PLN EPI Launching Program Biomassa STAB dan PERTIWI di COP 28 Dubai

6 December 2023, 10:50

SUBHOLDING PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) meluncurkan program STAB (Socio Tropical Agriculture-waste Biomassa) dan PERTIWI (Primary Energy Renewable & Territorial Integrated Wisdom of Indonesia) pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau COP 28 di Dubai, Kamis (30/11).

STAB dan PERTIWI merupakan program pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan oleh PLN EPI untuk menjamin rantai pasok biomassa di Indonesia.

Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara menjelaskan langkah akseleratif ini merupakan upaya PLN EPI untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) dari sisi Biomassa sebesar 3,6% di tahun 2025 mendatang.

Baca juga: Lanjutkan Transisi Energi ala Indonesia, PLN Siap Jalin Kolaborasi di COP 28 Dubai

Mengusung prinsip ekonomi kerakyatan, STAB merupakan proses produksi biomassa dari limbah pertanian yang melibatkan petani secara langsung.

STAB dapat berupa limbah/residu tanaman pertanian atau perkebunan seperti sekam dan jerami padi, bonggol jagung, bagasse dan pucuk daun tebu, limbah aren, limbah sagu, ampas/residu kelapa, tandan kosong dan pelepah sawit, ranting-ranting pruning tanaman, dan lain-lain.

”Sebagai negara tropis dengan masyarakat agraris, kami melihat banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar agar lahan bersih kembali,” jelas Iwan.

Baca juga: Road To COP28, PLN Tegaskan Komitmen Bangun Ekosistem EBT di Festival LIKE 2023

“Nah Kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa diutilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomis baru bagi para petani di Indonesia,” kata Iwan.

Sepanjang semester II tahun ini, PLN EPI telah memanfaatkan STAB dari berbagai jenis limbah, diantaranya baggase tebu dan pelet tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku biomassa. Biomassa ini digunakan PLN Grup untuk teknologi co-firing di seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLN Grup.

”Penerapan Co-Firing dapat berkontribusi signifikan dalam menggerakkan perekonomian nasional dengan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal tanpa harus menghentikan PLTU yang existing,” tutur Iwan.

Iwan menambahkan, sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mengejar target Co-Firing pada tahun 2025, diproyeksi kebutuhan Biomassa dari PLN meningkat tajam sebesar 10,2 juta ton atau sebesar 300% guna menyediakan energi bersih sebesar 12,7 Terawatt hour (TWh).

Baca juga: Pendanaan JETP, PLN Siap Akselerasi Transisi Energi Lewat Dukungan Global

Iwan menambahkan, selain STAB pada MoU ini juga menggagas PERTIWI yang merupakan jenis Biomassa yang diproduksi dari ranting-ranting dan limbah produksi pangan seperti sagu. Sebagai langkah awal, program PERTIWI Biomass akan dikembangkan di Provinsi Riau.

Di wilayah itu, terdapat sekitar 80 kilang sagu dengan potensi limbah berupa ampas dan kulit sagu lebih dari 200.000 ton per tahun.

Selama ini, baru sedikit ampas sagu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sementara sebagian besar dibuang ke sungai, laut, atau ditimbun. Sedangkan kulit sagunya dibakar untuk boiler pengering sagu sementara arangnya dibuang begitu saja.

”Residu pertanian, perkebunan dan kehutanan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai energi Biomassa baik untuk PLTU maupun PLTBm dalam rangka didieselisasi PLTD yang tersebar di sekitaran wilayah tersebut,” kata Iwan.

Lewat pengembangan teknologi pengelolaan limbah jadi bahan baku energi alternatif mampu menjaga keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, serta mengurangi emisi karbon. Disatu sisi, keterlibatan langsung masyarakat dalam rantai pasok mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Baca juga: Dua Pemuda Indonesia Paparkan Transisi Energi pada Forum COP28 di Dubai, UEA

“PLN EPI optimistis bisa berkontribusi maksimal dalam upaya penurunan emisi, sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan karakteristik dan ke-khasan negara dan bangsa Indonesia,” tutup Iwan.

Selain melakukan peluncuran STAB dan PERTIWI, pada momen global ini, PLN EPI menggandeng beberapa mitra untuk bekerja sama dalam menjaga pasokan biomassa. PLN EPI menggandeng lima perusahaan,

Pertama, PLN EPI dan PT Sinar Energi Utama akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berbasis limbah sagu dan Hutan tanaman rakyat (HTR) di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau untuk disuplai ke PLTU Tanjung Balai Karimun dan PLTU Tenayan.

Kedua, PLN EPI dan PT Elektrika Konstruksi Nusantara akan bersinergi mengembangkan Biomassa berbasis tandan kosong kelapa sawit untuk diolah menjadi pelet tankos (tandan kosong) untuk disuplai ke PLTU di Kalimantan Barat.

Ketiga, PLN EPI dan PT Aswattha Inti Sejahtera akan bersinergi dalam pemanfaatan dan pengembangan tanaman multifungsi yang juga berpotensi menjadi sumber biomassa, serta pembangunan fasilitas produksi di beberapa lokasi.

Keempat, PLN EPI dan PT Maharaksa Biru Energi akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berupa serpihan kayu, tongkol jagung, dan sekam padi untuk disuplai ke beberapa PLTU di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat.

Kelima, PLN EPI dan PT Hartana Tamita Bersama juga akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berupa penanaman APL di wilayah Aceh, seperti serpihan kayu, tongkol jagung, dan sekam padi, untuk memasok beberapa PLTU di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat. (RO/S-4)

SUBHOLDING PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) meluncurkan program STAB (Socio Tropical Agriculture-waste Biomassa) dan PERTIWI (Primary Energy Renewable & Territorial Integrated Wisdom of Indonesia) pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 atau COP 28 di Dubai, Kamis (30/11).

STAB dan PERTIWI merupakan program pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan oleh PLN EPI untuk menjamin rantai pasok biomassa di Indonesia.

Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara menjelaskan langkah akseleratif ini merupakan upaya PLN EPI untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) dari sisi Biomassa sebesar 3,6% di tahun 2025 mendatang.

Baca juga: Lanjutkan Transisi Energi ala Indonesia, PLN Siap Jalin Kolaborasi di COP 28 Dubai

Mengusung prinsip ekonomi kerakyatan, STAB merupakan proses produksi biomassa dari limbah pertanian yang melibatkan petani secara langsung.

STAB dapat berupa limbah/residu tanaman pertanian atau perkebunan seperti sekam dan jerami padi, bonggol jagung, bagasse dan pucuk daun tebu, limbah aren, limbah sagu, ampas/residu kelapa, tandan kosong dan pelepah sawit, ranting-ranting pruning tanaman, dan lain-lain.

”Sebagai negara tropis dengan masyarakat agraris, kami melihat banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar agar lahan bersih kembali,” jelas Iwan.

Baca juga: Road To COP28, PLN Tegaskan Komitmen Bangun Ekosistem EBT di Festival LIKE 2023

“Nah Kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa diutilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomis baru bagi para petani di Indonesia,” kata Iwan.

Sepanjang semester II tahun ini, PLN EPI telah memanfaatkan STAB dari berbagai jenis limbah, diantaranya baggase tebu dan pelet tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku biomassa. Biomassa ini digunakan PLN Grup untuk teknologi co-firing di seluruh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PLN Grup.

”Penerapan Co-Firing dapat berkontribusi signifikan dalam menggerakkan perekonomian nasional dengan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal tanpa harus menghentikan PLTU yang existing,” tutur Iwan.

Iwan menambahkan, sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mengejar target Co-Firing pada tahun 2025, diproyeksi kebutuhan Biomassa dari PLN meningkat tajam sebesar 10,2 juta ton atau sebesar 300% guna menyediakan energi bersih sebesar  12,7 Terawatt hour (TWh).

Baca juga: Pendanaan JETP, PLN Siap Akselerasi Transisi Energi Lewat Dukungan Global

Iwan menambahkan, selain STAB pada MoU ini juga menggagas PERTIWI yang merupakan jenis Biomassa yang diproduksi dari ranting-ranting dan limbah produksi pangan seperti sagu. Sebagai langkah awal, program PERTIWI Biomass akan dikembangkan di Provinsi Riau.

Di wilayah itu, terdapat sekitar 80 kilang sagu dengan potensi limbah berupa ampas dan kulit sagu lebih dari 200.000 ton per tahun.

Selama ini, baru sedikit ampas sagu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Sementara sebagian besar dibuang ke sungai, laut, atau ditimbun. Sedangkan kulit sagunya dibakar untuk boiler pengering sagu sementara arangnya dibuang begitu saja.

”Residu pertanian, perkebunan dan kehutanan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai energi Biomassa baik untuk PLTU maupun PLTBm dalam rangka didieselisasi PLTD yang tersebar di sekitaran wilayah tersebut,” kata Iwan.

Lewat pengembangan teknologi pengelolaan limbah jadi bahan baku energi alternatif mampu menjaga keberlanjutan dan kelestarian lingkungan, serta mengurangi emisi karbon. Disatu sisi, keterlibatan langsung masyarakat dalam rantai pasok mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Baca juga: Dua Pemuda Indonesia Paparkan Transisi Energi pada Forum COP28 di Dubai, UEA

“PLN EPI optimistis bisa berkontribusi maksimal dalam upaya penurunan emisi, sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan mengoptimalkan karakteristik dan ke-khasan negara dan bangsa Indonesia,” tutup Iwan.

Selain melakukan peluncuran STAB dan PERTIWI, pada momen global ini, PLN EPI menggandeng beberapa mitra untuk bekerja sama dalam menjaga pasokan biomassa. PLN EPI menggandeng lima perusahaan,

Pertama, PLN EPI dan PT Sinar Energi Utama akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berbasis limbah sagu dan Hutan tanaman rakyat (HTR) di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau untuk disuplai ke PLTU Tanjung Balai Karimun dan PLTU Tenayan.

Kedua, PLN EPI dan PT Elektrika Konstruksi Nusantara akan bersinergi mengembangkan Biomassa berbasis tandan kosong kelapa sawit untuk diolah menjadi pelet tankos (tandan kosong) untuk disuplai ke PLTU di Kalimantan Barat.

Ketiga, PLN EPI dan PT Aswattha Inti Sejahtera akan bersinergi dalam pemanfaatan dan pengembangan tanaman multifungsi yang juga berpotensi menjadi sumber biomassa, serta pembangunan fasilitas produksi di beberapa lokasi.

Keempat, PLN EPI dan PT Maharaksa Biru Energi akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berupa serpihan kayu, tongkol jagung, dan sekam padi untuk disuplai ke beberapa PLTU di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat.

Kelima, PLN EPI dan PT Hartana Tamita Bersama juga akan bersinergi dalam pengembangan Biomassa berupa penanaman APL di wilayah Aceh, seperti serpihan kayu, tongkol jagung, dan sekam padi, untuk memasok beberapa PLTU di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara Barat. (RO/S-4)

 

 

 

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi