Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pilkada 2024 dan kedewasaan berdemokrasi 

Pilkada 2024 dan kedewasaan berdemokrasi 

Bondowoso (ANTARA) – Pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah atau pilkada yang tahun 2024 ini digelar serentak di seluruh wilayah di Indonesia, menggambarkan makin meningkatnya kualitas atau kedewasaan berdemokrasi bangsa kita.

Berangkat dari sikap kewaspadaan seluruh elemen Pemerintah, Kepolisian Republik Indonesia telah melakukan pemetaan situasi keamanan, yang kemudian memperoleh kesimpulan adanya daerah dengan kerawanan tinggi, menengah, dan kerawanan rendah.

Pemetaan yang memunculkan data daerah dengan tingkat kerawanan tinggi sempat menunjukkan bukti ketika di Desa Ketapang Laok, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang, Madura, ada kasus pembacokan oleh sekelompok orang hingga menyebabkan satu korban meninggal dunia. Kasus itu diduga terkait dengan masalah perbedaan pilihan politik di Kabupaten Sampang yang tahun ini juga menggelar pilkada.

Kasus di Sampang itu, tentu tidak bisa hanya dibingkai dalam penilaian negatif mengenai politik yang berdampak pada terganggunya keamanan dan ketertiban di masyarakat. Kasus itu justru menjadi pengingat bagi semua pihak untuk tidak lengah dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan kerukunan masyarakat di suatu wilayah. Apalagi, polisi sudah bergerak cepat menangani kasus itu, dengan menangkap sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku pembacokan. Polisi bersama semua pihak telah melokalisir agar kasus itu tidak meluas.

Tanpa mengabaikan hilangnya nyawa korban, kasus di Kabupaten Sampang itu menjadikan semua pihak betul-betul waspada agar jangan sampai masyarakat terbelah, bahkan berkonflik dalam menyikapi kontestasi politik yang “mengharuskan” semua pihak berbeda pilihan atau dukungan terhadap pasangan calon kepala daerah yang berlaga dalam pesta demokrasi tahun ini.

Kewaspadaan semua elemen ini telah menunjukkan hasilnya yang sangat nyata, yakni pelaksanaan Pilkada 2024 di semua daerah berjalan dengan aman dan tertib.

Sebagaimana sudah menjadi kebiasaan, lembaga survei maupun tim internal pasangan calon kepala daerah melakukan hitung cepat dan hitungan riil menggunakan data rekap C1 di masing-masing tempat pemungutan suara (TPS) atas hasil pilkada sehingga masing-masing daerah, beberapa jam setelah pencoblosan sudah mengetahui siapa pasangan calon yang menang.

Tanpa kedewasaan sikap berdemokrasi, pengumuman hasil hitung cepat maupun hitungan riil dari masing-masing tim pasangan calon dan lembaga survei ini bisa menjadi titik sulut timbulnya kerusuhan di masyarakat.

Kita semua patut bersyukur bahwa dalam menyikapi pengumuman hasil sementara pilkada ini tidak membuat masyarakat pendukung pasangan calon yang menang itu tersulut untuk mengekspresikan rasa gembira dengan turun ke jalan. Ekspresi rasa gembira dari para pendukung yang menang itu biasanya juga akan memicu konfrontasi karena para pendukung pasangan calon yang kalah juga tergoda untuk melakukan tindakan tandingan.

Berkat kesadaran masyarakat untuk tidak terpancing turun ke jalan, yang tentu didukung oleh pasangan calon dan pemimpin partai politik, serta tokoh panutan di daerah, dan upaya pemerintah dengan aparat keamanan, akhirnya kita tidak menemukan warga yang konvoi untuk merayakan kemenangan atau konvoi untuk menekan para pihak agar calon pasangan yang kalah mendapatkan perhatian dari semua untuk memaksakan diri dengan menuduh pihak lain curang.

Copyright © ANTARA 2024