Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti menemukan spesies pohon baru di tengah hutan belantara Afrika. Temuan baru ini cukup unik karena spesies pohon tersebut berukuran raksasa dan berusia ribuan tahun.
Spesies pohon baru yang ditemukan di tengah hutan hujan di Pegunungan Udzungwa itu diberi nama Tessmannia princeps. Namanya adalah terjemahan bahasa latin dari “yang paling mulia”, sebuah referensi dari pucuknya yang selalu berposisi paling tinggi di tengah belantara.
Tinggi T. princeps mencapai 40 meter atau lebih tinggi sedikit dari tinggi Patung Pancoran yang mencapai 38 meter dengan diameter batang mencapai 2,7 meter.
Tidak hanya tinggi dan tebal, T. princeps juga panjang umur. Peneliti menemukan 12 hingga 15 lingkar pohon dalam 1 cm kayu dari intinya. Andrea Bianchi, salah satu peneliti yang menemukan pohon tersebut, menyatakan lingkar tersebut menunjukkan T. princeps tumbuh sangat perlahan. Normalnya, lingkar pohon bertambah satu setiap tahun.
“Artinya pohon terbesar usianya sekitar 2.000 hingga 3.000 tahun,” kata Bianchi kepada Mongabay yang dikutip oleh IFL Science.
Masih banyak pohon yang lebih tinggi dari T. princeps dan beberapa spesies pohon usianya lebih tua. Pohon paling tua yang masih hidup sampai saat ini adalah Methuselah yang tumbuh di negara bagian California di Amerika Serikat (yang berusia 4.856 tahun) dan Alerce Milenario atau Gran Abuelo di Cile yang usianya berkisar antara 3.654 dan 5.484 tahun.
Keunikan dari T. princeps adalah caranya berkembang biak, yaitu menyebarkan benih lewat sebuah ledakan “dehiscence.” Dalam proses ini, benih dilontarkan dari polongnya.
Peneliti hanya menemukan dua populasi T. princeps yang tumbuh berdekatan. Situasi tersebut dan proses tumbuhnya yang sangat lambat membuat peneliti mengusulkan spesies pohon baru ini masuk ke dalam IUCN Red List yang berarti terancam punah.
Untungnya, T. princeps ditemukan di lokasi proyek restorasi hutan. Tujuannya untuk “menyambungkan kembali” wilayah hutan hujan purba yang sempat terputus-putus.
“Jika proyek ini berhenti, T. princeps terancam oleh kehilangan habitat dan harus dikelompokkan dalam kategori terancam kritis,” kata tim peneliti.
(dem/dem)