Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pemberontak Myanmar Rebut Kendali Militer di Perbatasan Bangladesh

Pemberontak Myanmar Rebut Kendali Militer di Perbatasan Bangladesh

Jakarta

Kelompok pemberontak Tentara Arakan mengeklaim kendali penuh atas wilayah utama di sepanjang perbatasan Bangladesh, menambah tekanan lebih lanjut pada junta militer saat mereka bertempur melawan sejumlah kelompok pemberontak lainnya di seluruh wilayah negera itu.

Pertama, terdengar suara pengeras suara yang menyerukan agar tentara yang berada di BGP5 menyerah; kemudian, rentetan tembakan artileri, roket, dan senapan yang menggelegar menghancurkan bangunan-bangunan tempat ratusan tentara bersembunyi.

BGP5, singkatan dari Polisi Penjaga Perbatasan merupakan pertahanan terakhir junta militer Myanmar di wilayah utara Negara Bagian Rakhine, yang terletak di sepanjang perbatasan Myanmar dengan Bangladesh.

Video pengepungan pangkalan BGP5 yang dibuat oleh pemberontak Tentara Arakan (Arakan Army, AA) menunjukkan para pejuang mereka yang kebanyakan bertelanjang kaki, menembakkan berbagai macam senjata ke pangkalan tersebut.

Sementara raungan jet-jet tempur angkatan udara Myanmar terdengar di atas kepala mereka.

Itu adalah pertempuran yang dahsyatmungkin yang paling berdarah dalam perang saudara yang melanda Myanmar sejak militer merebut kekuasaan melalui kudeta pada 2021.

“Mereka telah menggali parit yang dalam yang dipenuhi paku-paku di sekitar pangkalan,” kata sumber AA kepada BBC.

BBC

Kekalahan militer yang memalukan

Bagi pemimpin kudeta militer pada 2021, Jenderal Min Aung Hlaing, ini merupakan kekalahan memalukan lainnya setelah kemunduran militer setahun terakhir.

Untuk pertama kalinya rezim militernya kehilangan kendali atas seluruh perbatasan sepanjang 270km yang memisahkan Myanmar dari Bangladesh. Wilayah itu kini sepenuhnya di bawah kendali AA.

Dan dengan hanya ibu kota negara bagian Rakhine, Sittwe, yang masih berada dalam kendali militer meskipun terputus dari wilayah negara lainnya, AA kemungkinan besar akan menjadi kelompok pemberontak pertama yang menguasai penuh suatu negara bagian.

Tentara kerap kali dipukul mundur oleh AA dalam pertempuran sejak awal tahun, kehilangan kota demi kota.

BBC

Unit tentara terakhir mundur ke BGP5, sebuah kompleks seluas sekitar 20 hektar di luar kota perbatasan Maungdaw, tempat AA melakukan pengepungan, pada September lalu.

BGP5 dibangun di lokasi desa dengan populasi Muslim etnis Rohingya, Myo Thu Gyi, yang dibakar dalam pengusiran brutal sebagian besar penduduk Rohingya oleh angkatan bersenjata pada 2017 silam.

Itu adalah desa pertama dari banyak desa yang dibakar yang saya saksikan saat berkunjung ke Maungdaw tepat setelah operasi militer pada September 2017.

Tumpukan puing tampak hangus di antara rimbunan vegetasi tropis, sementara penduduknya desa terbunuh atau terpaksa mengungsi di Bangladesh.

Ketika saya kembali dua tahun kemudian, kompleks kepolisian baru dibangun, dengan semua pohon telah ditebang, sehingga pasukan polisi dapat dengan jelas tiap kali ada serangan.

Baca juga:

Sumber AA memberi tahu kami bahwa gerak maju mereka sangat lambat, sehingga para pemberontak harus menggali parit sendiri untuk berlindung.

AA tidak mengumumkan jumlah korbannya dari kubunya. Akan tetapi, jika melihat intensitas pertempuran di Maungdaw yang dimulai pada bulan Juni, kemungkinan besar AA telah kehilangan ratusan tentara.

Selama pengepungan, angkatan udara Myanmar terus menerus membombardir Maungdaw, mengusir warga sipil terakhir dari kota itu.

Pesawat militer Myanmar menjatuhkan pasokan bagi para prajurit yang terkepung pada malam hari, tetapi itu tidak pernah cukup.

Mereka memiliki pasokan beras yang disimpan di bunker, kata seorang sumber lokal kepada kami, tetapi mereka tidak bisa mendapatkan perawatan apa pun untuk luka-luka mereka, dan para prajurit menjadi putus asa.

BBC

BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

BBC

Mereka mulai menyerah akhir pekan lalu.

Video yang direkam oleh AA menunjukkan tentara Myanmar keluar dalam keadaan menyedihkan, melambaikan kain putih.

Beberapa tertatih-tatih dengan kruk darurat, atau melompat-lompat, kaki mereka yang terluka dibalut kain perca. Beberapa mengenakan sepatu.

Di dalam bangunan yang hancur, pemberontak yang menang memfilmkan tumpukan mayat.

AA mengatakan lebih dari 450 tentara tewas dalam pengepungan itu.

Mereka telah menerbitkan foto komandan pasukan yang ditangkap, Brigadir Jenderal Thurein Tun, dan para perwiranya yang berlutut di bawah tiang bendera, yang mengibarkan panji pemberontak.

Brigadir Jenderal Thurein Tun (tengah) dalam rekaman video Tentara Arakan (Arakan Army)

Para komentator pro-militer di Myanmar telah melampiaskan kekesalan mereka di media sosial.

“Min Aung Hlaing, Anda tidak meminta anak-anak Anda untuk bertugas di militer,” tulis salah satu dari mereka.

“Apakah ini cara Anda memperlakukan kami? Apakah Anda senang melihat semua kematian di Rakhine?”

“Pada tingkat ini, yang tersisa dari Tatmadaw [militer] hanyalah Min Aung Hlaing dan tiang bendera,” tulis yang lain.

Penangkapan BGP5 juga menunjukkan AA sebagai salah satu pasukan tempur paling efektif di Myanmar.

Dibentuk pada 2009jauh lebih muda daripada kebanyakan kelompok pemberontak Myanmar lainnyaoleh para pemuda etnis Rakhine yang telah bermigrasi ke perbatasan China untuk mencari pekerjaan, AA merupakan bagian dari Three Brotherhood Alliance yang telah menyebabkan sebagian besar kekalahan yang diderita oleh junta sejak tahun lalu.

Dua anggota aliansi lainnya tetap tinggal di perbatasan, di Negara Bagian Shan.

Baca juga:

Namun AA kembali ke Rakhine delapan tahun lalu untuk memulai operasi bersenjata demi membentuk pemerintahan sendiri, memanfaatkan kebencian historis di antara penduduk Rakhine atas kemiskinan, isolasi dan pengabaian pemerintah pusat terhadap negara bagian itu.

Para pemimpin AA terbukti cerdas, disiplin, dan mampu memotivasi para pejuangnya.

Mereka kini mengelola wilayah luas di Negara Bagian Rakhine yang mereka kuasai seolah-olah mereka menjalankan negara mereka sendiri.

Mereka juga memiliki persenjataan yang bagus, berkat hubungan mereka dengan kelompok pemberontak lama di perbatasan China, dan tampaknya memiliki pendanaan yang baik.

Foto yang diambil pada 21 Mei 2024 ini menunjukkan rumah yang hancur dan pepohonan yang terbakar menyusul pertempuran antara milite Myanmar dan Tentara Arakan (AA), kelompok etnis bersenjata di Desa Minbya. (Getty Images)

Namun, ada pertanyaan yang lebih besar, mengenai seberapa besar berbagai kelompok pemberontak etnis bersedia memprioritaskan tujuan menggulingkan junta militer.

Secara terbuka mereka mengatakan demikian, bersama dengan pemerintahan bayangan yang digulingkan melalui kudeta, dan ratusan pasukan pertahanan rakyat sukarelawan yang telah muncul untuk mendukungnya.

Sebagai imbalan atas dukungan yang didapat dari pemberontak etnis, pemerintahan bayangan menjanjikan sistem politik federal baru yang akan memberikan wilayah Myanmar pemerintahan sendiri.

Namun dua anggota aliansi lainnya telah menerima permintaan China untuk gencatan senjata.

China sedang mengupayakan penyelesaian perang saudara melalui negosiasi, yang hampir pasti akan membuat sebagian besar kekuatan militer tetap utuh.

Desa Rohingya di Myo Thu Gyi, dibakar oleh militer pada 2017 (Getty Images)

Pihak oposisi berkeras militer harus direformasi dan disingkirkan dari politik.

Namun, setelah memperoleh begitu banyak keuntungan teritorial dengan mengorbankan junta militer, para pemberontak etnis mungkin tergoda untuk membuat kesepakatan dengan restu China daripada terus berjuang untuk menggulingkan para jenderal.

Kemenangan AA memicu pertanyaan yang lebih mengkhawatirkan.

Para pemimpin kelompok itu masih bungkam mengenai rencananya. Namun, mereka mengambil alih negara bagian yang selalu miskin dan telah sangat menderita akibat pertempuran sengit tahun lalu.

“Delapan puluh persen perumahan di Maungdaw dan desa-desa sekitarnya telah hancur,” kata seorang pria Rohingya yang meninggalkan Maungdaw baru-baru ini ke Bangladesh kepada BBC.

“Kota itu kosong. Hampir semua toko dan rumah telah dijarah.”

Warga sipil melarikan diri dari sebuah desa setelah pertempuran antara militer Myanmar dan Tentara Arakan (AA) di Paktauw, yang terletak di bagian barat Negara Bagian Rakhine, pada 19 November 2023. (Getty Images)

Bulan lalu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang hanya diberi akses yang sangat terbatas ke Rakhine, memperingatkan akan datangnya bencana kelaparan, karena besarnya jumlah orang yang mengungsi dan sulitnya mendapatkan pasokan apa pun, melewati blokade militer.

AA berupaya mendirikan pemerintahannya sendiri, namun BBC mendapat informasi dari sebagian orang yang mengungsi akibat pertempuran militer dan pemberontak mengatakan bahwa kelompok tersebut tidak dapat memberi mereka makan atau tempat tinggal.

Belum jelas bagaimana AA akan memperlakukan populasi Rohingya yang diperkirakan masih berjumlah sekitar 600.000 orang di Rakhine, bahkan setelah pengusiran 700.000 orang pada tahun 2017.

Negara Bagian Rakhine bagian utara dan Maungdaw telah lama menjadi kota yang mayoritas dihuni warga Rohingya. Hubungan etnis Rohingya dengan mayoritas etnis Rakhine, basis pendukung AA, telah lama menegang.

Anak-anak Rohingya belajar mengaji di kamp Cal In di Negara Bagian Rakhine pada 2 Februari 2022. (Getty Images)

Keadaan mereka kini jauh lebih buruk setelah kelompok milisi Rohingya, yang memiliki basis kekuatan di kamp-kamp pengungsian besar di Bangladesh, memilih untuk memihak militer dan melawan AA, meskipun militer mempunyai rekam jejak yang panjang dalam menganiaya etnis Rohingya.

Akan tetapi, banyak etnis Rohingya tidak menyukai kelompok ini, dan beberapa mengatakan mereka senang tinggal di Negara Bagian Rakhine yang dipimpin AA.

Namun, puluhan ribu orang telah diusir oleh AA dari kota-kota yang ditaklukkannya, dan tidak diizinkan kembali.

AA berjanji akan melibatkan semua komunitas dalam visinya untuk masa depan yang independen dari pemerintah pusat, tetapi juga mengecam warga Rohingya yang harus berjuang bersama tentara.

Pada Agustus silam, puluhan warga Rohingya, banyak dari mereka adalah perempuan dan anak-anak yang mencoba menyeberang ke Bangladesh, tewas akibat bom, yang kemungkinan besar dijatuhkan dari pesawat tanpa awak AA.

“Kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa warga Rohingya telah dianiaya oleh pemerintah Myanmar selama bertahun-tahun, dan masyarakat Rakhine mendukung hal itu,” kata pria Rohingya yang kami ajak bicara di Bangladesh.

“Pemerintah ingin mencegah warga Rohingya menjadi warga negara, tetapi masyarakat Rakhine percaya bahwa tidak boleh ada warga Rohingya sama sekali di Negara Bagian Rakhine.”

“Situasi kami saat ini bahkan lebih sulit daripada saat berada di bawah kekuasaan junta militer.”

Saksikan juga video: Terungkap Awal Mula 11 Warga Sukabumi Disekap di Myanmar

(ita/ita)