Video Menkomdigi Sebut Angka Digitalisasi UMKM Belum Signifikan: Baru 38,7%
Blog
-

Perundingan Gaza, Hamas Tuntut Pembebasan Pemimpin Fatah Marwan Barghouti
Jakarta –
Hamas menuntut pembebasan narapidana Palestina terkemuka, Marwan Barghouti, dari penjara Israel. Tuntutan sebagai bagian dari negosiasi pertukaran sandera-tahanan yang sedang berlangsung.
Dilansir AFP, Rabu (8/10/2025), media pemerintah Mesir, Al-Qahera News, yang dekat dengan dinas intelijen Mesir, mengatakan perundingan telah dimulai di kota resor Sharm El-Sheikh, Mesir, mengenai daftar narapidana Palestina yang akan dibebaskan oleh Israel berdasarkan potensi kesepakatan gencatan senjata.
Barghouti, seorang anggota terkemuka partai Fatah Palestina dan dipenjara sejak 2002, termasuk di antara beberapa tahanan terkemuka yang sedang diupayakan pembebasannya oleh Hamas. Nama-nama lain yang disebutkan termasuk Ahmad Saadat, Hassan Salameh, dan Abbas Al-Sayed.
Perundingan tidak langsung telah dimulai sejak Senin (6/18) di Sharm El-Sheikh sebagai bagian dari rencana 20 poin yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza.
Rencana tersebut mencakup pembebasan sandera yang ditawan oleh Hamas dan militan Palestina lainnya dalam serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza.
Sebagai imbalan atas para sandera tersebut, Israel diperkirakan akan membebaskan 250 tahanan Palestina dengan hukuman seumur hidup dan lebih dari 1.700 tahanan dari Gaza yang ditawan selama perang.
Rencana tersebut juga mencakup penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza dan pelucutan senjata Hamas.
Pada Minggu (5/8), Hamas menyatakan siap mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di wilayah Palestina dan segera melakukan pertukaran sandera dan tahanan dengan Israel.
Halaman 2 dari 2
(rfs/rfs)
-

Deretan Makanan yang Sebaiknya Dihindari Penderita Eksim
JAKARTA – Eksim bukan sekadar masalah kulit biasa. Kondisi ini dapat membuat kulit terasa gatal, kering, bahkan hingga meradang, yang membuat penderitanya merasa tidak nyaman.
Gejala eksmin juga sering muncul secara tiba-tiba dan susah ditebak. Salah satu pemicu kambuhnya eksim bisa datang dari mana saja, salah satunya adalah makanan yang dikonsumsi penderitanya sehari-hari.
Terdapat beberapa makanan yang ternyata dapat memperparah kondisi eksim. Berikut beberapa makanan tersebut, yang sebaiknya dihindari oleh penderita eksim.
1. Makanan tinggi gula
Dikutip dari Health, pada Selasa, 7 Oktober 2025, gula yang berlebihan dapat membuat insulin melonjak, yang kemudian dapat memicu hormon penyebab peradangan di kulit. Hal ini dapat mempercepat kambuhnya eksim, yang pada akhirnya bisa berdampak buruk pada kesehatan kulit secara keseluruhan.
2. Telur
Telur memang termasuk makanan yang kaya akan nutrisi, terutama protein. Namun, pada sebagian penderita eksim, telur justru dapat memicu timbulnya gejala.
Protein pada putih telur dapat membuat sistem kekebalan tubuh bekerja berlebihan, sehingga peradangan dan rasa gatal bisa menjadi semakin intens dirasakan penderita eksim.
3. Makanan olahan dan cepat saji
Makanan olahan dan cepat saji biasanya mengandung pengawet, pewarna, dan lemak trans. Semua bahan itu dapat memicu peradangan, terutama pada penderita eksim.
Selain memperburuk gejala eksim, makanan tersebut juga minim akan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Ini akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh secara keseluruhan jika dikonsumsi secara berlebihan.
4. Makanan yang mengandung gluten
Gluten merupakan protein yang ditemukan di gandum, barley, dan sejenisnya. Makanan seperti roti, kue kering, atau pasta menjadi sumber gluten yang paling umum dijumpai di tengah masyarakat.
Bagi penderita eksim, gluten bisa memicu kambuhnya eksim dan memperburuk peradangan di kulit. Jika Anda sensitif terhadap gluten, maka ganti karbohidrat dengan beras merah atau umbi-umbian agar kebutuhan serat dan nutrisi tetap terpenuhi.
-

Pemkab Kediri Gelar Maulid Nabi 1447 H, Kiai Misdi Ajak Teladani Akhlak Rasul dalam Pelayanan Publik
Kediri (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Kediri menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H / 2025 M di Gedung Bagawanta Bhari. Acara tersebut dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Kediri, Mohamad Solikin, bersama jajaran kepala perangkat daerah serta para pegawai di lingkungan Pemkab Kediri. Tausiyah dalam kegiatan ini disampaikan oleh K.H. Misdi Nur Hasan.
Peringatan Maulid Nabi kali ini sempat tertunda sejak awal September lalu akibat insiden yang terjadi di Kantor Pemerintah Kabupaten Kediri. Setelah situasi kembali kondusif, kegiatan baru dapat dilaksanakan pada hari ini sebagai bentuk rasa syukur dan refleksi spiritual bagi seluruh ASN di lingkungan Pemkab Kediri.
Dalam tausiyahnya, K.H. Misdi Nur Hasan menekankan pentingnya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, Rasulullah adalah sosok sempurna yang memberikan contoh nyata bagi umat manusia untuk selamat di dunia dan akhirat.
“Kita harus meneladani beliau dalam beribadah dan berakhlak. Kejujuran, keikhlasan, amanah, dan kecerdasan Rasulullah harus menjadi pedoman dalam kehidupan,” ujar Kiai Misdi.
Ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai keteladanan Nabi Muhammad SAW dapat diimplementasikan dalam dunia kerja, terutama dalam pelayanan publik di Kabupaten Kediri.
“Pelayanan publik harus prima, karena bekerja melayani masyarakat adalah bentuk ibadah. Selain itu, kita harus jujur, ikhlas, dan amanah, serta mengedepankan akhlak mulia dalam memberikan pelayanan,” pungkasnya. [ADV PKP/nm]
-

Sosok Berbulu Jatuh dari Langit Hantam Lahan Pertanian, Apa Itu?
Jakarta, CNBC Indonesia – Objek tak biasa terlihat jatuh dari langit ke sebuah pertanian di Argentina Utara. Benda itu makin tak biasa karena salah satu bagiannya tertutup serat hitam seperti bulu.
Benda itu terlihat menghantam lokasi pertanian pada 25 September 2025 pukul 18:30 waktu setempat. Pemilik lahan bernama Ramón Ricardo González langsung melaporkan kepada pihak berwenang setempat.
Dari segi ukuran, benda itu memiliki panjang 1,7 meter dan 1,2 meter pada bagian diameternya. Terdapat sistem katup di salah satu ujungnya serta lubang dengan diamter 40cm. Adapula nomor seri yang berada di atas objek, dikutip dari Mirror, Senin (6/10/2025).
Pihak kepolisian juga memastikan tabung silinder tidak mudah terbakar atau berbahaya. Namun kembali identitas objek masih menjadi misteri.
Salah satu kemungkinannya adalah sampah luar angkasa, yakni berasal dari misi SpaceX. Kembali, kebenarannya masih terus dicari.
Seorang pengamat bintang juga buka suara terkait benda tersebut. Menurutnya bisa saja sebuah bejana tekan komposit yang berasal dari pesawat antariksa.
Dia memastikan benda tak berbahaya. “Tidak berbahaya untuk siapapun, kecuali benda itu mendarat langsung di atas Anda,” ucapnya sambil bercanda.
Benda berbulu di Argentina ditemukan menambah temuan objek misterius di Bumi. Termasuk temuan bola api di langit London dalam waktu yang tak terlalu jauh.
Seorang wanita mengabadikan saat bola api itu jatuh dari langit pada 27 September 2025 lalu. Benda itu terlihat menyala di langit pagi di atas Croydon.
“Setelah melakukan zoom maksimal dari HP saya dan melihat sendiri, itu memang seperti bola api yang jatuh,” ujar wanita bernama Sarah itu.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5283745/original/048420600_1752564314-WhatsApp_Image_2025-07-15_at_14.24.28.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Top 3: Paragon Buka Lowongan Kerja Besar-Besaran – Page 3
Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan temuan tanah jarang monasit bernilai ratusan triliun rupiah di lokasi pertambangan ilegal yang disita negara di Bangka Belitung. Potensi itu selama ini digarap secara ilegal memanfaatkan enam smelter yang kini telah disita dan diserahkan ke PT Timah Tbk.
“Tanah jarang yang belum diurai mungkin nilainya lebih besar, sangat besar. Tanah jarang itu mengandung monasit, dan 1 ton monasit bisa bernilai ratusan ribu dolar, bahkan sampai 200.000 dolar AS,” ujarnya dikutip dari Antara, Selasa (7/10/2025).
Setelah meninjau langsung penyitaan smelter ilegal terkait penambangan tanpa izin di kawasan PT Timah, Prabowo menyebut jumlah itu bila dirupiahkan bernilai sekitar Rp3,3 miliar per ton.
Sementara di kawasan smelter ilegal itu, Presiden Prabowo memperkirakan terdapat sekitar 40.000 ton monasit.
Dengan perhitungan tersebut, kata Presiden, potensi nilai ekonomi dari temuan tanah jarang di Bangka Belitung diperkirakan mencapai 8 miliar dolar AS, atau setara sekitar Rp128 triliun.
Presiden menuturkan, dari enam perusahaan ilegal yang disita itu, potensi kerugian negara ditaksir mencapai Rp300 triliun termasuk monasit.
Berita selengkapnya baca di sini
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4620828/original/058073900_1698052322-space-755811_1280.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ilmuwan: Alam Semesta Sudah Menempuh Separuh Perjalanan Menuju Kiamat – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics memberikan prediksi baru soal bagaimana akhir dari alam semesta bisa terjadi.
Jika selama ini banyak teori yang menyebut kosmos akan terus mengembang tanpa batas ke segala arah, penelitian ini justru mengatakan hal sebaliknya.
Mengutip Popular Science, Rabu (8/10/2025), menurut hasil kajian itu suatu hari nanti alam semesta akan berhenti mengembang, lalu perlahan mulai menyusut hingga pada akhirnya runtuh kembali.
Skenario ini dikenal dengan istilah “big crunch”, atau bisa dibilang semacam kebalikan dari Big Bang.
Teori ini didukung sejumlah ilmuwan, termasuk fisikawan Henry Tye dari Cornell University, yang menggunakan data terbaru tentang energi gelap (dark energy) yang baru dirilis tahun ini sebagai dasar hipotesis mereka.
“Data terbaru ini tampaknya menunjukkan bahwa konstanta kosmologis memiliki nilai negatif, dan itu berarti alam semesta pada akhirnya akan berakhir dalam sebuah big crunch,” jelas Tye dalam pernyataannya.
Jika teori ini benar, artinya alam semesta kita saat ini sudah menempuh hampir separuh perjalanan menuju ‘kiamat’ yang tak terhindarkan itu.
-

Perketat Standar Keamanan Pangan, MBG di Jatim Targetkan 3,5 Juta Penerima Manfaat
Surabaya (beritajatim.com) – Badan Gizi Nasional (BGN) bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) menggelar Rapat Konsolidasi Regional di Jatim International Expo Convention Exhibition, Surabaya, Selasa (7/10/2025).
Konsolidasi ini untuk memperkuat pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), khususnya dalam aspek keamanan pangan dan higienitas. Dalam rapat tersebut, BGN menargetkan adanya sekitar 3,5 juta penerima manfaat MBG di Jatim.
Kepala BGN, Dadan Hindayana menekankan perlunya peningkatan sinergi antara semua pihak terkait, termasuk 1.327 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sudah ada di Jatim, untuk memastikan makanan yang disajikan sehat, gizi seimbang, dan aman dikonsumsi.
Program ini ditujukan untuk berbagai kelompok, mulai dari anak dalam kandungan, ibu hamil, menyusui, hingga para siswa, sebagai investasi dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan kuat menyambut Indonesia 2045. “Para penerima manfaat akan tumbuh dengan sehat, cerdas, dan kuat,” kata Dadan.
Dadan juga menyebutkan bahwa Jatim merupakan salah satu provinsi yang progresif dalam implementasi MBG, dengan capaian rata-rata 30-40 persen di atas nasional. Pihaknya menargetkan Jatim akan mencapai di atas 50 persen dalam waktu dekat seiring dengan proses operasional dan sertifikasi mitra.
Menanggapi kasus-kasus keracunan yang sempat terjadi, BGN meningkatkan standar pengawasan secara drastis untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.
“Setiap masakan yang selesai dimasak, sebelum dibagikan akan di-rapid test sehingga kita akan tahu ada berbahaya atau tidak,” tegas Dadan.
Selain itu, sebelum SPPG beroperasi, akan ada pra-sterilisasi. Air yang digunakan untuk memasak sementara ini harus air kemasan galon tersertifikasi, dan air untuk mencuci serta lainnya harus melalui saringan.
BGN juga mewajibkan seluruh SPPG untuk memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai syarat mutlak operasional, bukan lagi sekadar administrasi. SPPG yang terbukti bermasalah akan dihentikan sementara untuk dievaluasi dan diinvestigasi.
Kepala Satgas MBG Jatim, Emil Elestianto Dardak melaporkan bahwa semua kabupaten/kota di Jatim telah membentuk Satgas pendukung. Terkait daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar), khususnya di Sumenep dan Ponorogo, BGN akan membangun SPPG-nya, sementara pemda yang menentukan titik lokasinya.
Emil juga menekankan tantangan menjaga kualitas dan logistik di wilayah kepulauan. “Hari ini, Insya Allah semua kabupaten/kota telah membentuk satgas untuk mendukung pelaksanaan MBG,” tuturnya.
Sedangkan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi upaya konsolidasi ini, terutama kemudahan dalam proses mendapatkan SLHS. Sebelumnya kewenangan sertifikasi ini ada di Kementerian Kesehatan, kini telah didelegasikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
“Penyelenggara SPPG saya mohon untuk proaktif berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan sertifikat SLHS,” ujar Khofifah.
Ia berharap dengan penyempurnaan SOP dan persyaratan, misi besar Presiden Prabowo Subianto untuk penguatan visi dan Sumber Daya Manusia anak bangsa melalui MBG dapat tercapai maksimal. [ipl/suf]
-
/data/photo/2025/10/08/68e598d1c8a21.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Obral Nyawa: Di Balik Berbagai Tragedi di Negeri Ini Nasional 8 Oktober 2025
Obral Nyawa: Di Balik Berbagai Tragedi di Negeri Ini
Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
TRAGEDI
kemanusiaan di Indonesia terjadi berulang, dari yang paling mengejutkan hingga yang paling sunyi, dari yang disiarkan langsung ke seluruh negeri hingga yang luput dari berita sama sekali.
Di balik semua itu, satu benang merah mengikat: harga nyawa manusia di negeri ini sangat murah. Negara gagal, baik dalam mencegah hilangnya nyawa secara massal maupun dalam menegakkan keadilan setelah tragedi terjadi.
Inkompetensi, kelalaian, dan budaya impunitas telah menjadi wajah nyata dari cara negara ini memperlakukan warganya.
Runtuhnya bangunan di Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, yang menewaskan puluhan santri, menjadi salah satu contoh paling terang bagaimana kelalaian struktural bisa berujung pada kematian. Data terakhir, 67 orang tewas dalam peristiwa itu.
Bangunan tersebut dibangun tanpa izin resmi, tanpa perencanaan teknis dari tenaga ahli, dan tanpa standar keselamatan minimum.
Ironisnya, setelah tragedi terjadi, pihak Pengasuh Ponpes Al-Khoziny, KH Abdul Salam Mujib, memberikan pernyataan: “Saya kira memang ini takdir dari Allah. Jadi semuanya harus bisa bersabar dan mudah-mudahan diberi ganti oleh Allah yang lebih baik.”
Ini bukan hanya penghindaran tanggung jawab, tapi juga bentuk manipulasi atas keyakinan masyarakat agar menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan.
Dalam konteks inilah, pernyataan Bagus Mulyadi dalam salah satu podcast youtube MalakaProjectid menjadi relevan dan menggugah: “Inkompetensi membunuh lebih banyak orang dari kejahatan manapun.”
Namun, Al Khoziny bukan satu-satunya tragedi akibat kelalaian. Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang suporter bola adalah bukti lain dari rusaknya sistem manajemen keselamatan publik.
Gas air mata kedaluwarsa milik aparat kepolisian yang ditembakkan di stadion tertutup, pintu evakuasi yang terkunci, dan pengabaian terhadap standar FIFA menunjukkan bahwa yang mati malam itu bukan hanya suporter, tapi juga nalar sehat institusi keamanan.
Investigasi dilakukan, beberapa pihak dijatuhi hukuman ringan, dan seperti biasa, aktor struktural yang seharusnya bertanggung jawab tetap aman dalam posisinya.
Ini bukan sekadar kegagalan prosedur—ini adalah bentuk lain dari kekerasan negara akibat inkompetensi yang dilegalkan.
Tragedi kemanusiaan di Indonesia juga muncul dari program-program negara yang justru dirancang untuk menyelamatkan warganya.
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), misalnya, yang bertujuan menurunkan angka gizi buruk dan stunting, justru melahirkan kasus keracunan massal di berbagai daerah.
Di banyak kasus, ribuan anak sekolah mengalami muntah, diare, hingga harus dirawat di rumah sakit setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Kegagalan ini terjadi karena proses pengadaan yang tidak transparan, penyedia makanan yang tidak tersertifikasi, dan pelaksanaan yang tergesa-gesa demi pencitraan politik.
Program gizi yang seharusnya menyelamatkan justru berbalik menjadi alat distribusi racun, dan seperti biasa, tak satu pun pejabat tinggi dimintai pertanggungjawaban serius.
Lebih dari itu, tragedi MBG adalah cermin dari masalah lebih besar, negara yang tidak benar-benar peduli terhadap keselamatan warganya, terutama yang miskin dan tidak bersuara.
Dalam banyak kasus lain, ribuan anak di Indonesia masih mati karena gizi buruk, terutama di wilayah seperti Papua, NTT, atau perbatasan Kalimantan.
MBG seharusnya menjadi solusi terhadap masalah ini, tapi ketika dijalankan dengan cara yang serampangan, ia berubah dari intervensi sosial menjadi bencana terstruktur.
Ini adalah bentuk kekerasan negara dalam wajah paling halus, kekerasan yang lahir dari ketidakmampuan, bukan dari niat jahat.
Sayangnya, semua ini bukan hal baru. Indonesia punya sejarah panjang pelanggaran kemanusiaan yang tidak pernah dituntaskan.
Pembantaian 1965, penembakan mahasiswa 1998, penghilangan paksa aktivis, pembantaian Talangsari, operasi militer di Papua dan Aceh, hingga kekerasan terhadap warga adat, semuanya terjadi dalam pola yang sama “penghilangan nyawa tanpa pertanggungjawaban”.
Di masa lalu, negara menggunakan senjata untuk membungkam warganya. Di masa kini, negara menggunakan kelambanan dan ketidakefisienan birokrasi untuk membiarkan warganya mati pelan-pelan. Bedanya hanya cara, tapi hasilnya sama: nyawa melayang, dan negara bungkam.
Inilah yang disebut sebagai budaya impunitas, yaitu ketika pelanggaran tidak pernah diikuti oleh hukuman. Bahkan lebih dari itu, impunitas di Indonesia justru dirawat dan dilanggengkan.
Pejabat yang lalai tetap naik jabatan, institusi yang gagal tetap mendapatkan anggaran, dan tragedi yang semestinya menjadi pelajaran malah dikubur oleh pernyataan-pernyataan klise seperti “kami akan evaluasi” atau “kami serahkan semua pada Tuhan”.
Di sini, kita tidak hanya berhadapan dengan inkompetensi teknis, tapi juga inkompetensi moral dan politik, di mana keengganan untuk bertanggung jawab telah menjadi norma dalam birokrasi.
Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap bagaimana budaya sosial memperkuat siklus impunitas ini.
Dalam banyak kasus, taklid buta terhadap tokoh agama, pejabat, atau figur publik membuat masyarakat enggan mengkritik, bahkan ketika mereka tahu ada kesalahan fatal.
Pengurus pesantren yang lalai tetap dihormati karena status keagamaannya. Pejabat yang meloloskan izin ilegal tetap dipuji karena dekat dengan tokoh masyarakat.
Di sinilah akar dari lemahnya kontrol sosial kita: kritik dianggap sebagai bentuk pemberontakan, bukan sebagai kewajiban moral untuk menyelamatkan sesama manusia dari kesalahan yang sama.
Semua ini terjadi karena kita hidup dalam sistem di mana keselamatan bukan prioritas, tapi kompromi.
Infrastruktur dibangun asal-asalan agar cepat jadi. Regulasi diterbitkan tapi tak ditegakkan. Program sosial diluncurkan tapi tanpa pengawasan. Dan ketika sesuatu salah, semua berlindung di balik kata “takdir”.
Jika bangsa tidak mampu melindungi anak-anaknya dari bangunan yang ambruk, dari makanan sekolah yang beracun, dari peluru aparat atau dari kelaparan yang seharusnya bisa dicegah, maka bangsa itu belum pantas menyebut dirinya beradab.
Inkompetensi adalah kejahatan, bukan karena ia disengaja, tapi karena ia dibiarkan. Dan impunitas adalah dosa struktural, karena ia mengamankan para pelaku dan mengabaikan para korban.
Sudah terlalu banyak nyawa yang diobral di negeri ini. Bukan hanya oleh mereka yang berniat jahat, tetapi juga oleh mereka yang tidak cakap, tidak peduli, dan tidak pernah dihukum.
Kita tidak bisa berharap tragedi berhenti jika sistem yang melahirkannya terus dipelihara. Perubahan baru akan datang ketika kita berhenti menoleransi inkompetensi sebagai kekhilafan, dan mulai memperlakukannya sebagai kejahatan yang sesungguhnya.
Sebab pada akhirnya, bangsa yang besar bukan diukur dari seberapa banyak bangunan yang didirikan, tetapi dari seberapa kuat komitmennya melindungi satu nyawa warganya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

