FAJAR.CO.ID — Aktivitas pertambangan sangat berpengaruh pada kondisi air tanah. Bahkan, menurut dosen Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Haris Miftakhul Fajar aktivitas pertambangan kerap membuat daerah sekitarnya menjadi kering.
Melansir Antara, kegiatan pertambangan terbuka untuk mengambil mineral atau bahan tambang dengan memotong topografi. Nah, aktivitas ini seringkali memotong jalur air tanah.
Genangan air tanah di tambang terbuka perlu diatasi dengan teknik rekayasa.
Bagaimana perusahaan perusahaan tambang seharusnya melakukan teknik rekayasa untuk menjaga ketersediaan air tanah? Salah satunya dengan menyedot air tanah yang menggenang di dasar tambang terbuka.
“Perusahaan tambang tidak boleh mengalirkan air itu ke saluran sungai. Perusahaan harus mengembalikan lagi sebagai air tanah dengan cara injeksi ke dalam tanah,” ujarnya saat diwawancarai usai memberikan materi geologi dalam pelatihan jurnalistik di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (25/11).
Menurut Haris, air tanah yang diambil di kawasan tambang bukan hanya ada di daerah itu, tetapi di sekitar tambang dengan radius yang luas.
Pengambilan air tanah bisa mencakup daerah yang sangat jauh, bergantung dari
radius of influence, permeabilitas tanah atau kemampuan tanah mengalirkan air melalui pori-pori tanah, hingga jumlah air tanah.
Haris mencontohkan aktivitas tambang pada pertambangan kapur yang seringkali mempengaruhi kondisi air tanah.
Daerah tambang kapur di Tuban, Jawa Timur, maupun tambang kapur di Pegunungan Kendeng yang berada di utara Pulau Jawa membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, terbukti membuat daerah sekitar tambang mengalami kekeringan.