Petani Milenial asal Subang Ekspor Serat Daun Nanas ke Mancanegara

16 February 2024, 19:27

Alan Sahroni dari Subang, Jawa Barat. sukses memproduksi olahan limbah daun nanas menjadi serat,(Ist)

ALAN Sahroni, pengusaha muda asal Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar) sukses memproduksi olahan limbah daun nanas menjadi serat.

Bahkan, kualitas serat daun nanas yang diproduksinya mampu menembus pasar mancanegara di antaranya Singapura, Malaysia, dan Jepang. Total serat daun nanas yang diekspor sebanyak 1,5 ton.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa sekarang ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang memiliki loyalitas dan integritas tinggi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
Baca juga : Polbangtan Bimbing Milenial Jadi Wirausaha Pertanian di Subang, Jabar

“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian ke depan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor,” jelas Dedi.

“Saat ini kita telah memiliki banyak petani milenial sekaligus enterpreneur di bidang pertanian,” sebut Dedi.

Usaha produksi Alan semakin dikenal dan meningkat penjualannya setelah tergabung ke dalam klaster bisnis nanas, yang menjadi salah satu dari Program Youth Entrepreneur and Employment Support Services (YESS)  di bawah binaan PPIU (Programme Provincial Project Implementation Unit) Jawa Barat. Baca juga : Petani Muda Subang Olah Buah Nanas Jadi Kerupuk dan Sale

Program kerja sama antara International Fund For Agricultural Development (IFAD) dengan Kementerian Pertanian (Kementan) mulai memberlakukan sistem klaster agribisnis untuk memajukan perekonomian dan mempermudah perputaran roda bisnis petani muda di wilayah binaan.

Klaster Nanas terdiri dari mulai usaha budidaya buah nanas. Olahan buah nanas, hingga olahan limbah daun nanas yang diubah menjadi serat.

Alan mengaku melihat potensi yang sangat besar mengingat selama ini, daun nanas hanya dibuang begitu saja sehingga menjadi limbah dari budi daya nanas.  Baca juga : Dorong Agropreneur di Subang, Petani Muda Kembangkan Klaster Nanas

“Belum banyak orang yang memanfaatkan daun nanas. Jadi kompetitor pun masih jarang”, ungkap penerima manfaat program YESS yang juga berstatus sebagai local champion Kabupaten Subang ini.

Alan menjelaskan bahwa proses pembuatan daun nanas menjadi serat sebetulnya tidak terlalu sulit.

“Setelah daun nanas kita ambil dari petani, kita lakukan penyortiran. Jadi daun yang datang dari petani ini kita pisah dulu. Mana yang panjang, mana yang pendek, dan mana yang reject”, terangnya. Baca juga : Kembangkan Klaster Agribisnis, Petani Muda Subang Sukses Usaha Padi Ketan

Selesai disortir, daun nanas dibawa menuju tempat ekstraksi. Proses ekstraksi daun nanas menjadi serat dilakukan menggunakan mesin decorticator. 

“Kita rancang untuk memisahkan antara serat daun nanas dengan daging daun nanas. Daging daun nanas masih tetap bisa dimanfaatkan untuk pupuk daun organik. Kita kembalikan lagi ke alam, supaya tanaman nanas bisa tumbuh dengan baik lagi,” jelas Alan.

Setelah melalui proses ekstraksi, serat masih berwarna hijau dan kotor. Sehingga tahapan selanjutnya adalah proses pencucian. Baca juga : Kementan Dukung Petani Milenial Subang Manfaatkan KUR

“Pengerokan masih menggunakan kape. Pencuciannya masih menggunakan air biasa. Setelah dikerok dan dicuci, hasilnya menjadi lebih putih,” katanya.

“Selanjutnya kita jemur dan keringkan. Penjemuran masih menggunakan tenaga matahari. Sehingga lama tidaknya ditentukan oleh cuaca. Jika cuaca cerah, proses pengeringan selama 2-3 hari,” pungkas Alan.

Serat yang kering akan berubah warna menjadi putih. Setelah itu dilakukan proses penghalusan dengan cara disisir supaya serat kualitasnya meningkat lebih halus, lebih rapi, dan juga memisahkan sisa daun yang masih menempel.  Baca juga : Kementan Gencarkan Literasi Keuangan dan Investasi Bagi Petani Muda

Pada tahap ini, Alan memberdayakan warga sekitar sehingga usaha Alan ini membuka lapangan pekerjaan yang lumayan besar.

Serat yang sudah disisir tadi dipintal menjadi benang serat daun nanas. Setelah jadi benang, ditenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin] untuk menjadi kain daun nanas.

Proses pemintalan dimana serat-serat yang disisir diambil setiap helainya kemudian disambung menggunakan teknik sambung-tenun secara manual untuk menjadi benang serat daun nanas. Baca juga : Kementan Apresiasi Bisnis Kopi Bunar dari Petani Milenial di Tasikmalaya

“ATBM ini kita modifikasi secara khusus. Kita rancang dengan mobilitas yang tinggi dan portable. Bisa dilipat dan ringan. Dilengkapi dengan 8 kamran, sehingga bisa membuat motif kain yang beraneka ragam”, terang Alan.

Alan menambahkan, program YESS di PPIU Jabar, asilitasi program YESS memfasilitasi daerah tempat tinggalnya membentuk P4S Al-Fiber.

“P4S ini memberikan pelatihan kepada anggota, supaya apa yang kita kuasai dapat kita tularkan kepada teman-teman penerima manfaat YESS yang lain”, imbuhnya. Baca juga : Pacu Usaha Petani Milenial, Kementan Gandeng Baznas dan Pegadaian Syariah

Pada awalnya Alan memulai usahanya secara pribadi. Karena permintaan pasar meningkat, maka Alan mengaku sangat terbantu dengan tergabung ke dalam klaster bisnis nanas sehingga terintegrasi bagaimana memanfaatkan potensi tanaman nanas dari hulu hingga ke hilir. (S-4)

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi