biarkan liar di sekitar rumah tapi tetap kita suplai makanan, tahun 2021 bertelur hanya satu telur dan menetas. Kalau jenis yang dikembangbiakan banyak dari Kakatua, burung lokal kayak Ciblek, Prenjak Merah, Gelatik, Pentet, Branjangan, Betet Jawa semua kita lepaskan cuma kita beri suplai makanan akhirnya mereka balik tapi tetap produksi di luar,” bebernya.

Selain burung lokal dan Kakatua Jambul Kuning, Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhanbinkamtibmas) Desa Mojokembang ini juga mengembangbiarkan berbagai jenis ayam dan kucing. Mulai dari Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau dan Kucing Macan Akar Hutan.

“Ayam dan kucing itu awalnya dikasih dari warga karena mereka tahu kita mengembangbiarkan dan melestarikan satwa langka yang hampir punah. Untuk kebutuhan makan ya, saya menyisihkan sedikit gaji. Kita pribadi karena melakukan pelestarian ya harus bertanggungjawab dengan kelangsungan hidup mereka,” paparnya.

Sodig mengaku, banyak dari masyarakat yang juga memberikan bantuan untuk makan. Ini setelah ia mengenalkan berbagai satwa langka tersebut ke media sosial (medsos). Ia memberikan sosialisasi cara mengembangbiakan dan setiap perkembangan burung yang dikembangbiarkan selalu diunggah di medsosnya.

“Tujuannya untuk memberikan sosialisasi ke masyarakat jadi kita memanfaatkan medsos karena memang saat ini masyarakat sudah banyak yang punya medsos. Jadi setiap perkembangannya selalu kita unggah di medsos, medsos juga memudahkan kita untuk evaluasi dan mengikuti perkembanganya,” jelasnya.

Menurutnya, medsos juga memberikan keuntungan karena ia juga bisa mensosialisasikan agar masyarakat tidak berburu satwa langka yang hampir punah tersebut. Lantaran adanya satwa langka di alam bebas, salah satunya karena hasil ia mengembangbiakan yang kemudian dilepasliarkan dengan tujuan agar tidak punah.

“Jadi burung itu bukan burung lepas dari sangkar yang kemudian diburu ramai-ramai tapi memang sengaja dilepasliarkan. Pernah memang bukan warga sini jadi nggak tahu, dia lewat depan rumah melihat burung Jalak Nias terus ditangkap dan dibawa pulang. Setelah tahu itu burung kita, dia kembali dan melepaskan burung itu di sini,” pungkasnya. [tin/ted]