Cerita Citra, Ibu Dua Anak yang Bangkit Lewat Dapur MBG di Banyuwangi
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Hari beranjak sore saat Citra Erlina (34), warga Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur mengupas wortel bersama rekan-rekan kerjanya di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polri Blimbingsari, Rabu (15/10/2025).
Mengenakan masker, celemek dan sandal khusus, Citra dengan tenang dan telaten membersihkan wortel yang akan digunakan untuk menu Makan Bergizi Gratis (MBG) keesokan paginya.
Ibu dua anak itu membuka ceritanya dengan hamdalah, mengucap rasa syukur karena ia dapat menjadi bagian dari 47 relawan yang melayani 34 sekolah di Kecamatan Blimbingsari dan sekitarnya itu.
“Sebelumnya saya bekerja sebagai kasir di koperasi simpan pinjam. Berhenti lama karena punya anak kecil, lalu melamar di sini,” kata Citra sembari terus mengupas wortel.
Ia memilih bekerja sebagai relawan MBG di SPPG yang berada di bawah naungan yayasan Kemala Bhayangkarari tersebut karena jaraknya yang dekat dari rumahnya.
Di sana, ia mendapatkan tugas di divisi persiapan bahan yang biasanya bekerja mulai jam 14.00 WIB hingga 22.00 WIB.
“Kendala di awal karena pengenalan alat saja. Tidak terbiasa, tapi sekarang sudah bisa,” tuturnya.
Citra menuturkan bahwa ia menjalani pekerjaan dengan gembira. Sebab, dari sana jugalah perekonomian rumah tangganya terangkat.
Ia yang sebelumnya ibu rumah tangga kini berpenghasilan dan dapat membantu suaminya yang bekerja sebagai distributor makanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya.
“Gajinya per bulan lebih dari Rp 3 juta,” ujarnya.
Nilai yang menurutnya cukup besar dan sangat membantu ia dan suaminya menghidupi kedua anak mereka yang kini duduk di kelas 6 SD dan kelas 1 SD.
Dari program MBG, ia merasa dapat menghidupkan mimpinya untuk memiliki kehidupan yang lebih baik, khususnya dalam mendukung anak-anak mereka meraih mimpinya kelak.
“Semoga program MBG bisa berlangsung terus,” ucapnya.
Menurut mitra SPPG Polri Blimbingsari Banyuwangi, Ali Mansur, Citra merupakan salah satu contoh
multieffect
dari hadirnya program MBG yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Sebab, dari program tersebut, SPPG merekrut relawan dari wilayah sekitar, begitu juga dengan SPPG Polri Blimbingsari Banyuwangi yang bahkan menarik antusiasme tinggi dari lingkungan sekitar.
“Pelamarnya mencapai 150, dan kami merekrut 47 emak-emak di lingkungan sekitar, di samping 3 karyawan terdiri dari kepala SPPG, ahli gizi dan akuntan. Efek (rekrutmen) luar biasa untuk ekonomi di wilayah ini,” tutur pria yang akrab disapa Haji Ali tersebut.
Sebanyak 47 orang yang diterima sebagai relawan, katanya, telah melalui proses seleksi yang ketat oleh panitia penerimaan SPPI melibatkan Polresta Banyuwangi.
Surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) menjadi syarat yang harus disertakan.
Selain itu, dilakukan pemeriksaan kesehatan di tempat oleh seksi kedokteran dan kesehatan (dokkes) untuk memastikan kesehatan relawan yang nantinya akan berdampak pada kondisi dapur.
“Mekanisme dobel. Selain memenuhi persyaratan administratif, kita uji juga. Mudah-mudahan ini menjadi
role model
antisipasi kejadian tidak diinginkan seperti keracunan,” ujarnya.
Sebab, pekerjaan relawan juga tidak mudah. Mereka berbagi tugas dalam penyiapan MBG di dapur SPPG yang beroperasi selama 24 jam, kecuali hari Minggu.
Setiap harinya, mereka masuk secara bertahap sesuai divisi secara estafet, mulai dari jam 12.00 WIB di mana divisi pencucian ompreng dan alat masak mulai masuk, dilanjutkan divisi persiapan bumbu yang mulai masuk pukul 16.00 WIB.
Nantinya, pukul 02.00 WIB, relawan yang bertugas di divisi memasak akan masuk, didukung divisi pemorsian yang masuk pukul 04.00 WIB.
Divisi pendistribusian akan mulai bekerja sebelum ompreng atau
food tray
MBG disalurkan ke sekolah-sekolah yang dibagi dalam dua sesi, yaitu pukul 07.00 WIB untuk kelas SD, dan pukul 09.00 WIB untuk SMP-SMA, begitu setiap harinya.
Haji Ali menuturkan, dengan semangat yang dijunjung para relawan, yayasan Kemala Bhayangkarari juga mengapresiasi dengan memperhatikan kesejahteraan relawan.
“Gajinya kisaran Rp 2 juta hingga Rp 2,5 juta per bulan. Ini efeknya luar biasa untuk perputaran ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Melihat multi efek yang ditimbulkan, Ali berharap program MBG bisa terus berjalan dengan baik dan benar, berkesinambungan serta berkelanjutan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Blog
-
/data/photo/2025/10/15/68ef82501b681.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Citra, Ibu Dua Anak yang Bangkit Lewat Dapur MBG di Banyuwangi Surabaya 15 Oktober 2025
-

PIK 2 ‘Ditendang’ dari Proyek Strategis Nasional, Mahfud Dukung Prabowo: Sikat, Harus Tegas!
GELORA.CO – Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD mendukung langkah tegas Presiden Prabowo Subianto yang menghapus proyek pengembangan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tropical Coastland yang digarap Agung Sedayu Grup milik Sugianto Kusuma alias Aguan dari daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
Proyek tersebut akhirnya harus “ditendang” setelah sebelumnya ditetapkan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi).
“Wah itu bagus sekali. Artinya bagian dari Pak Prabowo merangkak ini. Karena ini dikeluarkan Permenko (Bidang Perekonomian) Nomor 16 tahun 2025, baru saja, bertepatan dengan Hari Agraria Nasional,” ujar Mahfud dikutip dari saluran YouTube Mahfud MD Official, Rabu, 15 Oktober 2025.
Menurut Mahfud, penghapusan PIK 2 dari PSN semakin menegaskan bahwa proyek itu sudah seharusnya dilepas dan dikembalikan pengelolaannya kepada negara.
“Itu menyatakan bahwa PIK-2 itu bukan lagi PSN. Oleh sebab itu pengelolanya tidak bisa lagi dilakukan penguasaan hak, tetapi bisa dilakukan pengusahaan. Dan itu sudah dilepaskan, artinya dari program yang selama ini dikelola oleh Aguan itu dilepas sekarang,” paparnya.
Dihapusnya proyek pengembangan PIK 2 Tropical Coastland yang digarap Agung Sedayu Grup milik Aguan menurut Mahfud, lebih dilatari oleh penegakan keadilan.
“Karena begini, pertama persoalan konstitusional bahwa menurut Pasal 33 itu bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara. Dan tidak boleh dikuasakan kepada swasta. Boleh dilakukan pengusahaan. Pengusahaan, bukan penguasaan. Boleh dilakukan pengusahaan,” terangnya.
Ia pun memuji langkah tegas Prabowo mencabut proyek tersebut yang tentunya sudah didahului oleh kajian menyeluruh. Terlebih kata Mahfud, kasus pencaplokan laut ini terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia.
“Sikat, bagus. Jadi harus tegas begitu, Pak Prabowo, ndak apa-apa, dikritik banyak, Bapak ini kok omong aja, enggak apa-apa Pak, jalan. Bapak merangkak, karena tidak mudah. Bapak kembali aja, Pak Prabowo, ke buku Paradoks Indonesia itu. Saya baca di situ, ketika Bapak mendirikan partai itu kan ingin memenggal leher bajingan-bajingan ini,” tegas pria asal Madura ini.
“Memenggal leher itu dalam arti merampas kembali hak negara lah. Karena itu Pak Prabowo mengatakan, saya
mendirikan partai, masa negara dikuasai oleh preman. Hasilnya apa bagi bangsa ini? Kan itu pernyataan Pak Prabowo. Nah sekarang beliau ada di situ. Terus aja kita dukung. Langkah Pak Prabowo yang dari tahap ke tahap ini harus kita dukung,” tutupnya.***
-
/data/photo/2025/10/15/68ef97f42b469.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cerita Ibu di Yogyakarta Bangun Komunitas Gifted Children: Berawal dari Keresahan Anaknya Bosan Sekolah Yogyakarta 15 Oktober 2025
Cerita Ibu di Yogyakarta Bangun Komunitas Gifted Children: Berawal dari Keresahan Anaknya Bosan Sekolah
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Istilah gifted children atau anak dengan kecerdasan luar biasa di atas rata-rata masih jarang dikenal di Indonesia.
Anak-anak berbakat istimewa ini sering kali menghadapi tantangan dalam sistem pendidikan yang belum mampu menyesuaikan kebutuhan belajar mereka.
Masalah itu salah satunya dirasakan oleh Patricia Lestari Taslim, seorang ibu asal Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Ia adalah founder komunitas Parents Support Group for Gifted Children (PSGGC) Jogjakarta, wadah bagi orangtua yang memiliki anak-anak gifted untuk saling berbagi pengalaman dan mencari solusi.
Patricia menceritakan, ide pembentukan komunitas ini berawal dari pengalaman pribadinya mendampingi putrinya, Maria Clara Yubilea atau biasa disapa Lala, yang kerap keluar masuk sekolah saat duduk di bangku SD.
“Saya masih ingat saat itu kelas 2 SD, dia sempat ngomong tidak mau sekolah. Maunya homeschooling,” kenang Patricia saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (14/10/2025).
Sebagai orangtua dengan latar belakang pendidik—sang suami, Boy Rahardjo Sidharta, adalah dosen di Universitas Atma Jaya, sementara Patricia sendiri dosen dan mantan guru—mereka mencoba berdialog dengan sang anak.
“Kalimat yang sama saya sampaikan waktu itu, ayahnya dosen, ibunya guru, anaknya nggak mau sekolah, apa kata dunia?” ujarnya sambil tersenyum.
Namun, Lala tetap merasa tidak nyaman di sekolah. Ia sering mengeluh pelajaran yang diterima terasa berulang dan membosankan.
“Kami berusaha memenuhi kehausan ilmunya. Setiap hari setelah sarapan, kami tanya, ‘pulang sekolah kamu mau apa?’ Dia minta ke museum, ke perpustakaan, ya kami penuhi. Waktu itu kami belum tahu anak ini gifted,” tutur Patricia.
Krisis itu memuncak saat Lala duduk di kelas 6 SD. Ia menolak mengikuti model pembelajaran yang hanya berfokus pada latihan soal untuk ujian nasional.
“Drilling itu membuat dia sangat tidak nyaman. Dia sempat protes, ‘kalau dari dulu lulusnya cuma tiga pelajaran, ngapain belajar sepuluh?’” kata Patricia.
Akhirnya, setelah negosiasi panjang, orangtua mengizinkan Lala berhenti sekolah formal dan menjalani homeschooling, dengan syarat tetap mengikuti ujian agar memperoleh ijazah.
Namun, tak lama berselang, Lala kembali bosan. Saat usianya belum genap 13 tahun, ia menguasai materi pelajaran setingkat SMP dan ingin langsung mengikuti ujian paket B.
“Syaratnya waktu itu harus tes IQ. Hasilnya 131. Dari situ kami mulai sadar ada sesuatu yang berbeda,” ungkap Patricia.
Penasaran dengan istilah “gifted”, Patricia mencari informasi di internet hingga akhirnya menemukan komunitas nasional orangtua anak gifted di media sosial.
“Lewat Facebook saya buat pengumuman. Dari situ awal mula PSGGC Jogja. Orangtua-orangtua dengan keresahan yang sama berkumpul. Kami sama-sama butuh berjuang bagaimana mengasuh anak-anak ini,” ujarnya.
Kini, setelah 12 tahun berdiri, PSGGC Yogyakarta aktif menggelar seminar, diskusi, dan edukasi seputar anak gifted dengan menghadirkan psikolog dan pakar pendidikan.
Komunitas ini juga telah menerbitkan dua buku:
Menyongsong Pagi: Menyingkap Tabir Permasalahan Pendidikan Anak Gifted (Cerdas Istimewa)
Menyiangi Petang: Menyibak Aneka Karakter Anak-Anak Cerdas Istimewa di Jogjakarta
“Selain lewat seminar, kami juga aktif di media sosial agar orangtua lain tidak bingung mencari informasi,” tambahnya.
Seiring waktu, PSGGC Jogja berkembang menjadi jaringan nasional.
“Sekarang sudah ada PSGGC Solo, Jawa Timur, bahkan anggota kami ada di Kalimantan, Papua, dan Thailand. Kami menyebutnya PSGGC Indonesia,” kata Patricia.
Total anggota PSGGC Jogja saat ini mencapai 50 keluarga dengan anak yang sudah terdiagnosis gifted, sementara secara nasional jumlah anggotanya mencapai 200 orang.
Bagi Patricia, perjuangan mendampingi anak gifted bukan hanya soal pendidikan, tapi tentang memahami cara berpikir, rasa ingin tahu, dan kebutuhan emosi mereka.
“Anak-anak gifted bukan sombong, mereka hanya butuh ruang untuk berpikir dengan caranya sendiri,” tutupnya dengan tenang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Gudang ekspedisi di Cakung Jaktim terbakar
Jakarta (ANTARA) – Kebakaran melanda sebuah gudang ekspedisi di kawasan Jalan Cakung Cilincing, Pulogebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Kepala Seksi Operasi Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Timur Abdul Wahid saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu, menyebut, pihaknya menerima laporan kejadian sekitar pukul 18.46 WIB dari seorang warga bernama Aden.
Petugas Suku Dinas (Sudin) Gulkarmat Jakarta Timur langsung menuju tempat kejadian perkara (TKP) bersama satu unit pemadam kebakaran untuk pengerahan awal.
“Kami mendapat laporan, kami langsung mengerahkan 14 unit mobil pemadam dan 70 personel ke lokasi,” kata Abdul.
Unit pertama tiba di lokasi pada pukul 18.54 WIB dan langsung melakukan pemadaman. Proses pemadaman dimulai satu menit kemudian, tepatnya pukul 18.55 WIB.
Hingga laporan terakhir, petugas masih berupaya memadamkan api dan melakukan pendinginan di lokasi kejadian.
Belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran dan total kerugian yang melanda pada gudang di Jalan Cakung Cilincing, Kelurahan Pulogebang, Cakung itu.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

TikTokers Naik Gaji, Begini Cara Dapat dan Syaratnya
Jakarta, CNBC Indonesia – Tiktok mengumumkan skema monetisasi baru pada pembuat konten di platformnya. Ini berlaku mulai 1 Oktober 2025 lalu yakni Subscription dan Super Fan.
Khusus untuk Subscription, para kreator bisa menawarkan konten non-live. Misalnya dengan item eksklusif seperti postingan berlangganan, stiker, badge, dan fasilitas lain.
Pengguna bisa membayarkan biaya bulanan yang ditetapkan dan kreator bisa mendapatkan pendapatan bulanan. Tiktok membaginya antara Amerika dan Kanada, serta semua negara.
Dalam laman Creator Academy, Tiktok menuliskan untuk Amerika Utara dan Kanada memiliki bagi hasil hingga maksimal 90%.
Perinciannya, kreator bisa mendapatkan pendapatan sebesar 70% setelah dibagi biaya App Store. Selain itu, mereka bisa berkesempatan mendapatkan bonus tambahan sebesar 20%.
Laman Influencer Marketing Hub menuliskan pendapatan ini bisa didapatkan jika kreator memenuhi syarat. Yakni memiliki minimal 10 ribu followers dan memiliki 1 juta penayangan video dalam sebulan.
Untuk bonus bisa didapatkan berdasarkan kinerja keterlibatan serta aktivitas audiens.
Pemasukan bagi kreator Amerika dan Kanada jauh lebih tinggi dibandingkan kebijakan untuk global. Tiktok menuliskan akan melakukan pembagian hasil 50% setelah dikurangi biaya platform iOS/Google sebesar 15-30%.
Kreator juga bisa mendapatkan tambahan bonus sebesar 20% jika memiliki minimal 10 ribu followers serta minimal 1 juta tayangan video dalam sebulan terakhir. Jadi total yang didapatkan maksimal mencapai 70%.
Pengumuman program monetisasi untuk Kanada dan Amerika terjadi saat penjualan Tiktok di AS sudah mulai terlihat lebih jelas. Presiden Donald Trump dilaporkan telah menandatangani executive order untuk mendukung proses negosiasi akuisisi saham Tiktok dari induk usahanya Bytedance.
Kabarnya kesepakatan penjualan itu membuat valuasi bisnis Tiktok di AS hanya US$14 miliar (Rp 243 triliun). Angka itu jauh di bawah perkiraan para analis.
(dem/dem)
[Gambas:Video CNBC]
-
/data/photo/2025/10/15/68ef91cb1c0e6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal Yogyakarta 15 Oktober 2025
Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Ribuan tubuh bergerak serempak di lapangan Alun-Alun Wates di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka melompat-lompat, berputar-putar, menghentak tanah, selaras dengan hentakan gamelan.
Ketika itu, awan sedang menutup langit pada hari siang yang mengarah ke sore.
Mereka sebanyak 7.400 orang menari dengan gerakan-gerakan wanara atau orang berekor monyet seperti dalam sendratari Sugriwa Subali.
Tarian itu menciptakan momen sejarah yang tak hanya menarik secara visual, tapi juga emosional.
Tak sekadar sebuah pertunjukan, tarian kolosal ini resmi tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai “Tari Sugriwa Subali dengan Peserta Terbanyak”, yang diperagakan pada Rabu (15/10/2025), pada puncak Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo.
“Kami mengumumkan dan mengesahkan penari terbanyak Wanara Sugriwa Subali Subari, 7.400 peserta resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia,” kata Sri Widayati, perwakilan MURI.
Sri Widayati juga berharap bahwa tari ini tak hanya berhenti di catatan rekor. Karya dan budaya seperti ini merupakan warisan yang terus hidup dan mesti lestari lewat diturunkan ke generasi berikutnya.
Ia sekaligus menegaskan bahwa rekor ini menjadi catatan penting dalam pelestarian seni budaya di Nusantara.
Sendratari ini identik dengan pertunjukkan di obyek wisata Kulon Progo, seperti di Goa Kiskenda dan obyek wisata Laguna Pantai Glagah.
Kali ini penggalan aksi menari para wanara diperagakan dalam bentuk flash mob, bukan pentas sendratari utuh.
Menurut Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, ini bagian dari upaya pemerintah untuk terus menghidupkan budaya kebanggaan Kulon Progo.
“(Tarian Sugriwa Subali dipilih) karena yang asli Kulon Progo dan tidak usah diperdebatkan,” kata Agung usai mengikuti upacara HUT Ke-74 Kabupaten Kulon Progo. Tari kolosal menjadi penutup upacara HUT tersebut.
Tari massal ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan, tapi juga sarana pelestarian seni tradisi yang mulai jarang ditampilkan.
Harapannya, menurut Agung, sendratari ini bisa terus dikembangkan dan diperkenalkan secara nasional, bahkan global.
“Kita akan gali dengan tidak meninggalkan yang sudah ada, kita akan gali potensi yang lain untuk kita bisa up lift-kan. Jadi kita tidak akan tabu, seandainya kita menemukan satu seni budaya yang memang harus kita angkat,” kata Agung.
Semua penari merupakan pelajar dari 10 sekolah tingkat menengah pertama dan menengah atas atau kejuruan di Kulon Progo.
Masing-masing sekolah mengirimkan 100-300 siswa untuk terjun ke ajang ini. Mereka berpakaian hitam dan celana panjang hitam.
Sebagian lagi, pelajar yang mengenakan kostum tari wanara.
Di antara ribuan penari, Nur Aini dan Putri Nermada, dua siswi SMA di Kulon Progo, tampak masih bersemangat meski peluh belum kering.
Bagi mereka, ikut serta dalam tari massal ini bukan hanya soal tampil, tetapi juga kesempatan langka.
“Antusias banget! Soalnya ini pertama kalinya saya ikut acara sebesar ini,” ujar Putri sambil tersenyum.
Namun, proses menuju panggung tak selalu mulus. Keterbatasan waktu latihan di sekolah membuat mereka harus belajar mandiri.
Waktu yang tidak banyak, di tengah kesibukan belajar. Karenanya, ada saat mereka latihan sendiri di rumah lewat tutorial yang ada di YouTube.
Selain gerakan, mereka juga harus menyiapkan kostum sendiri.
“Kostumnya punya sendiri, sebagian besar bawa sendiri. Tidak ada keluar uang juga,” ujar Putri.
Meski begitu, keduanya sepakat: semua lelah, waktu, dan biaya terbayar lunas saat bisa menari bersama ribuan teman sebaya dan mencetak sejarah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/15/68ef901f1aa00.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Padi Riun, Warisan Leluhur yang Hidup Kembali di Sungai Lisai Bengkulu Regional 15 Oktober 2025
Padi Riun, Warisan Leluhur yang Hidup Kembali di Sungai Lisai Bengkulu
Tim Redaksi
BENGKULU, KOMPAS.com
– Belasan anggota masyarakat adat Suku Madras, baik tua maupun muda, bergegas menuju hamparan tanah bekas sawah di Desa Sungai Lisai, Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Bengkulu.
Mereka menggelar upacara Kenuri atau kenduri sebagai tradisi sebelum turun tanam padi.
Di sebuah lembah landai yang dikelilingi aliran Sungai Seblat, masyarakat adat tersebut meletakkan nasi matang, gulai, dan lauk pauk di atas terpal biru yang dibentangkan di belakang Bileak (lumbung padi).
Suasana yang tercipta sangat bersahaja. Laki-laki dan perempuan duduk terpisah dalam lingkaran.
“Turun Umo (sawah), jelang bertanam, jelang panen, dan usai panen pasti kami Kenuri (kenduri). Doa ke leluhur dan Tuhan,” ujar Hasan Mukti, Ketua Adat Sungai Lisai, Rabu (15/10/2025).
Kenuri kali ini terasa istimewa karena mereka kembali menanam Padi Riun setelah tujuh tahun meninggalkan padi lokal warisan leluhur akibat masuknya padi IR.
Padi Riun, yang merupakan padi khas masyarakat Manderas, memiliki karakteristik unik.
“Usia empat bulan, sudah berbuah. Dan bisa dipanen pada bulan depannya. Hasilnya bisa dua hingga tiga kali lebih banyak dari padi IR,” ungkap Dedi, seorang petani yang turut berdoa.
Sejarah mencatat, nenek moyang komunitas adat Sungai Lisai berasal dari Suku Madras di Tanah Jangkat, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Mereka awalnya mengembara untuk mencari lahan bertanam padi hingga menemukan aliran sungai jernih yang kini dinamakan Sungai Lisai, yang terletak dalam Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), Kabupaten Lebong.
Sejak berdiri pada tahun 1960-an, kampung ini baru resmi menjadi bagian dari Kecamatan Pinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu pada tahun 2009.
Kenduri padi menjadi tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Sungai Lisai.
Mereka memiliki seorang dukun padi yang bertugas memimpin doa dan ritual terkait penanaman dan pemanenan.
“Padi Riun warisan nenek moyang kami. Kemana pun kami pergi, padi ini pasti kami bawa,” kata Hasan.
Namun, sejak 2019, Desa Sungai Lisai mulai kedatangan padi baru jenis IR yang ditawarkan pemerintah untuk mendukung swasembada pangan.
Meskipun padi Riun memiliki keunggulan dalam hasil dan ketahanan, banyak petani muda yang beralih ke padi IR karena keinginan untuk cepat panen.
“Anak muda ini tak sadar, padahal kalau dihitung hasil dan waktu, jauh lebih unggul padi Riun,” keluh Jaina (62), seorang perempuan adat Sungai Lisai.
Padi Riun, selain tahan terhadap hama dan tikus, juga dapat beradaptasi dengan perubahan iklim.
Dalam suasana khidmat kenduri, doa-doa dari dukun padi mengalir tulus, meneguhkan bahwa pangan warisan leluhur tetap hidup dan tak lekang oleh waktu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381738/original/047048600_1760516221-1000678183.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Saat Markas Polisi Berubah Jadi Panggung Budaya
Liputan6.com, Lampung – Dentuman gong di halaman Markas Kepolisian Resor (Mapolres) Pringsewu, Rabu (15/10/2025) menandai dimulainya perhelatan budaya yang tak biasa.
Di tempat yang biasanya identik dengan kesibukan aparat penegak hukum, ratusan warga justru larut dalam irama gamelan dan derap kaki para penari kuda kepang.
Festival bertajuk Pringsewu Cultural Festival Kapolres Cup II 2025 itu resmi dibuka oleh Kapolres Pringsewu, AKBP M Yunnus Saputra.
Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Polres Pringsewu dan Pemerintah Kabupaten Pringsewu untuk memperingati Hari Kebudayaan Nasional.
“Ini bukan sekadar lomba, tapi ruang untuk bersatu dalam perbedaan,” ujar Yunnus, sesaat setelah memukul gong pembuka di hadapan tamu undangan, pejabat daerah, dan ratusan masyarakat yang memenuhi halaman kantor polisi di kompleks perkantoran Pemda Pringsewu.
Festival yang telah memasuki tahun kedua itu menampilkan beragam pertunjukan seni, mulai dari lomba kuda kepang, reog ponorogo, karnaval budaya, hingga pagelaran wayang kulit dan pertunjukan musik tradisional.
Di sekeliling area, deretan tenda UMKM lokal memamerkan produk kerajinan, kuliner, dan hasil olahan khas Lampung.
Pada hari pertama, 19 grup seni tampil silih berganti di panggung utama. Penampilan Grup Kuda Kepang Putro UGM dari Pekon Pandansurat membuka acara dengan atraksi memukau, disusul oleh Sinar Lestari Budoyo Pringsewu dan Reog Ponorogo Krido Budoyo Mudo Sukoharjo. Riuh tepuk tangan warga mengiringi setiap akhir pertunjukan.
Bagi Yunnus, festival budaya itu bukan hanya soal hiburan, tetapi bagian dari strategi “Cultural Policing” pendekatan kepolisian yang berangkat dari nilai-nilai budaya.
“Polisi tidak hanya menjaga keamanan, tapi juga merawat harmoni sosial. Budaya adalah jembatan yang mempertemukan kita,” katanya.
-

Korban KDRT di Jaktim luka serius pada wajah
Jakarta (ANTARA) – Seorang korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di kawasan Otista, Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (13/10) mengalami luka serius pada bagian wajah.
“Tentunya kita harus mengutamakan korban dulu, korban sedang kita tangani. Karena (luka) di bagian muka,” kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Alfian Nurrizal saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan, korban adalah CAU (24), sedangkan terduga pelaku adalah suaminya sendiri berinisial Y (26).
Alfian menyebut, pihaknya telah melakukan penanganan cepat terhadap korban setelah kejadian.
“Korban sedang kami tangani karena tidak memiliki kartu pelayanan kesehatan. Akhirnya kami bantu buatkan dan Alhamdulillah dari pelayanan kesehatan bisa membantu,” ujar Alfian.
Korban mengalami luka bakar cukup parah di bagian wajah dan tubuh sehingga kondisinya membutuhkan tindakan media lanjutan berupa operasi plastik.
Kini korban dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Ini rencana kita rujuk ke RSCM untuk mendapatkan penanganan secara medis, kelengkapan alatnya juga. Karena luka muka, jadi mungkin harus dilakukan operasi plastik, saya juga kurang paham karena urusan medis terkait penanganan,” jelas Alfian.
Alfian menyebut bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak, termasuk dinas sosial dan rumah sakit, agar korban mendapatkan pelayanan yang optimal.
“Kami utamakan keselamatan korban dulu. Penegakan hukum tetap berjalan, tapi fokus kami saat ini adalah memastikan korban mendapat perawatan sebaik mungkin,” kata Alfian menegaskan.
Sementara itu, polisi telah mengantongi identitas pelaku. Namun, aparat masih menahan diri untuk memaparkan kronologi lengkap maupun motif dibalik kejadian tersebut karena masih dalam tahap penyelidikan.
“Pelakunya sang suami. Tapi sekarang kami lebih fokus pada penyelamatan korban,” ujar Alfian.
Alfian mengimbau, masyarakat agar segera melapor bila mengetahui adanya kekerasan dalam rumah tangga di lingkungan sekitar, agar penanganan dapat dilakukan lebih cepat dan korban tidak semakin terluka.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
