TRIBUNNEWS.COM – Yanto (bukan nama sebenarnya) tergopoh-gopoh turun dari sepeda motornya.
Tak peduli bagaimana ia memarkir sepeda motor, Yanto langsung masuk ke sebuah toko kelontong di dalam Gang Kepuh, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
Suasana toko kelontong saat itu memang tidak terlalu ramai. Hanya ada Unang Junanda, sang pemilik toko bersama seorang sales provider komunikasi.
“Pak, saya mau transfer Rp 500 ribu,” ucap Yanto sebagaimana ditirukan Unang kepada Tribunnews.com, Kamis (9/1/2025).
MANDIRI AGEN – Seorang Mandiri Agen, Unang Junanda saat ditemui Tribunnews.com di toko kelontongnya yang berada di Gang Kepuh, Kampung Petoran, Kecamatan Jebres, Surakarta, Kamis (9/1/2025). (Tribunnews.com/Sri Juliati)
Memang tak ada yang janggal dari permintaan tersebut. Dan sebagai seorang agen perbankan yaitu Mandiri Agen, Unang bisa saja langsung mengabulkan transaksi itu.
Hanya saja, Unang melihat ada gelagat yang tak biasa dari Yanto. Ia tampak gelisah. Matanya terus terpaku pada layar ponsel.
Ia juga memburu-buru Unang agar segera memproses transaksinya. “Cepet ya, Pak, sudah ditunggu transferannya,” kata dia.
“Memang uangnya mau ditransfer ke mana, Pak?” Unang tak tahan untuk segera bertanya.
“Saya dapat hadiah terus diminta transfer Rp 500 ribu agar hadiahnya cair,” jawab Yanto.
Deg! Dugaan Unang ternyata benar. Yanto rupanya menjadi ‘calon’ korban penipuan yang mengatasnamakan perusahaan penyedia layanan komunikasi.
“Pak, kayaknya itu penipuan. Mumpung ada sales provider-nya, coba ditanyakan ada nggak program undian berhadiah seperti itu,” kata Unang.
Sales provider yang sedari tadi mendengarkan percakapan Unang dan Yanto akhirnya ikut menjelaskan. Perusahaan provider tempatnya bekerja sedang tidak menggelar program undian berhadiah.
“Jadi itu pasti bohong, Pak, penipuan,” ujar dia.
Mendengar penjelasan Unang dan sales tersebut, Yanto tersadar. Ia hampir menjadi korban penipuan. Jika tak ada sosok Unang yang mencegahnya, maka hampir pasti uang Rp 500 ribu melayang sia-sia.
Bagi Unang, keberadaannya dirinya sebagai Mandiri Agen tak hanya membuka akses keuangan kepada masyarakat agar mereka lebih mudah mendapatkan layanan.
Namun bagaimana ia melindungi warga atau minimal orang di sekitarnya agar tak menjadi korban penipuan transaksi keuangan.
“Kasihan saya, sudah jauh-jauh untuk transaksi ke sini, eh malah kena tipu,” kata Unang sembari menambahkan Yanto adalah warga Cemani, Sukoharjo yang berjarak sekitar 10 km dari tokonya.
Unang menjelaskan, selama 4 tahun menjadi Mandiri Agen, ia kerap menjumpai cerita sejenis.
“Sebenarnya cerita-cerita kayak gini sering banget terjadi. Ada yang modusnya dapat hadiah dari artis, top up pulsa, top up e-wallet, transfer rekening bank, sampai pembayaran via Virtual Account,” terang Unang.
Saking seringnya, Unang seakan memiliki ‘radar’ tersendiri untuk mengenali kondisi nasabahnya.
“Saya sering niteni (menandai) orang-orang yang hampir jadi korban penipuan transaksi keuangan. Seperti dia terlihat buru-buru, terus foto-foto toko saya dulu, mondar-mandir di sekitar toko.”
“Si penipu kadang juga tahu, kalau ada korban yang ke tempat saya untuk transaksi kayak gitu, pasti saya tolak atau saya cegah,” ungkapnya.
Jika dirasa mencurigakan, ia tidak akan melayani apapun permintaan nasabah tersebut. Bahkan ia sempat bersitegang karena tak segera melayani permintaan si calon korban.
“Pokoknya saya alihkan dulu perhatiannya, kadang saya pinjam HP-nya, biar saya yang ngomong sama si penipunya,” kata dia.
Lakukan Usaha Pencegahan
Cerita yang hampir sama juga diurai Asep Purwani, seorang Mandiri Agen di Jalan Raya Wanayasa-Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jateng.
Tak terhitung lagi usaha pencegahan yang dilakukan Asep agar masyarakat di sekitar tempatnya yang masuk wilayah Pegunungan Karangkobar tak menjadi korban penipuan transaksi keuangan.
“Karena nggak cuma sekali atau dua kali, jadi saya menandai. Kalau orangnya dateng ke sini dalam kondisi plonga-plongo, terus sambil terima telepon, bisa dipastikan dia jadi korban penipuan,” kata dia yang sudah hampir 1,5 tahun menjadi Mandiri Agen.
Asep kemudian berkisah pernah ada pasangan suami-istri yang datang ke gerainya dengan membawa sejumlah uang. Semula Asep tak curiga dan segera melayani permintaan untuk mentransfer uang senilai Rp 500 ribu ke sebuah rekening.
Hanya saja, ketika pasangan itu kembali meminta dirinya melakukan transfer sebesar Rp 1,5 juta, Asep lantas curiga.
“Saya tanya, ‘sebenarnya bayar apa sih, Mas?’ Dia bilang beli sepatu, harganya Rp 500 ribu-Rp 700 ribu. Saya langsung curiga, kok bayar cukainya mahal sekali, lalu saya desak untuk cerita yang sebenarnya,” ungkapnya saat dihubungi, Kamis (9/1/2025).
Dengan nada ketakutan, pasangan itu lantas berkisah baru saja menerima telepon dari pihak yang mengatasnamakan petugas Bea Cukai. Oknum itu mengatakan, ada paket milik mereka yang ditahan oleh Bea Cukai sehingga harus membayar bea masuk.
Pasangan itu pun diminta mentransfer sejumlah uang ke rekening pribadi agar barang dapat dikirimkan.
“Terus oknum itu ngancam akan memproses ke jalur hukum kalau nggak segera transfer sejumlah uang. Saya bilang aja, ‘nggak apa-apa, suruh laporin aja sekalian,’ itu jelas penipuan, jadi nggak usah digubris,” tambah Asep.
Untuk calon korban yang bisa diajak berkomunikasi, Asep mengaku akan menahan selama apapun jika permintaan transaksi mereka dianggap mencurigakan.
Termasuk menyadarkan mereka jika hampir menjadi korban penipuan. Asep mengaku punya jurus pamungkas andai orang tersebut masih bersikeras untuk melanjutkan transaksi
“Tapi kalau orangnya ngeyel dan milih nyari agen perbankan lain, saya sengaja bikin story di WA. Saya tulis, ‘hati-hati, ini orang lagi kena hipnotis, jangan dilayani transaksinya,'” ungkapnya.
Ya, Asep memanfaatkan jaringan sesama agen perbankan di wilayah Karangkobar agar mewaspadai hal serupa.
“Kalau orangnya deket, biasanya langsung saya telepon. Saya beri pesan, nanti kalau ada orang dengan ciri-ciri seperti ini, jangan dilayani ya, dia kena hipnotis,” tambah Asep.
Tindakan pencegahan tersebut, lanjut Asep, juga diterapkan di ketiga cabang Mandiri Agennya. Asep juga menerapkan SOP agar para karyawannya menerima dan menghitung uang terlebih dahulu apabila ada orang yang hendak transaksi setor tunai atau transfer.
“Modusnya ada orang yang mau titip transfer atau setor tunai, tapi uangnya nanti. Kalau nggak ngeh, kita akan transfer dulu, eh sama dia uangnya nggak dikasih, kabur gitu aja. Atau dikasih, tapi uangnya kurang,” kata dia.
Menurut Asep, apa yang dilakukan tersebut sejalan dengan perannya sebagai Mandiri Agen. Tak sekadar melayani transaksi keuangan, ia juga memberikan edukasi agar masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan.
“Karena saya tinggal di wilayah yang cukup jauh dari kantor atau fasilitas perbankan, jadi saya berinisiatif untuk ikut membantu melindungi warga dari tindak penipuan keuangan di era sekarang,” tuturnya.
‘Benteng’ Warga dari Tindakan Penipuan Keuangan
Menanggapi fenomena tersebut, Dosen UIN Saifuddin Zuhri Purwokerto, Ida Puspitarini W mengaku salut dan ikut memberikan apresiasi kepada tindakan para agen keuangan tersebut.
Menurutnya, apa yang dilakukan para agen keuangan itu berdasarkan pengalaman yang dialami setiap hari. Sehingga mereka tahu betul karakter hingga kebiasaan masyarakat di sekitar.
“Agen keuangan itu mayoritas ada di desa-desa, yang melakukan transaksi atau jadi nasabah, biasanya tetangga sendiri atau masyarakat sekitar yang mana para agen ini hafal betul dengan kebiasaan-kebiasaan mereka.”
“Jadi ketika para agen melihat atau mengetahui ada hal yang nggak biasa, mereka pasti me-notice sehingga bisa melakukan pencegahan agar tetangga atau orang yang bertransaksi tidak jadi korban penipuan,” jelasnya kepada Tribunnews.com, Sabtu (11/1/2025).
Faktor kedekatan juga menjadi alasan pendukung mengapa mitra perbankan seperti Mandiri Agen bisa menjadi ‘benteng’ masyarakat dari tindakan penipuan transaksi keuangan.
Keberadaan para agen dapat mengakomodir sejumlah hal yang tidak bisa dilakukan di bank-bank.
“Bank mungkin tidak sampai pada tahap pencegahan seperti itu karena ada antrean yang panjang dan nasabah juga cenderung self service,” kata dia.
Sementara jika dengan agen keuangan, masyarakat memiliki kedekatan baik secara jarak maupun hubungan secara personal.
“Dengan agen, mereka juga bisa curhat, cerita-cerita, sehingga bila ada permintaan transaksi yang mencurigakan, para agen bisa mencegahnya,” ungkap Ida.
Mandiri Agen Berikan Edukasi Keuangan
Keberadaan Mandiri Agen di Kecamatan Karangkobar, Jebres, dan wilayah lain di pelosok negeri menjadi perpanjangan tangan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau Bank Mandiri dalam peningkatan akses ke keuangan untuk kelompok rentan.
Sebaran Mandiri Agen yang terbentuk sejak 2014 juga mampu mempercepat proses literasi keuangan kepada masyarakat.
Menurut SVP Retail Deposit Product and Solution Bank Mandiri, Evi Dempowati, Mandiri Agen memiliki peran sosial dan ekonomi yang krusial bagi masyarakat.
Selain membantu kebutuhan transaksi masyarakat, Mandiri Agen juga dapat memberikan edukasi keuangan kepada masyarakat.
Ia menjelaskan, perluasan Mandiri Agen menjadi salah satu fokus utama perseroan untuk membuka access to finance bagi underserved atau akses finansial kepada masyarakat yang kurang terlayani perbankan.
Evi juga berharap, Mandiri Agen dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.
“Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan ekonomi yang inklusif,” tambah Evi dalam keterangannya.
Sementara itu, berdasarkan Laporan Keberlanjutan 2023 Mendukung Masa Depan Berkelanjutan Melalui Investasi Hijau, jumlah Mandiri Agen per 2023 mencapai 130.100 orang.
Sementara jumlah rekening yang dibuka melalui Mandiri Agen sebanyak 2,87 juta dan volume transaksi Mandiri Agen tembus Rp 92,82 triliun.
“Sebagai bank terbesar di Indonesia, kami berkomitmen untuk mengatalisasi berbagai pertumbuhan dengan dampak sosial untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” kata Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi dalam laporan tersebut.
Inisiatif untuk mewujudkan komitmen tersebut dijalankan di bawah pilar Sustainability Beyond Banking. Bank berlogo pita emas itu berusaha meningkatkan akses terhadap layanan keuangan kepada masyarakat.
Khususnya mereka yang termasuk dalam kriteria masyarakat prioritas yang telah ditetapkan oleh pemerintah, memberdayakan UMKM melalui Digipreneurship, serta melaksanakan kajian terkait keberlanjutan untuk mengakselerasi ekonomi rendah karbon di Indonesia.
“Kami menyediakan produk dan layanan keuangan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, serta dapat diakses melalui kantor-kantor cabang Bank, layanan digital, Mandiri Agen, serta pihak-pihak lainnya yang bekerja sama dengan Bank untuk menyediakan layanan keuangan,” kata dia.
Darmawan menambahkan, Mandiri Agen merupakan inisiatif branchless banking dari Bank Mandiri agar masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah terpencil dapat mengakses layanan keuangan tanpa perlu datang langsung ke kantor cabang bank.
Nasabah dapat mengakses layanan pembukaan rekening, setor dan tarik tunai, transfer dana, pembelian, serta pembayaran tagihan melalui Mandiri Agen.
Mandiri Agen juga turut mengedukasi masyarakat melalui kegiatan literasi keuangan dan literasi digital. Di beberapa tempat, Mandiri Agen memiliki keterampilan berbahasa isyarat untuk melayani nasabah tuna rungu dan tuna wicara.
Peningkatan inklusi keuangan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Terutama untuk menjangkau masyarakat yang belum tersentuh sistem keuangan yang konvensional.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)