Perintahkan Cabut Laporan, Bahlil Maafkan Penyebar Meme di Medsos: Asal Tidak Rasis, Saya Biasa Dihina Sejak SD – Page 3

Perintahkan Cabut Laporan, Bahlil Maafkan Penyebar Meme di Medsos: Asal Tidak Rasis, Saya Biasa Dihina Sejak SD – Page 3

Ketua Umum Partai Golkar itu akan meminta kadernya untuk mencabut laporan akun media sosial yang membuat meme tentangnya. Dia ingin laporan ke Polisi tak dilanjutkan dan saling memaafkan.

“Jadi insya Allah saya akan memanggil adik-adik saya itu, sayap organisasi, untuk sudah. Kalian yang sudah minta maaf, sudah maafkan. Jangan kita memperpanjang. Tapi jangan lagi, ya, kita memberikan didikan yang baiklah untuk rakyat, bangsa, dan negara,” tutup Bahlil. 

Diberitakan sebelumnya, Sejumlah kader dari Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (DPP AMPI) menyambangi Bareskrim Polri, pada Senin (20/10/2025). 

Mereka datang untuk mengadukan puluhan akun media sosial yang diduga menyebarkan fitnah dan ujaran kebencian terhadap Ketum Golkar Bahlil Lahadalia.

Wakil Ketua Umum DPP AMPI, Steven Izaac Risakotta turut membawa bukti-bukti berupa tangkapan layar dari postingan yang dianggap menghina saat menghadap penyidik Direktorat Siber Bareskrim. 

“Kami ke sini tujuannya itu untuk melaporkan ada beberapa media yang mana di situ mensertakan nama ketua umum kami, dalam hal ini Menteri ESDM, Bapak Bahlil Lahadalia, Kebetulan beliau juga selaku pembina di DPP AMPI,” kata dia di Bareskrim Polri, Senin malam.

Steven lalu menyodorkan salah satu postingan. Terlihat, menampilkan foto Bahlil yang disandingkan dengan sesosok anak kecil. Tak hanya itu, dalam postingan yang sama juga tertera tulisan “Pak Prabowo kapan si jelek ini di reshuffle,” 

Konten itu diunggah oleh akun @kementerianbakuhantam. Dia menganggap pemilik akun telah menyebarkan ujaran kebencian terhadap sosok Bahlil.

“Ada seperti ini satu, salah satunya. Dan ada bakal puluhan yang harus kita, tadi sudah kita fotokopikan dan kami sudah sertakan,” ucap dia. 

Menurut Steven, langkah ini bukan perintah langsung dari Bahlil, melainkan bentuk spontanitas kader yang merasa terpanggil. Mereka menilai, konten yang diunggah sudah melampaui batas.

“Biar efek jera lah kepada akun-akun tersebut yang mana tidak bisalah dibenarkan, menyampaikan sesuatu hal di media itu harus secara yang lebih objektif dan bijak,” ujar dia.