Jombang (beritajatim.com) – Sedikitnya 2.000 jamaah menghadiri pengajian rutin Selasa Legi di Masjid Ulil Albab Tebuireng, Selasa (18/2/2025). Acara yang digelar oleh Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Diwek ini berlangsung penuh khidmat.
Hadir dalam kegiatan tersebut Camat Diwek beserta unsur Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), jajaran MWCNU Diwek, serta jamaah dari ranting dan badan otonom (banom) NU, khususnya dari Muslimat NU.
Acara diawali dengan tahlil dan pemberian santunan kepada 50 anak yatim. Setelah itu, dilakukan penyerahan 18 papan NU untuk mushola-mushola yang ada di Kecamatan Diwek. Rangkaian acara berlanjut dengan pengajian kitab At-Tahdzib oleh Ketua MWCNU Diwek, KH Hamdi Sholeh.
Lalu ditutup dengan mauidzah hasanah yang disampaikan oleh Ketua PCNU Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadzik (Gus Fahmi), yang juga merupakan Pengasuh Pesantren Putri Tebuireng.
Ketua Panitia, Agus Sawung Basuki, mengapresiasi suksesnya acara yang berlangsung di Cukir. Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Cukir ini mengaku senang desanya ditunjuk sebagai tuan rumah.
Ia menilai rangkaian acara berlangsung lebih tertib karena tidak ada pedagang yang masuk ke area pengajian. Masyarakat Cukir, lanjutnya, tidak keberatan jika kegiatan NU sering digelar di wilayahnya. “Semoga tahun-tahun ke depan makin banyak jamaah yang hadir,” ujarnya.
Camat Diwek, Agus Sholihuddin, juga memberikan apresiasi terhadap kontribusi NU bagi masyarakat. Ia menyampaikan bahwa pada bulan Ramadan mendatang, Kecamatan Diwek akan menggelar Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ). “Saya yakin Diwek gudangnya qari, sehingga pasti banyak peserta dari sini,” ungkapnya.
Ia juga membuka pintu bagi NU dan banomnya untuk mengadakan kegiatan di kantor Kecamatan Diwek yang baru. “Itu adalah milik masyarakat, bukan hanya kantornya Pak Camat Diwek saja,” katanya. Ia berharap keberadaan kantor kecamatan bisa memberikan lebih banyak manfaat bagi warga.
Dalam mauidzah hasanah-nya, Gus Fahmi mengajak jamaah untuk bersyukur menjadi bagian dari NU.
Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keutuhan NKRI. “Karena para pendiri NU rata-rata juga pendiri NKRI yang sekarang ditetapkan sebagai pahlawan nasional,” imbuhnya.
Hal serupa ditegaskan oleh Rais Syuriah MWCNU Diwek, KH Nur Hadi, yang akrab disapa Mbah Bolong. Ia mengutip kitab Hidayatul Adzkiya yang menyatakan bahwa menjalankan ajaran Islam juga merupakan bentuk menjaga NKRI. “Sehingga tidak ada lagi yang tersesat,” katanya.
Mbah Bolong juga mengingatkan bahwa bulan Ramadan adalah momentum yang tepat untuk meningkatkan ketakwaan. “Warga NU Diwek harus memanfaatkan itu,” pungkasnya. [suf]
