TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Petani cabai mengungkap hujan menjadi alasan harga cabai melonjak pada awal tahun ini.
Ketua Asosiasi Champion Cabai Indonesia (ACCI) Tunov Mondro Atmojo menjelaksan, hujan menyebabkan banjir, sehingga tanaman cabai akan tergenang.
“Penyebab kenaikan harga ini yang pasti karena banjir atau kalau bahasa kami, tergenang air tanaman kami. Itu kalau cabai, tergenang air dalam kurun waktu 1 bulan, tidak akan pernah ada yang kuat,” katanya dikutip dari siaran pers Badan Pangan Nasional pada Sabtu (11/1/2025).
“Kalau di wilayah Jawa tengah itu bisa sampai 70 persen kegagalan karena hujan,” lanjutnya.
Selain itu, kata Tunov, produktivitas turun karena rontok bunga akibat hujan.
“Itu bunga banyak yang rontok akhirnya probabilitas per pohon itu berkurang drastis bisa sampai di 50 persen,” ujarnya.
Kemudian, petani cabai banyak yang mengganti tanam cabai dengan komoditas tanaman lain.
Ia juga mengutarakan transisi sentra panen cabai juga turut mempengaruhi pasokan.
Katanya, saat Jawa Timur selesai panen akan beralih ke masa panen di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ini kerap terjadi di awal, tengah, dan akhir setiap tahunnya.
Terakhir, terjadinya hujan dari pagi dinilai sangat berpengaruh.
Misalnya mereka di Jawa Tengah, hujan dari pagi menyebabkan tidak ada yang panen, keesokan harinya di Jakarta stok cabai pasti akan kosong di pasar.
“Makanya ini yang menyebabkan fluktuasi tinggi. Kalau besok cuacanya mendukung, petani akan serempak panen, maka harga akan terkoreksi lumayan tajam,” ucap Tunov.
Guna mengantisipasi itu, Tunov mengatakan Kementerian Pertanian telah mengimbau untuk segera dilakukan penggantian terhadap tanaman yang rusak.
Hal itu agar pada Februari dan Maret hingga Idulfitri nanti stok cabai dapat tercukupi.
Harga Cabai Tembus Rp130 Ribu Per Kg
Harga cabai di berbagai daerah mengalami lonjakan signifikan hingga menembus Rp120 ribu per kilo gram (kg)
Harga cabai rawit merah di Pasar Minggu, Jakarta, dijual oleh pedagang Rp120 ribu sampai Rp130 ribu per kg. Sedangkan untuk cabai merah kriting naik jadi Rp75 ribu per kg.
Kenaikan harga cabai rawit merah tersebut sudah berlangsung jelang tahun baru 2025, bahkan dikatakan pedagang sentuh harga Rp150 ribu per kg pada saat itu.
Mahalnya harga cabai membuat pembelian senilai Rp5.000, hanya dapat 5 atau 8 cabai tergantung dari timbangan ukuran ons.
Adapun harga normal cabai rawit merah sekitar Rp 40.000-Rp 60.000 per kg.
Kemudian di Pasar Cileungsi, Bogor, harga cabai rawit merah dibanderol Rp130 ribu per gram.
Umar yang merupakan pedagang di Pasar Cileungsi menjelaskan, kenaikan harga cabai rawit merah sudah berlangsung sebelum Tahun Baru 2025.
“Untuk cabai rawit merah sekarang sampai Rp 130.000 per kilosebelumnya hanya Rp 50.000 per kilogram,” kata Umar.
Ia menduga, kenaikan harga cabai ini karena stok menipis, sementara daya beli masyarakat tinggi.
“Faktor panen gagal sepertinya, belum panen raya juga, kalau sudah panen raya mudah-mudahan ada penurunan harga,” katanya.
Kemudian, harga cabai di Pasar Besar Kota Malang, Jawa Timur juga semakin pedas.
Dari sejumlah pedagang di Pasar Besar Kota Malang mengatakan harga semua jenis cabai mengalami kenaikan.
Harga cabai rawit merah menyentuh harga Rp 110 ribu per kg.
Pedagang menyebut jika kenaikan harga cabai dikarenakan musim hujan dan petani banyak yang gagal panen.
“Kalau kata petani karena musim hujan dan banyak yang gagal panen. Naiknya juga sejak libur natal kemarin,” terang Suhema pedagang cabai Pasar Besar Kota Malang dikutip dari TribunJatim, Rabu (8/1/2024).
Suhema menambahkan meski harga cabai naik, pelanggannya tetap membeli karena kebutuhan.
“Tetap membeli mereka, karena langganan juga dan kebutuhan,” tambahnya.
Tidak hanya cabai, bawang merah juga mengalami kenaikan.
“Bawang merah juga naik dari Rp 30 ribu sekarang Rp 50 ribu per kilogram,” jelas Suhema.
Selain Suhema, salah satu pedagang cabai yang lain yakni Ashari mengatakan jika dirinya tidak berani mengambil banyak stok.
“Tidak berani ambil banyak, biasanya 10 kilogram sekarang cuma ambil 7 kilogram. Soalnya cabai umurnya satu hari kalau lama nanti takut busuk,” jelas Ashari.
Ashari menambahkan jika pembeli tetap membeli dagangannya meski tidak banyak.
“Tetap ada yang beli cuma mereka mengurangi. Biasanya yang beli 1 kilogram sekarang tidak sampai 1 kilo,” tambahnya.