PAPTI Jatim Dampingi Pemeriksaan Teknis Bangunan Pesantren Pasca Ambruknya Asrama Al Khoziny

PAPTI Jatim Dampingi Pemeriksaan Teknis Bangunan Pesantren Pasca Ambruknya Asrama Al Khoziny

Surabaya (beritajatim.com) – Perkumpulan Ahli Pengkaji Teknis Indonesia (PAPTI) Jawa Timur melakukan pendampingan teknis pemeriksaan bangunan gedung bagi pondok pesantren dan lembaga keagamaan. Langkah ini diambil sebagai respons atas ambruknya bangunan asrama Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo pada 29 September 2025, yang menimbulkan keprihatinan publik terhadap standar keselamatan bangunan pendidikan.

“Kami siap membantu pondok pesantren yang ingin melakukan pemeriksaan struktur bangunannya. Ini bagian dari tanggung jawab moral dan profesional kami sebagai pengkaji teknis bangunan gedung,” ujar Ketua PAPTI Jatim, Breeze Maringka, Senin (13/10/2025).

Program pendampingan ini merupakan tindak lanjut dari inisiatif Kementerian PUPR yang membuka layanan konsultasi nasional bagi lembaga pendidikan berbasis asrama. PAPTI Jatim menyiapkan tim tenaga ahli bersertifikat untuk turun langsung melakukan pemeriksaan teknis di lapangan.

“Kami ingin memastikan setiap bangunan pendidikan, terutama pesantren, memenuhi persyaratan keandalan gedung, mulai dari keselamatan, kesehatan, kenyamanan, hingga kemudahan,” jelas Breeze.

Untuk memperluas jangkauan layanan, PAPTI Jatim membuka Hotline 0812-1333-3337 sebagai saluran cepat bagi pesantren yang ingin mengajukan pendampingan teknis. Selain pemeriksaan, tim juga memberikan edukasi terkait perizinan dan kelaikan bangunan.

“Masih banyak pengelola pesantren yang belum memahami bahwa asrama termasuk kategori bangunan publik yang wajib memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Melalui pendampingan ini, kami ingin meningkatkan kesadaran sekaligus membantu proses teknisnya,” tambah Breeze.

Menurutnya, kesadaran terhadap regulasi bangunan perlu diperkuat agar tidak ada lagi tragedi serupa seperti insiden Al Khoziny. PAPTI Jatim berharap gerakan ini dapat menjadi model nasional bagi provinsi lain dalam memastikan keselamatan bangunan pendidikan.

“Kami berharap gerakan pendampingan ini tidak berhenti di Jawa Timur, tapi bisa menjadi contoh nasional. Setiap pesantren harus memiliki bangunan yang aman, sehat, dan berfungsi dengan baik,” pungkas Breeze Maringka. [asg/beq]