Pasca Banjir Bandang Maesan, Perhutani Bondowoso Tegaskan Nihil Indikasi Alih Fungsi Hutan

Pasca Banjir Bandang Maesan, Perhutani Bondowoso Tegaskan Nihil Indikasi Alih Fungsi Hutan

Bondowoso (beritajatim.com) – Banjir bandang di Dusun Peh, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso pada Kamis (9/1/2025) lalu mencuri perhatian publik.

Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono menilai bahwa banjir bandang di lereng Argopuro ada indikasi alih fungsi hutan. Hutan yang seharusnya ditanami tanaman kekayuan akar tunjang, justru berubah jadi perkebunan.

“Artinya sudah tidak ada lagi akar yang sanggup menahan sehingga mudah terjadi banjir dan longsor,” katanya saat mengunjungi lokasi banjir bandang, Jumat (10/1/2025) lalu.

Pj Bupati Bondowoso, Muhammad Hadi Wawan Guntoro mengaku akan segera berkolaborasi dengan Perhutani untuk penataan hutan.

“Harus dipetakan ulang. Di mana daerah-daerah yang hutannya sudah gundul,” terangnya.

Sementara Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bondowoso Misbakhul Munir menegaskan hingga saat ini tidak ditemukan indikasi adanya alih fungsi hutan yang menjadi penyebab banjir bandang di Dusun Peh, Desa Gunungsari, Kecamatan Maesan, pada Kamis (9/1/2025) lalu.

Menurut Munir, pengawasan terhadap kondisi hutan terus dilakukan secara berjenjang, mulai dari petugas di tingkat kecamatan hingga ke KPH.

Selain itu, pemantauan juga dilakukan menggunakan potret udara dan pengecekan langsung di lapangan untuk memastikan kondisi tegakan pohon di kawasan tersebut.

“Ilegal logging memang ada, tapi tidak masif. Kami juga melaporkan kondisi ini secara berjenjang ke pimpinan, termasuk ke Polsek. Begitu juga dengan aktivitas penambangan liar (illegal mining), tetap ada namun dalam skala tertentu,” ujar Munir kepada BeritaJatim.com.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa banjir bandang yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor cuaca ekstrem dengan curah hujan tinggi serta tersumbatnya gorong-gorong, yang menyebabkan air meluap.

Terlebih, Perhutani Bondowoso juga rutin monitoring dan evaluasi (Monev) setiap semester untuk memastikan kondisi lahan tetap terjaga.

Munir mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan, karena hutan yang terawat akan memberikan manfaat bagi semua.

“Hutan kita jaga, maka hutan akan menjaga kita. Kalau hutan rusak, akibatnya saat hujan turun, tidak ada resapan yang baik, sehingga terjadi banjir,” imbau Munir.

Ia menambahkan, jika lokasi hutan tidak boleh ditebang, maka jangan ditebang. Masyarakat juga diimbau agar memelihara sumber mata air.

“Mari kita pelihara sumber mata air. Karena kalau tidak, maka akan menjadi air mata. Mau minum pun akan susah,” ajak Munir. (awi/ted)