Panen Emas dari Sumur Resapan: Inovasi Warga Sidoarjo Ubah Sampah Jadi Berkah

Panen Emas dari Sumur Resapan: Inovasi Warga Sidoarjo Ubah Sampah Jadi Berkah

Sidoarjo (beritajatim.com) – Suasana penuh kehangatan dan gotong royong mewarnai pagi di Kampung Edukasi Sampah RT 23 RW 07, Sekardangan, Sidoarjo, Sabtu (18/5/2025). Puluhan warga dari berbagai generasi tampak antusias memanen “emas hitam” berupa kompos berkualitas tinggi dari inovasi unik kampung mereka: sumur resapan multifungsi.

Bukan sekadar kegiatan rutin, panen kompos kali ini menjadi simbol keberhasilan warga dalam menyulap tantangan sampah organik menjadi peluang. Sumur resapan yang lazimnya berfungsi menampung air hujan, di tangan kreatif warga Kampung Edukasi Sampah bertransformasi menjadi reaktor pengomposan yang efektif dan efisien.

Kampung yang dikenal sebagai garda terdepan gerakan lingkungan di tingkat masyarakat ini kembali membuktikan komitmennya terhadap prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Semangat kolektif dan inovasi sederhana telah menjadikan kampung ini sebagai inspirasi nyata bahwa perubahan positif untuk lingkungan dapat tumbuh subur dari lingkup terkecil, yaitu tingkat Rukun Tetangga (RT).

Di sela-sela kesibukan memanen kompos, Ketua RT 23, Andi Hariyadi, mengungkapkan bahwa ide pemanfaatan sumur resapan sebagai tempat pengomposan muncul dari kesadaran bersama akan pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

“Kami ingin lingkungan ini menjadi ruang belajar yang hidup bagi semua warga. Sumur resapan yang awalnya hanya berfungsi mengatasi banjir, kini memiliki fungsi ganda yang sangat bermanfaat. Kompos yang dihasilkan kami gunakan untuk mempercantik taman kampung, menyuburkan kebun sayur warga, dan bahkan menjadi media pembelajaran yang menarik bagi anak-anak tentang siklus alam dan daur ulang,” jelas Andi dengan penuh semangat.

Kegiatan panen kompos ini rutin dilakukan setiap dua hingga tiga bulan sekali. Melalui proses alami fermentasi dan pelapukan, dedaunan dan ranting yang dulunya dianggap limbah kini menjelma menjadi pupuk organik yang kaya nutrisi, siap menyuburkan kembali tanah dan tanaman di lingkungan sekitar.

Edi Priyanto, seorang pegiat lingkungan yang juga merupakan motor penggerak Kampung Edukasi Sampah, menegaskan bahwa kunci keberhasilan gerakan ini terletak pada sinergi dan kolaborasi aktif seluruh elemen masyarakat.

“Inovasi ini bukan hanya soal teknik pengomposan yang sederhana, tetapi lebih jauh tentang bagaimana kita membangun budaya peduli lingkungan sejak dini dan dari hal-hal kecil. Ini adalah bentuk edukasi yang nyata, di mana warga, kader lingkungan, dan generasi muda terlibat langsung. Pengelolaan sampah bukan hanya urusan pemerintah, tetapi merupakan tanggung jawab sosial kita bersama,” tandas Edi.

Daya tarik inovasi Kampung Edukasi Sampah ini bahkan telah melampaui batas Provinsi Jawa Timur. Rombongan studi tiru yang terdiri dari camat, lurah, hingga perwakilan komunitas dari Bali, Jambi, dan Kalimantan tercatat telah mengunjungi kampung ini untuk mempelajari secara langsung bagaimana ide sederhana dapat menghasilkan dampak lingkungan yang signifikan dan dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

“Kami sangat terbuka untuk berbagi pengalaman dan praktik baik ini. Mungkin apa yang kami lakukan terlihat sederhana, namun ketika dijalankan dengan konsistensi dan partisipasi aktif seluruh warga, dampaknya bisa sangat luas. Kami percaya bahwa perubahan besar seringkali berawal dari langkah-langkah kecil di lingkungan terdekat kita,” imbuh Edi dengan nada optimis.

Kini, Kampung Edukasi Sampah tidak hanya menjadi pusat pengelolaan lingkungan yang inovatif, tetapi juga menjelma menjadi laboratorium sosial dan ruang edukasi terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pengelolaan sampah berbasis komunitas. [rea]