Pendopo Curahdami Bondowoso Disulap Jadi Stadion Mini untuk Dukung Timnas

Pendopo Curahdami Bondowoso Disulap Jadi Stadion Mini untuk Dukung Timnas

Bondowoso (beritajatim.com) – Udara malam takbiran di Kecamatan Curahdami, Bondowoso, terasa berbeda, Kamis malam (5/6/2025). Bukan karena angin atau cuaca, tapi karena gelombang semangat yang menyeruak dari ratusan warga yang tumplek blek di Pendopo Kecamatan.

Mereka datang bukan untuk menghadiri rapat, bukan pula acara seremonial. Mereka datang untuk satu tujuan: mendukung Timnas Indonesia. Dari anak-anak hingga orang tua, dari pelajar hingga pedagang, semua menyatu di halaman pendopo.

Tak hanya dari Curahdami, warga dari Jambesari, Kota Bondowoso, hingga desa-desa pelosok juga ikut berdatangan. Malam itu, pendopo berubah menjadi stadion mini. Sorak, teriakan, dan tepuk tangan menyatu di layar lebar yang memutar laga Indonesia melawan China dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.

“Ini bukan sekadar nobar. Ini ajang kebersamaan dan cinta tanah air,” kata Saudia Yourdan Islami Taufik, Camat Curahdami.

Sebelum peluit pertama dibunyikan, suasana makin hangat. Panitia mengajak warga ikut tebak skor. Banyak yang menebak Indonesia akan menang 1-0.

“Ternyata yang menebak 1-0 sangat banyak. Akhirnya kami pilih tiga orang tercepat untuk dapat hadiah,” ucap Yourdan sambil tersenyum.

Dan benar saja, tepat di menit ke-44, prediksi itu menjadi kenyataan. Setelah Ricky Kambuaya dilanggar di kotak penalti, Ole Romeny – striker muda keturunan Belanda – mengambil tanggung jawab.

Dengan penuh percaya diri, dia mengarahkan bola ke sisi yang berlawanan dari gerak kiper. Gol!
Pendopo bergemuruh. Anak-anak melompat, wajah-wajah berseri mengudara di bawah langit Curahdami. Teriakan dan tepuk tangan memenuhi malam.

“Selebrasi Ole luar biasa. Tangannya ditaruh di dagu, seolah bilang: Banggalah jadi orang Indonesia!” ujar Sholeh, seorang penonton sambil menirukan gaya sang striker.

Dengan kemenangan itu, Indonesia kini mengoleksi 10 poin dan duduk di peringkat ketiga grup, menyalip Arab Saudi yang masih bertanding malam itu. China, dengan kekalahan ini, resmi tersingkir.

Namun yang paling membekas dari malam itu bukanlah hitungan angka klasemen. Melainkan bagaimana sepak bola menyatukan warga lintas usia, desa, dan latar belakang dalam semangat yang sama. Dan malam itu belum akan jadi yang terakhir.

“Insya Allah, pekan depan kita nobar lagi lawan Jepang. Harus tetap semangat,” janji Yourdan yang sejak awal komitmen menghadirkan hiburan positif untuk masyarakatnya.

Bagi warga Curahdami dan sekitarnya, malam itu adalah malam yang tak biasa—malam ketika pendopo menjadi saksi betapa kuatnya cinta pada merah putih. [awi/suf]