Blog

  • Pajak karbon pada gedung boros energi masih dikaji

    Pajak karbon pada gedung boros energi masih dikaji

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah masih mengkaji terkait pengenaan pajak karbon pada bangunan yang boros energi atau disinsentif sebagai upaya mendorong pemilik bangunan gedung menerapkan konsep bangunan hijau.

    “Apakah akan mengenakan pajak karbon jika bangunan gedung ternyata boros energi, tidak diberikan insentif?,” ujar Ketua Tim Fasilitasi Sekretariat Pusat Pembinaan Bangunan Gedung Hijau (BGH), Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Fajar Santoso di Jakarta, Selasa.

    Fajar dalam Bicara Kota Series ke-19 bertema “Peran Green Building dalam Reduksi Emisi Karbon” mengatakan, Kementerian PU bekerjasama dengan Lembaga Teknologi Universitas Indonesia (Lemtek UI) membuat kajian insentif dan disinsentif, namun sifatnya masih normatif.

    “Kuantitatif ini direncanakan di akhir 2025 sampai 2026 bisa disusun,” kata dia yang juga menjabat sebagai Kepala Balai Teknis Sains Bangunan itu.

    Konsep bangunan hijau diketahui dapat menghemat penggunaan energi sekitar 42 persen dibanding bangunan biasa dengan ukuran yang sama. Konsep ini juga dapat mengoptimalkan penggunaan air bersih secara signifikan dan mengurangi limbah air yang dihasilkan.

    Lalu, karena penggunaan teknologi dan material terbarukan dan bahan bakunya tahan lama, gedung dengan konsep ini dapat juga melestarikan sumber daya alam dan meminimalisir limbah.

    Khusus di Jakarta, regulasi tentang bangunan gedung hijau yang termuat dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 38 Tahun 2012.

    Pada 2030, implementasi Pergub 38 ditargetkan mencapai 100 persen bangunan baru memenuhi persyaratan bangunan gedung hijau, 60 persen bangunan eksisting persyaratan bangunan gedung hijau.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sukidi Kutip Bung Hatta: Pujian Tak Beri Petunjuk, Tak Sedikit Jatuh karena Pujian
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        7 Oktober 2025

    Sukidi Kutip Bung Hatta: Pujian Tak Beri Petunjuk, Tak Sedikit Jatuh karena Pujian Nasional 7 Oktober 2025

    Sukidi Kutip Bung Hatta: Pujian Tak Beri Petunjuk, Tak Sedikit Jatuh karena Pujian
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemikir Kebhinekaan, Sukidi, menyebut, pujian sebagai pembunuh diam-diam (
    silent killer
    ) seorang pemimpin.
    Peringatan itu Sukidi sampaikan dalam diskusi Menuju Satu Tahun Pemerintahan Prabowo: “Bisul-Bisul Permasalahan Bangsa, di mana Akarnya?”, di Kawasan Ampera, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025).
    Pada kesempatan itu, Sukidi mewanti-wanti pemerintah yang dinilai tidak menjalankan prinsip meritokrasi, melainkan loyalitas orang-orang yang senang memuji seorang pemimpin.
    “Percayalah seperti kata Bung Hatta, pujian tiada memberi petunjuk dan tak sedikit pemimpin yang jatuh karena pujian,” ujar Sukidi, Selasa.
    “Yang dibutuhkan hari-hari ini bukan pujian. Karena pujian itu adalah
    the silent killer
    , pembunuh diam. Pembunuh diam-diam terhadap seorang pemimpin,” lanjut Sukidi, mengingatkan.
    Doktor Universitas Harvard itu lalu mengingatkan para pejabat yang lebih suka memuji pemimpin, sebenarnya justru sedang merusak sistem kepemimpinan nasional.
    Di tengah situasi itu, menurut dia, kaum intelektual perlu menyampaikan kebenaran kepada pemimpin pemerintahan, meskipun itu terdengar pahit.
    Di antara kebenaran yang perlu disampaikan menyangkut pentingnya membangun sumber daya manusia.
    Sebab, saat ini sedang terjadi “kematian” modal manusia untuk menata masa depan.
    “Ini terlihat bagaimana pendidikan diadakan, tetapi (anggaran) Kementerian Pertahanan naik, (anggaran) MBG (makan bergizi gratis) naik, dan itu menandakan bahwa kita hilang arah untuk Indonesia ke depan,” tutur dia.
    Menurut Sukidi, tanpa kebenaran, fondasi republik akan diisi hoaks dan situasi pascakebenaran (post-truth).
    Dalam situasi post-truth, masyarakat lebih dipengaruhi daya tarik emosional dan kepercayaan pribadi, alih-alih fakta obyektif.
    Padahal, kata Sukidi, Timothy David Snyder menyebut, post-truth sebagai tangga menuju paham fasisme.
    “Post-truth is pre-facism. Pasca-kebenaran adalah tahapan menuju fasisme,” tutur Sukidi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • RSPPN Gandeng China Kembangkan Pengobatan Tradisional

    RSPPN Gandeng China Kembangkan Pengobatan Tradisional

    Foto Health

    Andhika Prasetia – detikHealth

    Selasa, 07 Okt 2025 20:30 WIB

    Jakarta – RSPPN Panglima Besar Soedirman menjalin kerja sama dengan China. Kerja sama ini dalam rangka pengembangan pengobatan tradisional.

  • Kapal Surya Bahari Rawasaban tenggelam di Pulau Bokor

    Kapal Surya Bahari Rawasaban tenggelam di Pulau Bokor

    Jakarta (ANTARA) –

    Kapal nelayan Surya Bahari Rawasaban tenggelam di perairan Pulau Bokor dekat pulau Dapur, Kelurahan Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, pada Selasa dini hari.

    “Korban yang belum ditemukan ada lima orang. Masih dalam pencarian,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan di Jakarta.

    Ia mengatakan penumpang kapal juga masih hilang dan dalam pencarian tim SAR gabungan hingga sore ini.

    Menurut dia, proses pencarian terus dilakukan dan berdasarkan data yang dihimpun, kelima korban yang masih dalam pencarian bernama Kartani, Wawan, Kacung, Udin dan Kodok.

    “Kapal tenggelam pada Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB,” kata dia.

    Ia mengatakan kapal tersebut awalnya berangkat dari Muara Angke pada Senin (6/10) sekitar pukul 21.00 WIB dan tenggelam pada Selasa dini hari sekitar pukul 03.00 WIB di perairan Pulau Bokor dekat Pulau Dapur.

    Hingga Selasa sore, kapal beserta sejumlah awak masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan yang tergabung dalam P2B BPBD Kepulauan Seribu, Personel TNI Angkatan Laut (AL) Tanjung Kait dan personel Perhubungan Laut Wilker Karangantu.

    Sementara korban yang selamat ada tiga orang yang bernama Wahyudin (nakhoda), Imron dan Juli. “Tiga kapal nelayan sedang melakukan pencarian sampai saat ini,” kata dia.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang?
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        7 Oktober 2025

    Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang? Megapolitan 7 Oktober 2025

    Mengapa Malam Ini Bulan Tampak Lebih Besar dan Bersinar Terang?
    Penulis

    KOMPAS.com –
    Langit malam ini, Selasa (7/10/2025), akan tampak berbeda. Bulan terlihat lebih besar dan lebih terang dari biasanya.
    Fenomena ini dikenal sebagai Supermoon atau Purnama Perige.
    Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Supermoon terjadi ketika Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi pada saat fase purnama berlangsung.

    Supermoon terjadi saat Bulan Purnama bertepatan dengan jarak terdekatnya dari Bumi (perigee), sehingga tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya
    ,” tulis BMKG melalui akun Instagram resminya, @
    infobmkg
    , Selasa (7/10/2025).
    Fase purnama kali ini terjadi pada 7 Oktober 2025 pukul 10.47 WIB, ketika Bulan berjarak sekitar 361.458 kilometer dari Bumi.
    Kemudian, posisi terdekat Bulan atau perigee akan terjadi pada 8 Oktober 2025 pukul 19.35 WIB, dengan jarak sekitar 359.819 kilometer dari Bumi.
    Sebagai perbandingan, pada purnama 13 April 2025, Bulan berada di titik terjauhnya (apoge) dengan jarak mencapai 406.006 kilometer dari Bumi.
    Itu sebabnya, ukuran Bulan pada malam ini akan tampak lebih besar sekitar 14 persen dan lebih terang hingga 30 persen dibanding purnama biasa.
    Orbit Bulan mengelilingi Bumi tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Akibatnya, jarak antara Bulan dan Bumi selalu berubah-ubah.
    Ketika Bulan berada di perigee, jaraknya menjadi lebih dekat dari rata-rata, sedangkan saat apogee, jaraknya berada di titik terjauh.
    Jika fase purnama bertepatan dengan posisi perigee, maka muncullah fenomena Supermoon seperti malam ini.
    Selain menampilkan pemandangan langit yang indah, Supermoon juga memiliki dampak geofisika kecil di Bumi.
    BMKG menjelaskan bahwa fenomena ini dapat menyebabkan pasang air laut sedikit lebih tinggi dan surut lebih rendah dari biasanya akibat peningkatan gaya gravitasi Bulan.
    Meski begitu, fenomena ini masih dalam batas wajar dan tidak berpotensi menimbulkan bencana.
    BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak melewatkan kesempatan menyaksikan Supermoon malam ini.
    “Jadi, jangan lewatkan momen langka ini! Intip langit sore nanti dan nikmati pesona Supermoon 2025,” tulis BMKG.
    Untuk mengamatinya, warga cukup menengok langit timur selepas senja. Cuaca cerah akan menjadi kunci agar Supermoon terlihat jelas tanpa bantuan teleskop.
    Fenomena ini bukan hanya indah secara visual, tetapi juga menjadi pengingat akan dinamika alam semesta yang terus bergerak harmonis di atas langit Bumi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Jatim Selidiki Dugaan Tindak Pidana Tragedi Ponpes Al-Khoziny

    Polda Jatim Selidiki Dugaan Tindak Pidana Tragedi Ponpes Al-Khoziny

    Bisnis.com, SURABAYA – Aparat kepolisian disebut telah mulai memanggil santri untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait insiden ambruknya bangunan tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yang terjadi pada Senin (6/10/2025). 

    Surat dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jawa Timur tertanggal 2 Oktober 2025 menyebutkan Penyidik Unit II Subdit I Tipid Indagsi Ditreskrimsus Polda Jawa Timur tengah menyelidiki dugaan terjadinya tindak pidana menghilangkan nyawa orang dan atau bangunan gedung.

    Pemanggilan tersebut juga merujuk pada surat Laporan Polisi Nomor: LP/A/4/IX/2025/SPKT.UNITRESKRIM/POLSEK BUDURAN POLRESTA SIDOARJO/POLDA JAWA TIMUR tanggal 29 September 2025 dan Surat Perintah Penyelidikan Nomor: SP.Lidik/4579/X/RES.1.2./2025/Ditreskrimsus/Polda Jatim tanggal 1 Oktober 2025. 

    Penyidik Unit II Subdit I Tipid Indagsi Ditreskrimsus Polda Jatim, AKP Edi Iskandar menjelaskan, satu saksi yang dipanggil pihaknya tersebut diketahui bernama Shaka Nabil Ichsani. 

    “Iya [undangan pemanggilan Shaka Nabil Ichsani], untuk panggilan saksi,” ucap Edi saat dikonfirmasi awak media, Selasa (7/10/2025).

    Shaka dipanggil sebagai saksi dari pihak santri pada tanggal Jumat (3/10/2025) lalu pukul 13.00 WIB di Unit II Subdit I Tipid Indagsi. Dalam surat pemanggilan tersebut tertulis bahwa Shaka juga diminta oleh penyidik untuk membawa dokumen yang berkaitan dengan terjadinya peristiwa naas tersebut. 

    “[Shaka Nabil Ichsani] salah satu santri,” ungkap Edi singkat. 

    Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Jules Abraham Abast menyatakan bahwa rangkaian proses penyelidikan atas peristiwa ambruknya Pondok Pesantren Al-Khoziny baru sepenuhnya dilakukan pihaknya setelah operasi SAR selesai.

    “Kami masih menunggu informasi dari Basarnas terkait pembersihan. Setelah benar-benar clear, barulah kami akan melangkah proses penyelidikan. Pasti akan kami tindaklanjuti dengan proses penyelidikan,” beber Jules. 

    Sebagai informasi, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) RI per Selasa (7/10/2025), total korban tragedi ambruknya bangunan musala di area Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo yang telah berhasil dievakuasi mencapai 171 orang, yang terdiri atas 104 selamat dan 67 meninggal dunia, termasuk di antaranya delapan potongan tubuh (body part).

  • Pemkot Mojokerto Gencarkan Pendampingan keluarga Balita untuk Tekan Angka Stunting

    Pemkot Mojokerto Gencarkan Pendampingan keluarga Balita untuk Tekan Angka Stunting

    Mojokerto (beritajatim.com) – Upaya menekan angka stunting di Kota Mojokerto terus digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto. Salah satunya melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan keluarga balita stunting yang digelar di Kelurahan Pulorejo, Kecamatan Prajuritkulon.

    Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari menegaskan bahwa keluarga memiliki peran penting sebagai benteng utama dalam menjaga tumbuh kembang anak. “Tujuan kita sama, bagaimana angka stunting di Kota Mojokerto bisa ditekan hingga nol atau zero. Berdasarkan data e-PPGBM, saat ini masih tercatat 1,54 persen balita yang mengalami stunting,” ungkapnya, Selasa (7/10/2025).

    Dalam kegiatan tersebut, keluarga balita stunting dan wasting tak hanya mendapat edukasi dan makanan tambahan bergizi, tetapi juga berkesempatan berdialog langsung dengan Wali Kota serta perwakilan dari Dinas Kesehatan. Menurutnya, upaya percepatan penurunan stunting tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan.

    “Diperlukan sinergi lintas sektor, termasuk peran aktif organisasi wanita dan masyarakat. Dengan bergerak bersama, harapan kita para balita bisa tumbuh sehat, sehingga ke depan kita mampu menyiapkan generasi unggul yang akan meneruskan pembangunan Kota Mojokerto,” jelasnya.

    Ia berharap pelatihan tersebut dapat melahirkan lebih banyak keluarga yang siap menjadi agen perubahan dalam menekan angka stunting. Melalui berbagai program intervensi dan pendampingan seperti ini, Pemerintah Kita (Pemkot) Mojokerto menargetkan terwujudnya zero stunting dan terciptanya generasi Kota Mojokerto yang sehat, cerdas, serta unggul di masa depan.

    “Saya berpesan kepada para ibu agar lebih sabar dan tulus dalam merawat buah hati, karena anak adalah titipan Allah. Cinta kasih ibu merupakan faktor penting, selain gizi, yang akan menentukan keberhasilan tumbuh kembang anak,” pungkasnya. [tin/suf]

  • Tanda Mau Sakit Flu Bisa Dirasakan di Lidah, Begini Caranya

    Tanda Mau Sakit Flu Bisa Dirasakan di Lidah, Begini Caranya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sekelompok peneliti mengembangkan teknik deteksi influenza menggunakan rasa “mint.” Teknik ini diharapkan bisa menjadi sistem deteksi flu baru di rumah, tanpa harus berkunjung ke klinik atau rumah sakit.

    Menurut Eurekalert, isolasi di rumah adalah kunci pencegahan penyakit menular seperti influenza. Namun, penularan flu bisa terjadi bahkan sebelum gejala muncul.

    Teknik diagnosis flu yang tersedia saat ini adalah tes PCR lewat pengambilan sampel dari pangkal tenggorokan. Permasalahannya, tes PCR butuh waktu yang lambat dan mahal. Adapun, uji coba lateral flow yang bisa dilakukan di rumah tidak akurat karena tak bisa mendeteksi infeksi sebelum gejala timbul.

    Penelitian oleh Lorenz Meinel dan tim berusaha mencari alternatif teknik diagnostik flu yang tersedia di mana saja, yaitu memanfaatkan indra pengecap lidah.

    Meinel dan tim mengembangkan sensor molekuler yang mengeluarkan rasa mint khas, serupa dengan thymol (timi). Sensor ini dibentuk dari pengolahan glycoprotein yang ada di virus flu, yaitu neuraminidase (asal kata huruf N dari H1N1). Virus influenza menggunakan neuraminidase untuk “menghancurkan” ikatan di sel untuk menginfeksi inang.

    Para peneliti melakukan sintesis bahan dasar neuraminidase kemudian mengikatnya ke molekul tyhmol. Secara teori, saat sensor tersebut menyentuh lidah seseorang yang terinfeksi virus flu, ikatan akan pecah sehingga menimbulkan rasa “pedas” yang kuat.

    Dalam uji laboratorium, sensor melepas molekul thymol dalam waktu 30 menit saat terpapar air liur orang yang terinfeksi virus influenza. Peneliti juga sukses dalam uji coba menggunakan sel dari manusia dan tikus. Berikutnya, Meinel dan tim berencana memulai uji coba klinis dengan subjek manusia.

    Proses uji coba klinis hingga peluncuran produk diperkirakan butuh 2 tahun. Salah satu metode yang dipertimbangkan Meinel dan tim adalah sensor berbentuk permen karet atau lozenges.

    “Sensor ini bisa menjadi alat screening cepat dan mudah diakses untuk melindungi orang banyak di lingkungan yang berisiko tinggi,” kata Meinel.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tradisi panjang jimat keraton Kasepuhan sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

    Tradisi panjang jimat keraton Kasepuhan sambut Maulid Nabi Muhammad SAW

    Sabtu, 6 September 2025 10:53 WIB

    Sejumlah abdi dalem menyalakan lampion saat tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/9/2025). Tradisi Panjang Jimat digelar Keraton Kasepuhan dengan menggelar doa bersama dan pembacaan kitab Barzanji untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/YU

    Sejumlah abdi dalem membawa sesaji saat tradisi Panjang Jimat di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (5/9/2025). Tradisi Panjang Jimat digelar Keraton Kasepuhan dengan menggelar doa bersama dan pembacaan kitab Barzanji untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/YU

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kronologi Ocang Tewas Usai Bunuh King Cobra Berukuran 4 Meter

    Kronologi Ocang Tewas Usai Bunuh King Cobra Berukuran 4 Meter

    Liputan6.com, Jakarta Warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi digegerkan dengan penemuan sesosok pria bernama Ocang (70) yang tewas setelah terlibat duel sengit dengan king cobra.

    Jasad sang pawang atau pemburu ular itu ditemukan di jalan setapak tidak jauh dari rumahnya. Di dekatnya, tergeletak ular berbisa sepanjang 4 meter dengan tongkat tertancap di kepala.

    “Korban ditemukan tergeletak Minggu (5/10) sekitar jam 06.30 WIB. Diduga kejadian pematukan terjadi subuh, sekitar jam 05.30 WIB,” ujar Kanit Reskrim Polsek Sagaranten Aipda Yadi Supriadi, Selasa (7/10/2025).

    Yadi menjelaskan, korban dipatuk di bagian sela-sela jempol sebelah kanan kakinya. Luka tersebut telah menghitam kebiruan saat ditemukan.

    Sebelum tewas, korban sempat berjuang mencari pertolongan dengan berjalan kaki.

    “Korban jalan kaki mencari pertolongan. Posisi korban dan ular saat ditemukan tidak jauh, sekitar 10 meteran. Sampai sekarang, bangkai ular masih ada di depan rumahnya,” tambahnya.

    Meski berhasil menewaskan king cobra berukuran besar tersebut, nyawa Abah Ocang tak tertolong setelah racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya. Saat kejadian, istri korban sedang tidak berada di rumah.

    Kanit Reskrim juga menambahkan informasi dari warga sekitar yang menguatkan status korban.

    “Menurut informasi warga dan keluarga, korban ini memang dikenal sebagai pawang ular atau pemburu. Ia sering dimintai tolong untuk menangkap ular dan disebut-sebut sudah menyukai ular sejak muda. Korban merupakan warga asli Cipetir,” jelasnya.

    Kisah perjuangan Ocang melawan ular berbisa tersebut diperkuat oleh keterangan dari Apih Libra Rustiana, yang merupakan sahabat korban. Apih Libra menjelaskan bahwa Ocang lebih dikenal sebagai pemburu satwa liar.

    “Kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak, bukan pawang. Jadi kalau dengan ular sudah biasa,” kata Apih Libra.

    Menurut Apih Libra, duel maut itu diduga terjadi sekitar pukul 05.00 WIB saat ular tersebut muncul menuju kandang ayam.

    Ocang sempat melawan menggunakan parang, bahkan dia sempat membunuh ular yang lebih kecil di lokasi yang sama sebelum berhadapan dengan king cobra raksasa 4 meter tersebut.

    “Dapatlah itu (ular) yang kecil satu lagi dibunuh, nah yang itu sudah tidak terlihat datang malah oleh anaknya,” ungkapnya.

    “Kata manusia mah ini ular duel dulu, bawa parang. (Korban) sempat diikat dulu sama sendiri sebelah kanan (kaki) karena cok (dipatuk). Kecuali pada saat ini ular berbisa, bukan untuk mengambil ularnya, tapi (diduga) untuk mengambil kulitnya,” tambah Apih Libra.