Penipuan Canggih, Ketua Dewan Pendidikan Jombang Hampir Terkecoh Oleh Penelepon Mengaku Bupati

Penipuan Canggih, Ketua Dewan Pendidikan Jombang Hampir Terkecoh Oleh Penelepon Mengaku Bupati

Jombang (beritajatim.com) – Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Cholil Hasyim, hampir menjadi korban penipuan yang sangat canggih. Kejadian ini bermula ketika ia menerima sebuah pesan WhatsApp dari nomor yang mengaku berasal dari Kantor Bupati Jombang, Kamis (25/9/2025).

Pesan tersebut menyertakan notifikasi panggilan masuk yang tidak terjawab. Merasa curiga, Cholil kemudian menelepon balik nomor tersebut, namun tidak ada jawaban. Beberapa detik setelahnya, nomor yang sama menelepon balik dan memperkenalkan dirinya sebagai staf rumah dinas Bupati Jombang Warsubi.

Dalam percakapan itu, sang penelepon meminta Cholil untuk standby menunggu panggilan dari Bupati Warsubi. “Pak Bupati mau berbicara langsung. Saya diminta bersiap karena akan segera ditelepon,” jelas Cholil menceritakan awal mula kejadian tersebut, Sabtu (27/9/2025).

Tak lama kemudian, Cholil menerima panggilan dari nomor yang berbeda dan langsung mengangkatnya. Suara di ujung telepon terdengar mirip dengan suara Bupati Warsubi, dengan gaya bicara khas kepala daerah yang biasa memimpin rapat strategis.

Pembicaraan awal mengenai kesehatan dan kondisi terkini terasa seperti percakapan biasa. Namun, semakin lama percakapan itu berlanjut, kejanggalan mulai muncul.

Sang penelepon yang mengaku sebagai bupati membahas soal program pengembangan ekonomi dan koperasi yang mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat. Ia kemudian meminta Cholil untuk menalangi biaya jasa seseorang yang katanya telah membantu program tersebut, dengan nominal Rp35 juta.

Permintaan ini semakin membuat Cholil ragu, namun sang penelepon terus meyakinkan dengan janji-janji untuk mendukung penuh program Dewan Pendidikan Jombang, termasuk anggaran Rp200 juta untuk mendukung kinerja mereka.

“Nanti setelah program dari pemerintah pusat turun, pasti saya penuhi kebutuhan Dewan Pendidikan,” katanya, meyakinkan Cholil untuk segera mentransfer uang.

Setelah mendengarkan permintaan yang semakin aneh dan tidak masuk akal, Cholil akhirnya menyadari bahwa ini adalah modus penipuan. Ia pun memutuskan untuk memutuskan sambungan telepon.

“Karena sudah tidak masuk akal dan ada indikasi penipuan, langsung saya matikan teleponnya,” ujar Cholil.

Ia kemudian mengonfirmasi dengan pihak terkait bahwa tidak ada staf rumah dinas Bupati yang menghubungi dirinya, dan ia yakin Bupati Warsubi tidak akan melakukan tindakan seperti itu.

Pengalaman ini menjadi peringatan bahwa penipuan dengan modus manipulasi suara semakin canggih. Cholil berharap kejadian ini dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap modus-modus penipuan yang sering kali mengincar tokoh publik dan masyarakat umum. [suf]