Bojonegoro (beritajatim.com) – Kejadian perahu tenggelam pengangkut pasir hasil tambang tradisional di Sungai Bengawan Solo sering terjadi.
Namun, sebagian besar penambang pasir tradisional itu memiliki kemampuan berenang untuk menyelamatkan diri jika terjadi kemungkinan tenggelam.
Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga Desa Semanding Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Ahmad Suyuti. Kejadian perahu penambang pasir yang tenggelam di Sungai Bengawan Solo sudah sering terjadi. Namun, sebagian besar penambang berhasil menyelamatkan diri.
“Di sini (Sungai Bengawan Solo, turut Desa Semanding) sering terjadi perahu tenggelam, tapi sebagian besar penambang pasir ini bisa berenang,” ungkapnya, Senin (22/4/2024).
Selama dua tahun terakhir, sedikitnya ada tiga kali kejadian perahu tenggelam dan baru kali ini memakan korban. Kejadian perahu tenggelam kali ini dialami oleh kelompok penambang pasir di Sungai Bengawan Solo turut Desa Semanding Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro sekitar pukul 12.00 WIB.
“Korban ini bukan asli warga Semanding, tapi dari Desa Sepat Kecamatan Sukosewu. Warga juga tidak tahu kalau ternyata tidak bisa berenang,” terangnya.
Perahu pengangkut pasir yang tenggelam itu dinaiki oleh empat orang. Tiga orang berhasil selamat karena bisa berenang. Sedangkan satu penambang masih dalam pencarian. Satu penambang yang diduga tenggelam atas nama Ahmad Arif (35) warga RT 04 RW 01 Desa Semanding Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro.
Sedangkan tiga orang lainnya yang selamat yakni, Kamali dan Saparun warga asal Desa Semanding Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro serta Sadik warga Desa Simo Kecamatan Soko Kabupaten Tuban. Para penambang yang terdiri dari empat orang ini dibayar Rp200 ribu sekali angkut. Sehingga setiap orang menerima Rp50 ribu.
“Sekali angkut, satu perahu itu bisa mengangkut satu rit pasir. Perahu yang digunakan berukuran 17 meter kali 2,7 meter dengan bahan plat besi,” terangnya.
Kejadian perahu tenggelam itu diduga belum bermuatan penuh. Perahu baru terisi bagian depan. Penambang biasanya menggunakan lujuk dan jangkar untuk bersandar perahu. Diduga, saat itu perahu terseret arus yang deras sehingga tertarik oleh jangkar yang masih menancap. Karena kondisi tidak seimbang, sehingga perahu oleng dan tenggelam. [lus/ted]