Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

PLN Dorong Pelestarian Kain Songket dengan Peralatan dan Pelatihan di Banyuasin

PLN Dorong Pelestarian Kain Songket dengan Peralatan dan Pelatihan di Banyuasin

Banyuasin: PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) terus mendukung pelestarian kain songket sebagai warisan budaya. Dalam kegiatan yang berlangsung di Desa Merah Mata, Kabupaten Banyuasin, PLN memberikan bantuan peralatan dan menggelar pelatihan bagi para perajin kain songket.

Manager PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang, Aris Sopian Hidayat, menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberdayakan perajin, terutama kaum perempuan, sekaligus melestarikan kain songket agar tetap relevan di era modern.

“Kami menyadari bahwa tenun songket bukan hanya sekadar kerajinan tetapi juga merupakan identitas budaya yang mencerminkan keindahan dan kerajinan tangan yang luar biasa dari para perajin yang sebagian besar wanita. Melalui bantuan yang diberikan, kami berharap dapat memberikan penguatan kapasitas berupa pemberian alat dan pelatihan serta akses market untuk pemasaran kain songket,” ujar Aris Sopian, dalam keterangannya yang dikutip Selasa 31 Desember 2024.

Baca juga: PLN Tingkatkan Kapasitas SPKLU untuk Mudik Natal dan Tahun Baru 2025

Lebih jauh, PLN juga berkomitmen memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kain songket dan membantu pembuatan website sebagai sarana pemasaran. Dengan cara ini, diharapkan produk kain songket dari Banyuasin dapat memiliki daya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Langkah PLN ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Sekjen Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF), Nurul Iman, yang melihatnya sebagai upaya strategis untuk menjaga kelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.

“Fenomena jumlah perajin kain songket yang terus menurun harus dijaga keberadaannya dan warisan budaya berupa kain songket yang diwariskan turun-temurun juga harus dijaga kelestariannya. Dengan adanya pemberian peralatan, studi banding, pelatihan termasuk cara memasarkan kain songket dari PT PLN, ISSF sebagai pendamping pelatihan berharap perajin dan keberadaan kain songket tersebut terus terjaga,” ungkap Nurul Iman.

Pj. Bupati Banyuasin, Muhammad Farid, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PLN atas kontribusi ini. Ia bahkan menyarankan strategi pemasaran yang unik, yakni menitipkan kain songket di toko-toko pempek dan kopi khas Palembang.

“Untuk membuat semangat para perajin kain songket agar hasil produksinya lebih laku, saya kira tidak ada salahnya menitipkan produksi kain songket di toko-toko yang menjual pempek sebagai makanan khas Kota Palembang,” kata Muhammad Farid.
Pendapatan Naik Tiga Kali Lipat
Kartika, Ketua Kelompok Pengrajin Kain Songket Jaya Bersama, merasa sangat terbantu dengan bantuan peralatan dan benang dari PLN. Sebelumnya, ia hanya bekerja sebagai tenaga upahan, tetapi kini ia bisa memproduksi kain songket secara mandiri.

“Saya menjadi penenun kain songket sudah 15 tahun dengan modal pribadi. Dengan bantuan peralatan dan benang yang diberikan oleh pihak PLN kepada ibu-ibu perajin kain songket, saya berharap geliat usaha kain songket tumbuh kembali sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga,” ungkap Kartika.

Ia juga mengungkapkan bahwa pendapatannya kini meningkat dari Rp 500 ribu per bulan menjadi Rp 1,5 juta per bulan. Kartika berharap program ini dapat terus berjalan dan menginspirasi lebih banyak perajin untuk melestarikan kain songket.

Banyuasin: PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) terus mendukung pelestarian kain songket sebagai warisan budaya. Dalam kegiatan yang berlangsung di Desa Merah Mata, Kabupaten Banyuasin, PLN memberikan bantuan peralatan dan menggelar pelatihan bagi para perajin kain songket.
 
Manager PT PLN UIP3B Sumatera UPT Palembang, Aris Sopian Hidayat, menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberdayakan perajin, terutama kaum perempuan, sekaligus melestarikan kain songket agar tetap relevan di era modern.
 
“Kami menyadari bahwa tenun songket bukan hanya sekadar kerajinan tetapi juga merupakan identitas budaya yang mencerminkan keindahan dan kerajinan tangan yang luar biasa dari para perajin yang sebagian besar wanita. Melalui bantuan yang diberikan, kami berharap dapat memberikan penguatan kapasitas berupa pemberian alat dan pelatihan serta akses market untuk pemasaran kain songket,” ujar Aris Sopian, dalam keterangannya yang dikutip Selasa 31 Desember 2024.
Baca juga: PLN Tingkatkan Kapasitas SPKLU untuk Mudik Natal dan Tahun Baru 2025
 
Lebih jauh, PLN juga berkomitmen memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kain songket dan membantu pembuatan website sebagai sarana pemasaran. Dengan cara ini, diharapkan produk kain songket dari Banyuasin dapat memiliki daya saing, baik di tingkat nasional maupun internasional.
 
Langkah PLN ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, termasuk Sekjen Indonesian Social Sustainability Forum (ISSF), Nurul Iman, yang melihatnya sebagai upaya strategis untuk menjaga kelestarian budaya dan pemberdayaan masyarakat.
 
“Fenomena jumlah perajin kain songket yang terus menurun harus dijaga keberadaannya dan warisan budaya berupa kain songket yang diwariskan turun-temurun juga harus dijaga kelestariannya. Dengan adanya pemberian peralatan, studi banding, pelatihan termasuk cara memasarkan kain songket dari PT PLN, ISSF sebagai pendamping pelatihan berharap perajin dan keberadaan kain songket tersebut terus terjaga,” ungkap Nurul Iman.
 
Pj. Bupati Banyuasin, Muhammad Farid, juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada PLN atas kontribusi ini. Ia bahkan menyarankan strategi pemasaran yang unik, yakni menitipkan kain songket di toko-toko pempek dan kopi khas Palembang.
 
“Untuk membuat semangat para perajin kain songket agar hasil produksinya lebih laku, saya kira tidak ada salahnya menitipkan produksi kain songket di toko-toko yang menjual pempek sebagai makanan khas Kota Palembang,” kata Muhammad Farid.

Pendapatan Naik Tiga Kali Lipat

Kartika, Ketua Kelompok Pengrajin Kain Songket Jaya Bersama, merasa sangat terbantu dengan bantuan peralatan dan benang dari PLN. Sebelumnya, ia hanya bekerja sebagai tenaga upahan, tetapi kini ia bisa memproduksi kain songket secara mandiri.
 
“Saya menjadi penenun kain songket sudah 15 tahun dengan modal pribadi. Dengan bantuan peralatan dan benang yang diberikan oleh pihak PLN kepada ibu-ibu perajin kain songket, saya berharap geliat usaha kain songket tumbuh kembali sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga,” ungkap Kartika.
 
Ia juga mengungkapkan bahwa pendapatannya kini meningkat dari Rp 500 ribu per bulan menjadi Rp 1,5 juta per bulan. Kartika berharap program ini dapat terus berjalan dan menginspirasi lebih banyak perajin untuk melestarikan kain songket.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(DHI)