Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pejuang Merah Putih yang Selalu Mengutamakan Persatuan

Pejuang Merah Putih yang Selalu Mengutamakan Persatuan

Jakarta: Kenangan Presiden Prabowo Subianto terhadap ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, kembali mencuat bertepatan dengan Hari Ayah yang diperingati setiap 12 November. Arsip lama yang menampilkan momen Prabowo mengurus jenazah ayahnya pada 9 Maret 2001 pun menjadi perhatian. 

Dalam arsip lawas tersebut, tampak Prabowo, yang kala itu mengenakan kemeja kotak-kotak, memandikan jenazah sang ayah, memikul peti, dan mempersiapkan pemakamannya. Sumitro meninggal du usia 84 tahun.

Prabowo mengenang Sumitro sebagai seorang begawan ekonomi sekaligus pejuang nasionalis sejati. “Beliau adalah pejuang merah putih, selalu berpikir tentang persatuan bangsa dan ekonomi kerakyatan. Sebagai seorang bapak, beliau keras mendidik kami, tapi penuh dedikasi terhadap nilai-nilai kebangsaan,” ujar Prabowo dalam wawancara yang direkam di masa lalu.

Baca juga: Sejarah Hari Ayah Nasional yang Diperingati Setiap 12 November di Indonesia

Pendidikan dan Pengaruh Besar Sejak Kecil
Prabowo kerap mengingat diskusi-diskusi mendalam yang ia lakukan bersama Sumitro sejak kecil. Sebagai seorang ekonom terkemuka, Sumitro menanamkan nilai-nilai kritis kepada anak-anaknya. 

“Beliau guru dan mentor kami. Pesannya sederhana tapi mendalam: kita boleh berbeda secara politik, tetapi demi kepentingan nasional, kita harus bersatu,” ungkap Prabowo dalam sebuah acara memperingati 100 tahun Sumitro pada 2017.

Pengaruh intelektual Sumitro begitu kuat. Sebagai salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), ia tak hanya meninggalkan warisan pemikiran ekonomi, tetapi juga filosofi hidup yang berpihak pada rakyat kecil. Prabowo menyebut ajaran ayahnya tentang nasionalisme dan patriotisme masih relevan hingga kini.
Karier dan Dedikasi Sumitro
Sumitro Djojohadikusumo, yang lahir pada 29 Mei 1917, memiliki karier yang gemilang sebagai menteri dalam berbagai kabinet. Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset. Meskipun pernah terlibat dalam dinamika politik kontroversial, Sumitro tetap dihormati sebagai tokoh yang memajukan ekonomi nasional.

Menurut Prabowo, ayahnya sering berbicara tentang perjuangan tokoh-tokoh bangsa seperti Pangeran Diponegoro dan Jenderal Soedirman. Pesan-pesan tersebut membentuk karakter Prabowo sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap persatuan bangsa.
Mewarisi Nilai dan Prinsip Ayah
Nilai-nilai yang diajarkan oleh Sumitro terus hidup dalam diri Prabowo. Ia menerapkan prinsip ekonomi kerakyatan dalam kampanyenya, menekankan pentingnya kemandirian ekonomi melalui penguatan sektor pertanian, perikanan, dan UKM. 

Prinsip keadilan sosial dan anti-korupsi yang diajarkan Sumitro juga tercermin dalam visi politik Prabowo, yang berkomitmen untuk membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.

Selain itu, Prabowo menekankan pentingnya persatuan dalam setiap pidatonya. Sama seperti Sumitro, yang memandang perbedaan sebagai kekayaan bangsa, Prabowo percaya bahwa hanya melalui persatuan nasional Indonesia bisa maju dan berdiri sejajar dengan negara lain.
Momen Kehilangan yang Tak Terlupakan
Momen wafatnya Sumitro pada 9 Maret 2001 di usia 84 tahun menjadi titik balik yang emosional bagi Prabowo. Ia menyebut momen itu sebagai pengingat akan besarnya tanggung jawab yang diwariskan sang ayah. 

“Beliau selalu mengajarkan kami untuk berpihak pada rakyat kecil dan mencintai negeri ini,” kenang Prabowo.

Dalam kenangan itu, tampak jelas betapa besar pengaruh Sumitro dalam perjalanan hidup dan politik Prabowo. Sosok seorang ayah yang tidak hanya mendidik dengan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang terus menjadi inspirasi hingga saat ini.

Jakarta: Kenangan Presiden Prabowo Subianto terhadap ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, kembali mencuat bertepatan dengan Hari Ayah yang diperingati setiap 12 November. Arsip lama yang menampilkan momen Prabowo mengurus jenazah ayahnya pada 9 Maret 2001 pun menjadi perhatian. 
 
Dalam arsip lawas tersebut, tampak Prabowo, yang kala itu mengenakan kemeja kotak-kotak, memandikan jenazah sang ayah, memikul peti, dan mempersiapkan pemakamannya. Sumitro meninggal du usia 84 tahun.
 
Prabowo mengenang Sumitro sebagai seorang begawan ekonomi sekaligus pejuang nasionalis sejati. “Beliau adalah pejuang merah putih, selalu berpikir tentang persatuan bangsa dan ekonomi kerakyatan. Sebagai seorang bapak, beliau keras mendidik kami, tapi penuh dedikasi terhadap nilai-nilai kebangsaan,” ujar Prabowo dalam wawancara yang direkam di masa lalu.
Baca juga: Sejarah Hari Ayah Nasional yang Diperingati Setiap 12 November di Indonesia

Pendidikan dan Pengaruh Besar Sejak Kecil

Prabowo kerap mengingat diskusi-diskusi mendalam yang ia lakukan bersama Sumitro sejak kecil. Sebagai seorang ekonom terkemuka, Sumitro menanamkan nilai-nilai kritis kepada anak-anaknya. 
 
“Beliau guru dan mentor kami. Pesannya sederhana tapi mendalam: kita boleh berbeda secara politik, tetapi demi kepentingan nasional, kita harus bersatu,” ungkap Prabowo dalam sebuah acara memperingati 100 tahun Sumitro pada 2017.
 
Pengaruh intelektual Sumitro begitu kuat. Sebagai salah satu pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI), ia tak hanya meninggalkan warisan pemikiran ekonomi, tetapi juga filosofi hidup yang berpihak pada rakyat kecil. Prabowo menyebut ajaran ayahnya tentang nasionalisme dan patriotisme masih relevan hingga kini.

Karier dan Dedikasi Sumitro

Sumitro Djojohadikusumo, yang lahir pada 29 Mei 1917, memiliki karier yang gemilang sebagai menteri dalam berbagai kabinet. Ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset. Meskipun pernah terlibat dalam dinamika politik kontroversial, Sumitro tetap dihormati sebagai tokoh yang memajukan ekonomi nasional.
 
Menurut Prabowo, ayahnya sering berbicara tentang perjuangan tokoh-tokoh bangsa seperti Pangeran Diponegoro dan Jenderal Soedirman. Pesan-pesan tersebut membentuk karakter Prabowo sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap persatuan bangsa.

Mewarisi Nilai dan Prinsip Ayah

Nilai-nilai yang diajarkan oleh Sumitro terus hidup dalam diri Prabowo. Ia menerapkan prinsip ekonomi kerakyatan dalam kampanyenya, menekankan pentingnya kemandirian ekonomi melalui penguatan sektor pertanian, perikanan, dan UKM. 
 
Prinsip keadilan sosial dan anti-korupsi yang diajarkan Sumitro juga tercermin dalam visi politik Prabowo, yang berkomitmen untuk membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
 
Selain itu, Prabowo menekankan pentingnya persatuan dalam setiap pidatonya. Sama seperti Sumitro, yang memandang perbedaan sebagai kekayaan bangsa, Prabowo percaya bahwa hanya melalui persatuan nasional Indonesia bisa maju dan berdiri sejajar dengan negara lain.

Momen Kehilangan yang Tak Terlupakan

Momen wafatnya Sumitro pada 9 Maret 2001 di usia 84 tahun menjadi titik balik yang emosional bagi Prabowo. Ia menyebut momen itu sebagai pengingat akan besarnya tanggung jawab yang diwariskan sang ayah. 
 
“Beliau selalu mengajarkan kami untuk berpihak pada rakyat kecil dan mencintai negeri ini,” kenang Prabowo.
 
Dalam kenangan itu, tampak jelas betapa besar pengaruh Sumitro dalam perjalanan hidup dan politik Prabowo. Sosok seorang ayah yang tidak hanya mendidik dengan ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang terus menjadi inspirasi hingga saat ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(DHI)