Jakarta: Baru-baru ini heboh pemberitaan terkait anak pemilik toko roti di Cakung, bernama George Sugama Halim (GSH) ditangkap karena menganiaya karyawati di toko tersebut. GSH diciduk di Sukabumi, Jawa Barat pada Minggu malam, 15 Desember 2024.
Sebelumnya, aksi penganiayaan yang diduga terjadi pada 17 Oktober 2024 itu viral di media sosial. Dari unggahan yang beredar terlihat kepala korban berdarah karena diduga dipukul kursi. Unggahan viral itu menarasikan korban sedang menjalani shift bersama seorang rekannya.
GSH datang ke toko tersebut dan memesan makanan melalui ojek online. Kemudian, GSH meminta korban untuk mengambil pesanan tersebut dan mengantarnya ke kamar pribadi yang ada di lokasi.
Namun, korban menolak karena sedang bekerja hingga berujung penganiayaan. GSH melempar kursi hingga menyebabkan kepala korban berdarah.
Terbaru, diungkapkan kalau GSH disebut sebagai pria dengan keterbelakangan intelektual (IQ) dan kecerdesan emosional (EQ). Hal tersebut disampaikan akun Instagram toko roti Lindayes. “Beliau merupakan anak pemilik namun memiliki keterbelakangan kecerdasan IQ dan EQ yang sudah pernah di tes,” demikian bunyi keterangan tersebut.
Apa perbedaan IQ dan EQ?
Kecerdasan memiliki banyak dimensi yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
Intelligence Quotient (IQ) merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpikir logis, memecahkan masalah, belajar, memahami konsep-konsep abstrak, serta merencanakan sesuatu dengan cermat. Kecerdasan ini berfokus pada penggunaan logika dalam menyelesaikan masalah.
Sementara itu, Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan individu untuk mengenali, mengelola, serta mengatur emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain. EQ juga mencakup kesadaran akan empati, cinta, kemampuan untuk memotivasi diri, serta cara mengelola perasaan dalam menghadapi situasi kesedihan atau kegembiraan.
Kedua bentuk kecerdasan ini saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan. Lalu, jika ditanya mana yang lebih penting antara IQ dan EQ, jawabannya adalah keduanya sangat penting.
Melansir dari halodoc, berikut ini perbedaan mendasar antara IQ dan EQ:
IQ bawaan lahir, sedangkan EQ bisa dikembangkan
IQ adalah bentuk kecerdasan yang sudah ada pada anak sejak lahir, sementara EQ berkembang seiring pertumbuhan psikologis anak. Faktor eksternal seperti lingkungan yang mendukung sangat berperan dalam pengembangan kecerdasan emosional ini.
Walaupun IQ merupakan kecerdasan bawaan, bukan berarti kecerdasan ini tidak dapat berkembang. Melalui pendidikan yang tepat, IQ seorang anak bisa diasah dan ditingkatkan.
IQ berkaitan dengan Logika, EQ berkaitan dengan empati
Menurut para ahli psikologi, IQ berhubungan dengan kemampuan intelektual untuk memecahkan masalah yang melibatkan logika dan perhitungan matematis. Sementara EQ lebih mengedepankan kemampuan dalam mengelola perasaan, empati, serta memahami kondisi emosional orang lain dalam mengambil keputusan.
IQ cenderung pintar dalam logika, sedangkan EQ pintar bersosialisasi
Anak dengan IQ tinggi cenderung unggul dalam bidang yang membutuhkan analisis data dan pemecahan masalah secara logis. Sebaliknya, anak yang memiliki EQ tinggi cenderung lebih mahir dalam bersosialisasi, karena empati yang kuat membuat mereka mudah beradaptasi dengan orang lain di sekitar mereka.
EQ tinggi memiliki potensi jadi pemimpin yang baik
Anak yang memiliki EQ tinggi lebih mudah membangun hubungan baik dengan orang lain, karena mereka mampu bertindak dengan empati dalam berbagai situasi. Hal ini membuat mereka berpotensi menjadi pemimpin yang baik.
Meskipun demikian, anak dengan IQ tinggi juga bisa menjadi pemimpin yang sukses, terutama dalam pencapaian akademik dan prestasi individu. Namun, pemimpin dengan EQ tinggi cenderung lebih mampu memimpin dengan melibatkan hati dan emosi orang lain.
Jakarta: Baru-baru ini heboh pemberitaan terkait anak pemilik toko roti di Cakung, bernama George Sugama Halim (GSH) ditangkap karena menganiaya karyawati di toko tersebut. GSH diciduk di Sukabumi, Jawa Barat pada Minggu malam, 15 Desember 2024.
Sebelumnya, aksi penganiayaan yang diduga terjadi pada 17 Oktober 2024 itu viral di media sosial. Dari unggahan yang beredar terlihat kepala korban berdarah karena diduga dipukul kursi. Unggahan viral itu menarasikan korban sedang menjalani shift bersama seorang rekannya.
GSH datang ke toko tersebut dan memesan makanan melalui ojek online. Kemudian, GSH meminta korban untuk mengambil pesanan tersebut dan mengantarnya ke kamar pribadi yang ada di lokasi.
Namun, korban menolak karena sedang bekerja hingga berujung penganiayaan. GSH melempar kursi hingga menyebabkan kepala korban berdarah.
Terbaru, diungkapkan kalau GSH disebut sebagai pria dengan keterbelakangan intelektual (IQ) dan kecerdesan emosional (EQ). Hal tersebut disampaikan akun Instagram toko roti Lindayes. “Beliau merupakan anak pemilik namun memiliki keterbelakangan kecerdasan IQ dan EQ yang sudah pernah di tes,” demikian bunyi keterangan tersebut.
Apa perbedaan IQ dan EQ?
Kecerdasan memiliki banyak dimensi yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ).
Intelligence Quotient (IQ) merujuk pada kemampuan seseorang untuk berpikir logis, memecahkan masalah, belajar, memahami konsep-konsep abstrak, serta merencanakan sesuatu dengan cermat. Kecerdasan ini berfokus pada penggunaan logika dalam menyelesaikan masalah.
Sementara itu, Emotional Quotient (EQ) adalah kemampuan individu untuk mengenali, mengelola, serta mengatur emosi, baik emosi diri sendiri maupun orang lain. EQ juga mencakup kesadaran akan empati, cinta, kemampuan untuk memotivasi diri, serta cara mengelola perasaan dalam menghadapi situasi kesedihan atau kegembiraan.
Kedua bentuk kecerdasan ini saling melengkapi dan tak dapat dipisahkan. Lalu, jika ditanya mana yang lebih penting antara IQ dan EQ, jawabannya adalah keduanya sangat penting.
Melansir dari halodoc, berikut ini perbedaan mendasar antara IQ dan EQ:
IQ bawaan lahir, sedangkan EQ bisa dikembangkan
IQ adalah bentuk kecerdasan yang sudah ada pada anak sejak lahir, sementara EQ berkembang seiring pertumbuhan psikologis anak. Faktor eksternal seperti lingkungan yang mendukung sangat berperan dalam pengembangan kecerdasan emosional ini.
Walaupun IQ merupakan kecerdasan bawaan, bukan berarti kecerdasan ini tidak dapat berkembang. Melalui pendidikan yang tepat, IQ seorang anak bisa diasah dan ditingkatkan.
IQ berkaitan dengan Logika, EQ berkaitan dengan empati
Menurut para ahli psikologi, IQ berhubungan dengan kemampuan intelektual untuk memecahkan masalah yang melibatkan logika dan perhitungan matematis. Sementara EQ lebih mengedepankan kemampuan dalam mengelola perasaan, empati, serta memahami kondisi emosional orang lain dalam mengambil keputusan.
IQ cenderung pintar dalam logika, sedangkan EQ pintar bersosialisasi
Anak dengan IQ tinggi cenderung unggul dalam bidang yang membutuhkan analisis data dan pemecahan masalah secara logis. Sebaliknya, anak yang memiliki EQ tinggi cenderung lebih mahir dalam bersosialisasi, karena empati yang kuat membuat mereka mudah beradaptasi dengan orang lain di sekitar mereka.
EQ tinggi memiliki potensi jadi pemimpin yang baik
Anak yang memiliki EQ tinggi lebih mudah membangun hubungan baik dengan orang lain, karena mereka mampu bertindak dengan empati dalam berbagai situasi. Hal ini membuat mereka berpotensi menjadi pemimpin yang baik.
Meskipun demikian, anak dengan IQ tinggi juga bisa menjadi pemimpin yang sukses, terutama dalam pencapaian akademik dan prestasi individu. Namun, pemimpin dengan EQ tinggi cenderung lebih mampu memimpin dengan melibatkan hati dan emosi orang lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(PRI)