Pengguna QRIS Jawa Tengah Terbesar Kedua Nasional, Segini Banyaknya Frekuensi Scan Transaksi

7 February 2024, 19:36

SUARAMERDEKA.COM– Bank Indonesia Jawa Tengah terus berupaya menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran. Langkah ini dilakukan dengan akselerasi digitalisasi pembayaran dengan mendorong pengguna baru serta volume transaksi QRIS sepanjang 2024. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra menyebut, komitmen perluasan QRIS tersebut sejalan dengan perkembangan transaksi tahun 2023 yang menunjukkan tren positif. Baca Juga: Ada Gurame Dimasak Pesmol Ikan Saja, Jangan Lupakan Bahan yang Satu Ini Dijamin Makin Sedap Mantap Secara nasional, Jawa Tengah memiliki pengguna baru terbanyak ke-2 sebesar 2,48 juta. “Secara total terdapat 5,52 juta pengguna QRIS dengan pertumbuhan sebesar 81,54 persen (yoy),” ujar Rahmat saat media briefing Rabu 7 Februari 2024 di Semarang.

Sementara itu, dari sisi volume transaksi, Jawa Tengah menduduki peringkat ke-5 dengan total frekuensi scan sebanyak 101,14 juta. Baca Juga: Guru Besar Undip Ingatkan, Sikap Jujur, Pemberani dan Peduli yang Dimiliki Pangeran Diponegoro Ditambahkan, untuk merchant QRIS menduduki posisi ke-4 sebesar 3,09 juta secara nasional. Rahmat menyebut, merchant QRIS didominasi oleh UMKM sebesar 98,04 persen. Kategori terbesar ini merupakan Usaha Mikro sebanyak 69,95 persen dari pangsa merchant QRIS di Jawa Tengah. “Dominasi merchant adalah UMKM hingga 98,04 persen,” papar Rahmat. Baca Juga: Ini Dia 3 Tempat Wisata di Wonosobo Jawa Tengah, Ada Desa Bernuansa Kerajaan Jaman Majapahit Sudah Tahu Belum? Menyongsong tahun 2024, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk mendukung pencapaian 55 juta pengguna baru secara nasional. Caranya yaitu dengan terus mendorong kerjasama antar-lembaga dan menyasar berbagai segmen masyarakat untuk mendongkrak pengguna baru QRIS. Beberapa upaya yang sudah dilakukan sebelumnya dan akan dilanjutkan di tahun ini diantaranya menyasar para pekerja pabrik atau karyawan perusahaan, pelajar hingga digitalisasi sektor transportasi.***         Ekonomi Jawa Tengah Tetap Tumbuh Positif di Tengah Ketidakpastian Global Pada triwulan IV 2023 pekonomian Jawa Tengah tetap tumbuh positif sebesar 4,73% (yoy), meski melambat dibanding triwulan lalu yang tercatat 4,92% (yoy). Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah terbesar berasal dari konsumsi rumah tangga, yang memiliki andil terhadap PDRB sebesar 3,32% dan tumbuh sebesar 5,65% (yoy). Kinerja konsumsi rumah tangga ini didorong oleh peningkatan konsumsi pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Hasil Survei Konsumen (SK) juga menunjukkan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi, berada pada level optimis (>100) sebesar 134,63, meningkat dibanding triwulan III 2023 (133,70). Perekonomian Jawa Tengah juga didorong oleh kinerja investasi yang tumbuh sebesar 4,02% (yoy) serta didukung pula oleh perbaikan kinerja ekspor yang tercatat tumbuh 4,74% (yoy), di tengah permintaan global yang belum kembali normal. Dari sisi lapangan usaha, sumber pertumbuhan bersumber dari sektor industri pengolahan, yang memiliki andil sebesar 1,39% dan tumbuh sebesar 4,22% (yoy). Perkembangan tersebut sejalan dengan PMI Jawa Tengah yang masih berada pada fase ekspansi (58,6 pada triwulan IV’23), didorong oleh permintaan domestik yang masih kuat. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja sektor perdagangan juga masih tumbuh positif sebesar 3,47% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV 2023 tertahan oleh penurunan kinerja sektor pertanian, dari 1,81% (yoy) pada triwulan III-2024 menjadi minus 4,63% (yoy). Hal ini terjadi seiring dengan penurunan produksi padi pada triwulan laporan sebesar 11,05% (yoy), yang masih belum memasuki periode panen. Selain itu, penurunan kinerja pertanian juga dipengaruhi oleh El Nino yang berdampak pada penurunan luas tanam padi sebesar 40,54% (yoy). Lebih lanjut, capaian inflasi sembilan kota gabungan di Jawa Tengah pada bulan Januari 2024 sebesar 2,69% (yoy), berada di rentang sasaran target inflasi 2,5±1%. Secara spasial, seluruh kota/kabupaten IHK di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Rembang, Kabupaten Wonosobo, dan Kota Semarang. Pada periode laporan, deflasi disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, normalisasi permintaan masyarakat seiring dengan festive season Natal dan Tahun Baru 2024 yang telah usai. Kedua, peningkatan pasokan seiring dengan panen komoditas hortikultura pada sentra produksi seperti Temanggung dan Magelang. Ketiga, penurunan harga BBM karena harga minyak dunia turun. Sementara itu, penurunan inflasi tertahan oleh kenaikan harga komoditas pangan tertentu seperti beras, tomat, bawang putih dan bawang merah serta kenaikan harga Sigaret Kretek Mesin (SKM), sejalan dengan kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10% yang ditetapkan oleh Pemerintah per 1 Januari 2024 ke harga jual rokok. Ke depan, ekonomi Jawa Tengah diprakirakan tetap kuat dengan didukung permintaan domestik. Pertumbuhan akan bersumber dari konsumsi rumah tangga dan konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT). Pelaksanaan pemilu dan pilkada serentak pada 2024 mendorong kenaikan konsumsi LNPRT. Sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong beberapa faktor, seperti kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024, serta stimulus fiskal dan makroprudensial yang masih berlanjut. Sementara itu, kinerja investasi dan sektor konstruksi Jawa Tengah diperkirakan akan meningkat seiring dengan percepatan pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditargetkan akan selesai pada 2024. Untuk melanjutkan tren pemulihan ekonomi Jawa Tengah yang berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah yang lebih strategis dan sinergi kebijakan antara pemerintah daerah dan Bank Indonesia, serta keterlibatan pelaku usaha dalam mempertahankan produktivitas sektor-sektor utama dan menjaga iklim investasi tetap kondusif.