Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pascalibur Pilkada Serentak, Rupiah Pagi Ini Sukses Bekuk Dolar AS

Pascalibur Pilkada Serentak, Rupiah Pagi Ini Sukses Bekuk Dolar AS

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami kenaikan cukup banyak, setelah libur pencoblosan Pilkada yang digelar secara serentak kemarin.
 
Mengutip data Bloomberg, Kamis, 28 November 2024, rupiah hingga pukul 09.27 WIB berada di level Rp15.856 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 78 poin atau setara 0,49 persen dari Rp15.934 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
 
Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp15.854 per USD, naik 70 poin atau setara 0,43 persen dari Rp15.924 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.
 
“Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.920 per USD hingga Rp16.000 per USD,” ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
 

 

Ramalan ekonomi hingga kenaikan PPN

Ibrahim mengungkapkan, ambruknya kurs rupiah terhadap dolar lantaran para pelaku pasar yang mencerna prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dimana pada tahun ini tidak akan mencapai 5,1 persen secara tahunan (yoy).
 
“Kemungkinan (pertumbuhan ekonomi Indonesia) hanya berada pada level 5,0 persen (yoy). Ini karena belanja di akhir tahun meningkat, tetapi belum tentu akan mendongkrak angka pertumbuhan ekonomi karena merupakan faktor musiman,” jelas Ibrahim.
 
Pada kuartal IV-2024, PDB seharusnya akan flat atau ada soft acceleration karena belanja. Di kuartal III sebelumnya, belanja bansos meningkat tetapi efeknya belum terlihat ke konsumsi. Pilkada di kuartal keempat tahun ini akan membantu belanja.
 
Sementara itu, di 2025 ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, jika pemerintah menaikkan tarif Pajak Penambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen, pertumbuhan ekonomi secara tahunan bisa berada di angka 4,91 persen hingga 4,96 persen.
 
“Angka itu jauh dari target tahun depan yang mencapai 5,2 persen,” tutur dia.
 
Kemudian, kondisi global yang belum tentu pulih akan menjadi tantangan tersendiri. Salah satu yang perlu diwaspadai misalnya kebijakan tarif dari presiden terpilih AS Donald Trump bisa berdampak terhadap banjir barang dari Tiongkok ke Indonesia.
 
“Akibatnya harga tertekan dan persaingan dengan produsen lokal, sehingga likuiditas menjadi tantangan tersendiri untuk pertumbuhan ekonomi,” terang Ibrahim.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

(HUS)