Jakarta, Beritasatu.com – Bandara Soekarno-Hatta mencatatkan 184.000 penumpang pada puncak arus mudik, mengalami peningkatan sebesar 4,9% dibandingkan tahun 2024. Namun, lonjakan jumlah penumpang atau pemudik ini tidak sebanding dengan ketersediaan pesawat.
Direktur Utama InJourney Airports Faik Fahmi mengungkapkan, keterbatasan jumlah pesawat menjadi tantangan tersendiri. Meski demikian, kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga tiket pesawat justru membantu meningkatkan jumlah penumpang pemudik.
Ia menjelaskan bahwa meskipun kapasitas pesawat terbatas, lalu lintas penumpang tetap meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19, jumlah penumpang bahkan mengalami kenaikan sebesar 9%.
Pada tahun 2024, sebanyak 430 pesawat beroperasi selama arus mudik, sedangkan tahun ini hanya tersedia 404 pesawat. Jumlah ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2019, yang mencapai 600 pesawat.
Faik menambahkan bahwa tanpa kebijakan diskon tiket dari pemerintah, harga tiket bisa melonjak lebih tinggi akibat keterbatasan jumlah pesawat. Meskipun terjadi peningkatan jumlah pemudik, kondisi di Bandara Soekarno-Hatta tetap tertata dengan baik.
Menurut Faik, dibandingkan tahun sebelumnya, kepadatan di Terminal 3 kini lebih terkendali. Hal ini berkat perbaikan manajemen arus penumpang yang memberikan pengalaman lebih nyaman bagi para pengguna jasa bandara.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah pengalihan beberapa penerbangan ke terminal lain. CitiLink yang sebelumnya beroperasi di Terminal 3 kini dipindahkan ke Terminal 1B, sementara penerbangan umrah dialihkan ke Terminal 2F.
Selain itu, pembukaan kembali Terminal 1B pada bulan Maret menjadi langkah antisipatif dalam mengurai kepadatan arus mudik.
Proses transformasi bandara terus berlanjut, termasuk renovasi Terminal 1C yang dijadwalkan selesai pada bulan Juni. Terminal 2F juga akan difokuskan untuk jemaah umrah dan dilengkapi dengan masjid seluas 2.000 meter persegi guna memberikan kenyamanan lebih bagi para penumpang dan pemudik saat Lebaran.