Jakarta, Beritasatu.com – Awal 2025 menjadi momentum bagi investor untuk menata ulang portofolio investasi seiring fenomena yang dikenal sebagai January Effect. Di tengah dinamika global dan domestik, pasar surat utang negara (SUN) diperkirakan akan menarik pada pekan ini karena kebijakan pajak pertambahan nilai (PPN) yang terbatas hanya ada barang mewah.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana menilai, permintaan terhadap SUN berpotensi meningkat signifikan. “Pasar dalam 2 hari perdagangan pertama cukup bagus dan yield tenor 10 tahun yang mendekati 7,1% menjadi daya tarik tersendiri,” jelasnya kepada Investor Daily, Minggu (5/1/2025).
Ia menambahkan, fenomena January Effect yang memicu rebalancing portofolio turut mendorong minat investor pada pasar SUN. “Pasar saat ini cenderung mengarah ke aset berkualitas atau risk off, mencari instrumen yang lebih aman, seperti SUN,” jelasnya.
Selain itu, sentimen domestik juga mendukung. Kebijakan PPN meski naik menjadi 12%, dipandang dapat menjaga daya beli masyarakat. Pendapatan negara dari PPN barang mewah memberikan sinyal positif terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
Fikri memperkirakan pasar SUN tenor 10 tahun, seperti FR103, pekan ini menarik dan tetap diminati sebagai acuan utama. Namun, ia mencatat kemungkinan pergeseran minat ke tenor pendek, seperti FR104 atau SPN. “Dengan risiko global yang masih tinggi, investor cenderung memilih tenor pendek untuk memitigasi risiko,” katanya.
Salah satu risiko utama adalah potensi capital flight akibat kebijakan fiskal Amerika Serikat di bawah Donald Trump yang akan kembali menjabat pada 20 Januari mendatang. “Dengan yield US Treasury 4,5%, investor asing mungkin akan memilih aset yang lebih stabil dibandingkan SUN,” jelas Fikri.
Selain itu, konflik geopolitik, termasuk ketegangan di Timur Tengah dan pemblokiran pasokan gas di Uni Eropa, juga menjadi faktor yang dapat memengaruhi sentimen global. Meski demikian, dampaknya terhadap Indonesia relatif minim dibandingkan dinamika kebijakan AS.
Fikri menyampaikan bahwa imbal hasil SUN tenor 10 tahun diproyeksikan berada di kisaran 7,0%-7,1%, sejalan dengan tren di pasar sekunder. Namun, partisipasi investor asing pada semester pertama 2025 kemungkinan masih terbatas. “Investor asing cenderung menahan diri untuk melihat arah kebijakan fiskal AS dan dampaknya terhadap pasar global,” ujar Fikri.
Ia juga mencatat risiko depresiasi nilai tukar sebagai perhatian utama investor pada pasar SUN yang pekan ini akan menarik. “Walaupun yield SUN tinggi, risiko nilai tukar yang besar bisa membuat investor memilih instrumen dengan risiko lebih minim, seperti US Treasury,” katanya.