Meski begitu, secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi semester I 2025 masih berada di level 4,99%. Namun Akbar tetap optimistis, mengingat percepatan pemulihan ini terjadi di tengah tekanan global yang masih tinggi.
“Capaian ini membuat dunia usaha lebih optimis. Harapan kami, Pemerintah mampu mempertahankan kinerja apiknya, sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini mampu di atas 5 persen,” tambahnya.
Akbar juga menyoroti pentingnya kolaborasi erat antara Pemerintah dan pelaku usaha di tengah ketidakpastian geopolitik. Apalagi, pada Kamis (7/8/2025), Indonesia akan melanjutkan pembicaraan dagang penting dengan Amerika Serikat (AS).
Ia mendukung langkah Pemerintah dalam menegosiasikan penurunan tarif dagang yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.
Saat ini, tarif sebesar 19% masih dibebankan pada ekspor Indonesia, sama seperti Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Filipina. Negara lain seperti Vietnam dikenakan tarif 20%, Brunei 25%, sedangkan Myanmar dan Laos 40%.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5307489/original/028467900_1754468116-WhatsApp_Image_2025-08-06_at_15.13.00_a7124d78.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)