TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Ekonomi dan Perbankan dari Binus University, M. Doddy Ariefianto, menilai langkah cepat yang diambil Presiden RI Prabowo Subianto dalam merespons kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas dan sentimen positif terhadap perekonomian nasional.
“Terdapat sentimen positif di bursa saham Indonesia (IHSG) dalam beberapa hari terakhir ini. Faktornya adalah, melunaknya Trump’s tariffs policy. Di samping itu, gercepnya Presiden (Prabowo) terhadap Trump Policy (yang mengambil langkah non-konfrontatif) serta fokus kepada ekonomi,” ungkap Doddy kepada wartawan, Selasa (15/4/2025).
Doddy menambahkan, salah satu langkah konkret yang menunjukkan keseriusan Presiden Prabowo dalam merespons dinamika global pasca-Lebaran adalah menggelar sarasehan bersama para ekonom dan pengamat pasar.
“Pasca lebaran kemarin salah satu agenda awal Presiden adalah sarasehan dengan para ekonom-pengamat pasar. Hal ini menunjukkan bagaimana Presiden sangat fokus dan tanggap terhadap kondisi pasar,” lanjutnya.
Hal senada juga disampaikan oleh pakar ekonomi, keuangan, dan manajemen Panji Irawan.
Ia menilai lonjakan sentimen positif di pasar juga dipicu oleh sikap Presiden Prabowo Subianto yang sigap dalam menanggapi kebijakan tarif impor baru Trump.
Menurut Panji, Prabowo telah mengambil langkah-langkah strategis yang tepat, salah satunya dengan mengirim tiga menterinya ke Amerika Serikat untuk melakukan negosiasi langsung terkait kebijakan tarif yang diumumkan Trump.
Selain itu, Prabowo juga memperluas komunikasi dan diplomasi ke berbagai negara, mulai dari Perdana Menteri Malaysia hingga para pemimpin negara di Timur Tengah.
“Adapun inisiatif menjelaskan strategi dan eksekusinya secara langsung dan holistik, plus dihadiri komponen kunci penyelenggara negara sebagaimana dilakukan pada 8 April 2025 terbukti efektif menetralisir dinamika pasar modal dan memberi pemahaman utuh kepada investors,” jelas Panji.
Panji menyebut, langkah diplomatik yang dilakukan Prabowo sangat potensial membuka jalan bagi kerja sama dagang yang lebih luas, terutama di tengah tekanan global akibat kebijakan proteksionis.
“The good thing is, pemerintahan Prabowo memiliki inisiatif membangun yang diracik sesuai dengan strength dan opportunity di masyarakat dan negara. Ekspansi diperlukan agar RI terus tumbuh,” ujarnya.
Lebih lanjut, Panji juga menyarankan agar pemerintah secara aktif mencari negara-negara tujuan ekspor baru sebagai upaya antisipasi terhadap potensi hambatan dagang dari negara yang memasang tarif tinggi seperti AS.
“Kolaborasi antar otoritas moneter, fiskal dan jasa keuangan untuk menggarap peta potensi alternatif ekspor yang dapat dimanfaatkan eksportir dan pemerintah (a/l Kemendag, Kemenlu) untuk mendapatkan alternatif tujuan ekspor baru,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya konsistensi pemerintah dalam mengoptimalkan devisa hasil ekspor, serta perlunya pendekatan aktif dari Bank Indonesia terhadap pasar perbankan guna menciptakan transaksi valas yang lebih efisien antara eksportir dan importir.
“Mapping pelaku pasar valas dan potensi volume transaksi valas (buyer dan seller), secara historis sudah ada polanya sehingga dapat dikelola. Policy DHE dan instrumen penempatannya dapat didesain atraktif,” tutur Panji.
Dalam menghadapi krisis global yang penuh ketidakpastian, Panji menggarisbawahi pentingnya kerja sama pragmatis dan kompak antara pemerintah dan sektor swasta, untuk menciptakan peluang kerja sama bisnis baik di dalam negeri maupun secara global.