Nganjuk (beritajatim.com) – Pentingnya peran publikasi dalam suatu organisasi semakin disadari oleh banyak pihak. Tak hanya untuk eksistensi, tetapi juga untuk memastikan adanya pertanggungjawaban terhadap masyarakat terkait program kerja yang dijalankan.
Hal inilah yang disampaikan dalam pelatihan menulis berita yang diadakan oleh Lembaga Talif wan Nasyr (LTN) Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk pada Minggu, 14 September 2025.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 40 peserta, yang terdiri dari pengurus LTN dan perwakilan lembaga serta organisasi badan otonom (banom) di Kecamatan Rejoso. Pelatihan tersebut digelar di kantor sekretariat LTN dan menghadirkan Abdul Haris, sebagai pemateri utama.
Dalam kesempatan itu, Hery Purwanto, penasihat LTN Rejoso, memberikan apresiasi atas kontribusi nyata LTN meski baru berusia sembilan bulan. Ia juga menekankan pentingnya dukungan dari MWCNU Rejoso agar program-program LTN dapat berkembang lebih lanjut.
“Ini agar program-program LTN dapat terus berkembang,” ujar Hery Purwanto, berharap ada dukungan lebih banyak lagi dari organisasi dan masyarakat.
Pesan ini mendapat respon positif dari berbagai pihak. Wakil Tanfidziyah MWCNU Rejoso, Watijo, juga memberikan arahan agar pengurus LTN tetap menjaga keseimbangan dalam bekerja sama dengan organisasi lain.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua Ansor PAC Rejoso, Syamsul Arifin, yang mengajak LTN untuk berkolaborasi dengan Cyber Ansor, terutama dalam memperkuat literasi digital dan media dakwah.
Abdul Haris, dalam pemaparannya, menjelaskan bahwa pemberitaan memiliki peran yang sangat vital bagi sebuah organisasi. “Orang di luar sana tidak tahu ada kegiatan organisasi ini jika tidak ditulis beritanya,” ujarnya, menekankan bahwa berita adalah sarana penting untuk mengkomunikasikan aktivitas organisasi kepada masyarakat luas.
Dalam sesi pelatihan yang sangat interaktif, Abdul Haris membagikan trik menulis berita yang singkat, padat, dan jelas. Ia mengungkapkan bahwa kekuatan utama sebuah berita terletak pada lead atau kalimat pembuka. “Judul berita harus menarik, agar pembaca tertarik untuk melanjutkan membaca,” jelasnya.
Selain itu, ia juga mengingatkan agar setiap berita yang ditulis harus dapat menjawab unsur 5W+1H: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi.
Di akhir pelatihan, para peserta diberi kesempatan untuk menulis berita secara langsung, dengan bimbingan dari Abdul Haris yang mendampingi mereka dengan penuh kesabaran. Hasilnya, para peserta mampu menulis berita yang sesuai dengan kaidah jurnalistik dan mudah dipahami oleh pembaca. [suf]
