Jakarta: Kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk memperluas kebun kelapa sawit di Indonesia mendapat dukungan dari pakar kehutanan, Yanto Santoso. Ia menyarankan agar langkah tersebut difokuskan pada pemanfaatan hutan yang sudah terdegradasi, yang selama ini kurang diperhatikan.
Menurutnya, langkah ini tidak hanya akan meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga membantu mengurangi tekanan terhadap kawasan hutan yang masih alami.
“Kalau kebun sawit yang ditanamkan Bapak Presiden itu, akan ditanam di kawasan hutan yang sudah rusak, maka itu bukan deforestasi. Karena nggak ada tumbuhan pohon. Sebaliknya akan meningkatkan produktivitas kawasan tersebut,” ujar Yanto yang merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Senin, 13 Januari 2025.
Dengan memanfaatkan lahan yang sudah terdegradasi, Indonesia dapat menghindari pembukaan hutan baru yang masih alami. Yanto menekankan pentingnya fokus pada lahan-lahan yang tidak lagi memiliki fungsi ekosistem yang maksimal, seperti hutan yang sudah rusak.
Baca juga: Kemendiktisaintek Siap Dukung Pencapaian Ketahanan Pangan, Begini Caranya
Ini bisa menjadi solusi untuk mendukung ketahanan pangan dan energi nasional tanpa menambah beban terhadap kelestarian hutan primer. Namun, dia juga mengingatkan bahwa pemanfaatan hutan rusak harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menyebabkan kerusakan lebih lanjut.
“Ada yang salah paham tentang pengertian hutan dan kawasan hutan. Semua yang tidak setuju, berpikir bahwa Bapak Presiden atau Menteri LHK akan membuka hutan rimba raya dan menjadikannya kebun sawit. Padahal tidak demikian,” tegasnya.
Yanto menjelaskan bahwa Indonesia memiliki sekitar 31,8 juta hektare hutan terdegradasi, yang bisa dimanfaatkan secara produktif. Ia menilai bahwa potensi besar ini harus dimanfaatkan untuk mendukung produksi pangan dan energi tanpa merusak hutan yang masih utuh.
Meskipun begitu, Yanto mengusulkan agar 30 persen dari kawasan tersebut sebaiknya dialokasikan untuk tanaman-tanaman unggulan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti bangkirai, kayu hitam, dan meranti, sementara 70 persen bisa digunakan untuk kelapa sawit. Dengan cara ini, ia menilai kebijakan tersebut tetap sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan.
Dalam Musrenbangnas 2025-2029, Presiden Prabowo menegaskan pentingnya menjaga dan memperluas kebun kelapa sawit yang sudah ada sebagai aset strategis bagi perekonomian Indonesia. Prabowo mengungkapkan, selain berkontribusi pada ketahanan pangan, kelapa sawit juga mendukung industri penting lainnya yang memiliki dampak luas di berbagai sektor.
“Jagalah kebun-kebun kelapa sawit kita. Di mana-mana itu aset, aset negara. Ke depan kita juga harus tambah, tanam kelapa sawit,” ujar Presiden Prabowo, dalam sambutannya pada Musrebangnas itu, Senin, 30 Desember 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id
(DHI)