TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina yang dimulai sejak 24 Februari 2022 telah memasuki hari ke-1.147 pada Selasa (15/4/2025).
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyalahkan Presiden Rusia Vladimir Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Trump menegaskan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan mantan Presiden AS Joe Biden juga ikut bertanggung jawab.
Dalam perkembangan lain, Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.
Seperti diketahui, sebelumnya Zelensky menuduh Rusia merekrut warga China lewat media sosial.
Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1.147:
Tentara China Ditangkap di Ukraina, Zelensky Tuding Rusia Rekrut Lewat Medsos
Ukraina menampilkan dua pria asal Tiongkok yang ditangkap di garis depan dalam konferensi pers.
Keduanya dikawal tentara Ukraina bersenjata.
Mereka berharap bisa ikut dalam pertukaran tahanan.
“Jangan ambil bagian dalam perang ini,” kata kedua tentara itu memperingatkan warga Tiongkok lainnya.
Belum jelas apakah pernyataan itu dibuat secara sukarela.
Dilansir The Guardian, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Tiongkok terkait penangkapan ini.
Zelensky sebelumnya menyebut Moskow aktif merekrut warga asing untuk memperkuat pasukannya.
Jika terbukti, keterlibatan warga Tiongkok bisa memperkeruh posisi netral Beijing dalam konflik ini.
Zelensky Tuding Rusia Tolak Gencatan Senjata: “Putin Tak Takut, Mereka Ingin Terus Berperang”
Zelensky menuduh Rusia sengaja menolak perundingan gencatan senjata dan memilih untuk terus melanjutkan perang.
Dalam pernyataannya yang dikutip dari sejumlah media internasional pada Minggu (14/4/2025), Zelensky menyebut Putin tidak menunjukkan niat untuk menghentikan konflik.
“Rusia secara terbuka menolak terlibat dalam perundingan gencatan senjata,” kata Zelensky.
Ia menilai sikap tersebut menunjukkan bahwa Moskow merasa tidak terancam.
“Hanya ada satu alasan untuk ini – di Moskow, mereka tidak takut,” ujarnya.
Zelensky menegaskan, tanpa tekanan internasional yang cukup kuat terhadap Rusia, perang akan terus berlanjut.
“Mereka akan terus melakukan apa yang biasa mereka lakukan – mereka akan terus berperang,” tegasnya.
Pendukung Ukraina Desak Trump Bersikap Tegas ke Putin setelah Serangan Mematikan di Sumy
Para pendukung Republik Ukraina menyerukan agar Donald Trump bersikap lebih tegas terhadap Putin jika ingin mencapai kesepakatan gencatan senjata.
Seruan ini muncul setelah serangan mematikan yang dilancarkan Rusia pada Minggu Palma di kota Sumy, Ukraina.
Peristiwa tersebut memicu kemarahan sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik (GOP), yang sebelumnya dikenal hati-hati dalam mengkritik Rusia karena kedekatan Trump dengan Kremlin.
Namun menurut laporan Andrew Roth, dalam beberapa hari terakhir suara mereka menjadi semakin vokal.
Serangan di Sumy dijadikan bukti oleh pendukung Ukraina bahwa sikap lunak terhadap Putin hanya akan memperpanjang konflik.
Duka Ukraina Usai Serangan Minggu Palma: “Sepatu Saya Berlumuran Darah”
Warga Ukraina berkumpul pada Senin (14/4/2025) untuk mengenang para korban serangan Rusia yang terjadi saat perayaan Minggu Palma.
Acara duka tersebut diwarnai kesedihan mendalam, terutama di kota Sumy yang menjadi sasaran utama.
Seorang petugas medis tempur yang membantu para korban mengungkapkan betapa mengerikannya situasi pasca-serangan.
“Kekacauan terjadi. Ada tumpukan mayat,” katanya, seperti dilaporkan The Guardian.
“Sepatu saya berlumuran darah. Saya belum membersihkannya, itu darah korban luka.”
Angkatan Udara Ukraina menyatakan bahwa pada hari yang sama, Rusia kembali melancarkan serangan dengan rudal dan bom berpemandu ke pinggiran kota Sumy.
Tidak ada korban jiwa dalam serangan lanjutan tersebut.
Trump: Putin yang Memulai Perang, tapi Zelensky dan Biden Tetap Disalahkan
Trump menyalahkan Putin atas pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Dia juga menyebut Zelensky dan Biden ikut bertanggung jawab.
Pernyataan itu disampaikan Trump dalam pengarahan bersama Presiden El Salvador Nayib Bukele, seperti dilaporkan oleh berbagai media pada Senin (14/4/2025).
Menurut Trump, Putin adalah pihak pertama yang patut disalahkan karena memulai invasi ke Ukraina.
Namun ia tidak mencabut pernyataan sebelumnya yang menuduh Zelensky dan Biden memiliki andil dalam memicu konflik.
“Yang bisa saya lakukan hanyalah mencoba menghentikannya. Itu saja yang ingin saya lakukan,” kata Trump.
“Saya ingin menghentikan pembunuhan. Dan saya pikir kami telah melakukan pekerjaan itu dengan baik,” ujar Trump kepada wartawan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)