Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto memastikan akan ada dana tunggu hunian bagi masyarakat terdampak bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dia memerinci bagi masyarakat yang mengalami kerusakan rumah dengan kategori rusak berat, pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp500.000 per Kartu Keluarga (KK) yang diberikan berkala setiap bulan untuk kurun 6 bulan.
Hal ini disampaikannya usai mengikuti rapat terbatas (ratas) seputar penanggulangan bencana erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa (12/11/2024).
“Itu dapat dana tunggu hunian Rp500.000 per KK kali 6 bulan. Kenapa 6 bulan? Asumsinya Pak Menteri Perumahan Rakyat kalau 6 bulan sudah jadi semua itu [relokasi perumahan baru],” katanya kepada wartawan.
Dia melanjutkan bahwa untuk relokasi sementara terdapat 2.700 unit rumah yang telah tercatat. Apabila, berkaca terhadap pengalaman bencana Semeru yang perlu merenovasi 1.951 rumah dan membutuhkan waktu 135 hari untuk pembangunan, maka dalam upaya merelokasi perumahan warga membutuhkan waktu yang tak jauh berbeda.
“Relokasi bencana Semeru waktu itu nggak sampai setahun, 135 hari selesai. Nah ini mungkin kalau tambah 700 kan rekan-rekan media bisa hitung,” ucapnya.
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan ada 2 titik sebesar 50 hektare (Ha) yang disiapkan untuk relokasi. Pemilihan lokasi juga tidak jauh dari gunung, tetapi telah di luar zona bahaya.
Menurutnya, upaya ini dilakukan agar masyarakat terdampak tak perlu melepaskan mata pencariannya, yaitu dalam menjalankan pertanian, kebun, hingga peternakan.
Selain itu, dia menyebut bahwa tanggap darurat direncanakan akan berjalan selama 58 hari. Adapun, saat ini proses evakuasi dan tindak lainnya telah dilakukan selama 8 hari ke belakang.
Suharyanto menekankan bahwa lembaganya tidak akan menunggu sampai tanggap darurat selesai baru masuk tahap rehabilitasi rekonstruksi. Mengingat, dalam 8 hari evakuasi sudah ada 11.553 korban yang tercatat dengan 8 titik pengungsian terpusat.
“Ada 6 titik di Kabupaten Flores Timur, ada 2 titik di Kabupaten Sika. Nah yang di Kabupaten Sika 2 titik ini pun secara lambat laun nanti akan dipindah ke Flores Timur. Namun, nanti ini dalam proses permindahan. Kenapa dipindahkan? Karena abu itu mengarahnya ke barat dan barat daya, sehingga tempat pengungsian di Kabupaten Sika ini terdampak abu,” pungkas Suharyanto.