Merangkum Semua Peristiwa
Indeks
Voi.id  

Pascagempa Dahsyat, WHO Tanggapi Kerusakan Fasilitas Kesehatan di Myanmar

Pascagempa Dahsyat, WHO Tanggapi Kerusakan Fasilitas Kesehatan di Myanmar

JAKARTA – Gempa besar yang mengguncang Myanmar bagian tengah beberapa waktu lalu meninggalkan dampak luar biasa, tak hanya menelan ribuan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah terpuruk. Setelah bencana alam tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan situasi kritis yang dihadapi oleh sistem kesehatan negara tersebut.

Gempa berkekuatan 7,7 dan 6,4 skala Richter yang terjadi pada dua hari berturut-turut telah menelan lebih dari 2.148 nyawa dan menyebabkan lebih dari 3.892 orang terluka. Sebagai respon cepat, WHO segera meluncurkan upaya darurat untuk membantu masyarakat yang terdampak bencana. WHO mengirimkan berbagai bantuan medis ke daerah-daerah yang paling terdampak, seperti Nay Pyi Taw, Mandalay, dan daerah-daerah di sekitarnya.

Namun, situasi yang dihadapi oleh fasilitas kesehatan di Myanmar jauh dari kata normal. Sebagian besar rumah sakit yang sudah berjuang untuk bertahan sebelum gempa kini menghadapi kesulitan lebih besar, dengan banyak fasilitas yang rusak parah akibat gempa.

“Rakyat Myanmar sedang menanggung penderitaan yang tak terbayangkan. Gempa ini hanya memperburuk penderitaan komunitas yang sudah berjuang melawan pengungsian, sistem kesehatan yang rapuh, dan akses terbatas ke layanan dasar,” ujar Dr. Thushara Fernando, Perwakilan WHO untuk Myanmar dalam pernyataannya, dikutip VOI dari laman WHO pada Rabu, 2 Maret.

Pasca gempa, WHO mencatat bahwa tiga rumah sakit telah hancur total dan 22 lainnya mengalami kerusakan parah. Ini semakin memperburuk situasi karena akses ke layanan kesehatan menjadi sangat terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau karena rusaknya jalan dan jembatan. Keadaan ini mempersulit upaya penanganan medis terhadap ribuan korban luka, yang membutuhkan perawatan trauma intensif dan mendesak.

Meskipun banyak fasilitas kesehatan yang rusak, WHO terus bergerak cepat untuk memberikan bantuan. Rumah sakit dalam keadaan darurat sudah menerima perlengkapan medis penting dari WHO, termasuk peralatan medis, perlengkapan bedah, dan tenda serbaguna yang digunakan untuk memperluas kapasitas ruang perawatan.

Meskipun bantuan telah sampai, kebutuhan yang ada masih sangat besar. Ada kekurangan dalam hal anestesi, perlengkapan transfusi darah, serta dukungan untuk kesehatan mental yang sangat dibutuhkan oleh korban dan petugas medis.

Selain itu, layanan sanitasi dan kebersihan yang terhambat meningkatkan risiko wabah penyakit, terutama kolera dan diare akut yang sudah mulai muncul di beberapa wilayah terdampak. WHO juga melaporkan air bersih dan akses ke fasilitas sanitasi sangat terbatas di banyak daerah yang terdampak gempa.

“Layanan air bersih, sanitasi, dan kebersihan terganggu dapat meningkatkan ancaman penyakit, terutama kolera dan diare akut, yang sudah ada di beberapa wilayah yang terdampak,” ujar WHO dalam laporan terbarunya.

Menurut WHO, situasi ini adalah krisis berlapis. Sebelum gempa, masyarakat di Myanmar sudah berjuang melawan dampak konflik yang berkepanjangan serta pandemi Covid-19 yang menghantam negara tersebut. Dengan sistem kesehatan yang sudah rapuh, bencana alam ini memperburuk kondisi Myanmar.

“Kami bertindak dengan urgensi untuk memberikan dukungan yang mereka butuhkan sekarang, mengingat sistem kesehatan sudah lemah dan infrastruktur yang runtuh,” imbuh Dr. Fernando.

WHO telah mengklasifikasikan keadaan ini sebagai darurat Kelas 3, yang berarti merupakan respons darurat tertinggi. Dalam situasi ini, WHO memobilisasi dukungan dari seluruh dunia untuk menangani masalah yang ada, termasuk mengirimkan lebih banyak peralatan medis, mendirikan rumah sakit lapangan, serta mempersiapkan Tim Medis Darurat Global (EMT) yang dapat langsung dikerahkan ke lapangan.

Meskipun tantangan yang ada sangat besar, WHO berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada rakyat Myanmar. Selama 30 hari ke depan, prioritas WHO akan mencakup penanganan trauma dan bedah melalui tim medis mobile, memperkuat pengawasan penyakit untuk mencegah wabah, memulihkan perawatan kesehatan untuk ibu dan anak, serta penyakit kronis.

“Ini adalah perlombaan melawan waktu, bukan hanya untuk menyelamatkan nyawa hari ini, tetapi untuk melindungi sistem kesehatan yang sudah rapuh agar tidak runtuh lagi keesokan harinya.” tegas Dr. Fernando.

WHO berjanji akan terus bekerja keras, baik dalam menghadapi krisis ini maupun dalam memastikan pemulihan dan ketahanan masyarakat Myanmar ke depan.

Merangkum Semua Peristiwa