Gresik: Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menanam 7.000 mangrove di pesisir Pulau Mangare, Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Bersama para relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Timur, DMC Dompet Dhuafa memenuhi kembali mangrove di kawasan tambak ikan di sekitar pantai yang telah lama rusak akibat air laut yang menerjang, menyebabkan abrasi dan banjir rob setiap tahun.
Dalam program penanaman mangrove ini DMC Dompet Dhuafa juga menggandeng komunitas lokal Exotic Mangare, yakni sekelompok warga pulau Mangare yang peduli terhadap ekosistem mangrove di pulau tersebut.
“Terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa telah memercayai kami dalam program penanaman mangrove di Mangare. Kami berharap program ini bisa terus berkembang. Mangrove yang kita tanam bersama juga bisa berkembang sehingga abrasi yang menjadi ancaman warga di sini berkurang, daratan masih terus utuh dan masyarakat yang menggantungkan nafkah di tambak-tambak bisa mendapatkan hasilnya,” ujar Ahmad Ja’far, perwakilan anggota Exotic Mangrove.
Ahmad Ja’far pun menjelaskan bagaimana abrasi menjadi momok wilayah pesisir Mangare. Menurutnya setiap tahun abrasi mengikis setiap jengkal daerah daratan pulau Mangare.
“Abrasi menenggelamkan daratan pulau ini, seperti laut yang kita lihat (di belakang titik Lokasi penanaman mangrove) dulunya itu adalah daratan dan tambak. Sekarang yang bis akita lihat hanya lautan,” katanya.
Ahmad Ja’far menjelaskan abrasi telah menenggelamkan banyak tambak ikan milik warga. Dari sekitar 200 tambak yang ada di Desa Tanjung Widoro, kini hanya tersisa sekitar 15 tambak ikan.
“Banjir rob kerap melanda Pulau Mangare. Ketinggian air sekitar 2 meter menutupi daerah pesisir yang berisi tamba-tambak ikan. Setiap tahun selalu ada banjir rob. Banjir ini tentu membuat rugi warga yang punya usaha tambak,” ujarnya.
DMC Dompet Dhuafa menentukan pulau Mangare yang berada di pesisir utara Jawa sebagai program penanaman mangrove guna memulihkan ekosistem pesisir setelah melakukan coastal assessment beberapa waktu sebelumnya.
Dengan penanaman mangrove, ekosistem pesisir bisa kembali pulih dan mampu bertahan dari abrasi yang kian mengancam akibat perubahan iklim.
“Kondisi perairan Mengare saat ini sangat memprihatinkan. Tidak adanya breakwater dan atau green belt menyebabkan daratan berhadapan langsung dengan ombak yang ganas. Ratusan hektare tambak telah tenggelam dan banyak tambak yang rusak serta potensial tenggelam, bahkan abrasi dan ROB yang terjadi telah mematikan wisata Pantai Ayang-Ayang,” kata Lu’lu-u Azizah dari Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa.
Lulu menuturkan wilayah batas antara laut dan pantai seharusnya dibangun infrastruktur berupa breakwater sebagai solusi paling konkret untuk memecah ombak dan menekan daya rusak ombak saat mencapai area tambak, atau pemukiman penduduk.
“Penanaman mangrove di wilayah tersebut tidak lagi memungkinkan karena ganasnya ombak yang bisa menghempaskan tanaman mangrove yang baru ditanam. Oleh karena itu kami menentukan titik penanaman mangrove yang agak jauh dari laut sebagai mitigasi jika suatu waktu area tersebut terdampak daya rusak dari ombak yang mencapai daerah tersebut,” ujar Lulu.
Dengan program penanaman mangrove di Pulau Mangare, DMC Dompet Dhuafa berupaya memberikan solusi jangka panjang untuk melindungi ekosistem pesisir dan mencegah kerugian lebih besar bagi masyarakat yang bergantung pada tambak dan daratan pulau.
Peran mangrove sebagai pelindung alami dataran pantai dari terjangan ombak, dan kenaikan permukaan air laut yang merupakan dampak langsung dari krisis iklim, mampu menaruh kembali harapan dari masyarakat pesisir untuk menjaga tempat tinggalnya tetap utuh. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.
Gresik: Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menanam 7.000 mangrove di pesisir Pulau Mangare, Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, pada Sabtu, 21 Desember 2024.
Bersama para relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Timur, DMC Dompet Dhuafa memenuhi kembali mangrove di kawasan tambak ikan di sekitar pantai yang telah lama rusak akibat air laut yang menerjang, menyebabkan abrasi dan banjir rob setiap tahun.
Dalam program penanaman mangrove ini DMC Dompet Dhuafa juga menggandeng komunitas lokal Exotic Mangare, yakni sekelompok warga pulau Mangare yang peduli terhadap ekosistem mangrove di pulau tersebut.
“Terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa telah memercayai kami dalam program penanaman mangrove di Mangare. Kami berharap program ini bisa terus berkembang. Mangrove yang kita tanam bersama juga bisa berkembang sehingga abrasi yang menjadi ancaman warga di sini berkurang, daratan masih terus utuh dan masyarakat yang menggantungkan nafkah di tambak-tambak bisa mendapatkan hasilnya,” ujar Ahmad Ja’far, perwakilan anggota Exotic Mangrove.
Ahmad Ja’far pun menjelaskan bagaimana abrasi menjadi momok wilayah pesisir Mangare. Menurutnya setiap tahun abrasi mengikis setiap jengkal daerah daratan pulau Mangare.
“Abrasi menenggelamkan daratan pulau ini, seperti laut yang kita lihat (di belakang titik Lokasi penanaman mangrove) dulunya itu adalah daratan dan tambak. Sekarang yang bis akita lihat hanya lautan,” katanya.
Ahmad Ja’far menjelaskan abrasi telah menenggelamkan banyak tambak ikan milik warga. Dari sekitar 200 tambak yang ada di Desa Tanjung Widoro, kini hanya tersisa sekitar 15 tambak ikan.
“Banjir rob kerap melanda Pulau Mangare. Ketinggian air sekitar 2 meter menutupi daerah pesisir yang berisi tamba-tambak ikan. Setiap tahun selalu ada banjir rob. Banjir ini tentu membuat rugi warga yang punya usaha tambak,” ujarnya.
DMC Dompet Dhuafa menentukan pulau Mangare yang berada di pesisir utara Jawa sebagai program penanaman mangrove guna memulihkan ekosistem pesisir setelah melakukan coastal assessment beberapa waktu sebelumnya.
Dengan penanaman mangrove, ekosistem pesisir bisa kembali pulih dan mampu bertahan dari abrasi yang kian mengancam akibat perubahan iklim.
“Kondisi perairan Mengare saat ini sangat memprihatinkan. Tidak adanya breakwater dan atau green belt menyebabkan daratan berhadapan langsung dengan ombak yang ganas. Ratusan hektare tambak telah tenggelam dan banyak tambak yang rusak serta potensial tenggelam, bahkan abrasi dan ROB yang terjadi telah mematikan wisata Pantai Ayang-Ayang,” kata Lu’lu-u Azizah dari Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa.
Lulu menuturkan wilayah batas antara laut dan pantai seharusnya dibangun infrastruktur berupa breakwater sebagai solusi paling konkret untuk memecah ombak dan menekan daya rusak ombak saat mencapai area tambak, atau pemukiman penduduk.
“Penanaman mangrove di wilayah tersebut tidak lagi memungkinkan karena ganasnya ombak yang bisa menghempaskan tanaman mangrove yang baru ditanam. Oleh karena itu kami menentukan titik penanaman mangrove yang agak jauh dari laut sebagai mitigasi jika suatu waktu area tersebut terdampak daya rusak dari ombak yang mencapai daerah tersebut,” ujar Lulu.
Dengan program penanaman mangrove di Pulau Mangare, DMC Dompet Dhuafa berupaya memberikan solusi jangka panjang untuk melindungi ekosistem pesisir dan mencegah kerugian lebih besar bagi masyarakat yang bergantung pada tambak dan daratan pulau.
Peran mangrove sebagai pelindung alami dataran pantai dari terjangan ombak, dan kenaikan permukaan air laut yang merupakan dampak langsung dari krisis iklim, mampu menaruh kembali harapan dari masyarakat pesisir untuk menjaga tempat tinggalnya tetap utuh. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(ROS)