Jakarta, Beritasatu.com – Pengamat media sosial Enda Nasution menilai, anak muda paling rentan terpapar radikalisme di media sosial lantaran tidak memiliki literasi yang cukup untuk menyaring informasi.
Enda mengatakan, pemuda makin rentan terpapar gagasan-gagasan ekstrem melalui internet dan media sosial.
“Sering menjadi sarana bagi kelompok radikal untuk merekrut anggota baru dan menyebarkan propaganda,” kata Enda dalam keterangannya, Rabu (30/10/2024).
Saat ini, lanjut Enda Nasution, anak muda merupakan pihak yang paling aktif mengonsumsi informasi dari media sosial.
Lebih jauh Enda menyebutkan, kondisi tersebut dapat menjadi buruk apabila seluruh informasi yang diterima tidak disaring terlebih dahulu.
Menurut Enda, seseorang yang terlalu banyak menelan informasi tanpa diselaraskan dengan fokus pengembangan diri, maka akan menyebabkan munculnya kemalasan. Hal itu akan memantik berbagai persoalan kesehatan mental.
Dalam kondisi mental yang tidak stabil, lanjutnya, kalangan anak muda akan mudah terpengaruh dengan beragam jenis informasi. “
“Termasuk paham radikal yang mengarah ke aksi terorisme,” kata Enda Nasution.
Dia menyarankan, untuk menangkal hal tersebut, seluruh pihak perlu memperkuat sosialisasi tentang media massa dan ragam jenis informasinya kepada kalangan anak muda. Pemerintah juga harus turun tangan untuk mengatasi hal ini.
Menurutnya, langkah tersebut dapat membuat seluruh kalangan anak muda teredukasi. “Sehingga tidak mudah terpapar dengan ragam informasi yang menyesatkan,” ujar Enda.
“Anak muda juga perlu memperkuat literasi tentang ideologi Pancasila agar tidak terpapar dengan paham radikal,” tambahnya.