Kemacetan Pantura Demak Mengular hingga 14 Km Imbas Banjir
Tim Redaksi
DEMAK, KOMPAS.com
– Banjir yang melanda kawasan Kaligawe, Kota Semarang, dan Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, menyebabkan kemacetan sepanjang 14 kilometer di jalur Pantura Demak arah Semarang, Kamis (23/10/2025) malam.
Pantauan Kompas.com pada pukul 20.00 WIB menunjukkan, antrean kendaraan yang didominasi truk mengular mulai dari Pantura Sayung (perbatasan Semarang) hingga Jalan Lingkar Demak.
Kasatlantas Polres Demak AKP Thoriq Aziz mengatakan, kemacetan panjang tersebut diperparah dengan sejumlah kendaraan yang mogok di tengah genangan air.
“Pantura Demak arah Semarang tersendat hingga 14 km. Kami terus melakukan pengaturan dan pengalihan arus di titik padat, beberapa kendaraan roda dua bahkan harus dievakuasi secara manual,” kata Aziz melalui pesan tertulis, Kamis malam.
Menurut Aziz, genangan air di Pantura Sayung saat ini mencapai sekitar 40 sentimeter, dengan titik terparah berada di depan PT HIT.
“Depan PT HIT sekitar 40 cm, kemacetan panjang akibat banjir wilayah Semarang dan sebagian Sayung,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Demak AKBP Ari Cahya Nugraha mengatakan, pihaknya menyiagakan personel selama 24 jam di sepanjang jalur Pantura Demak untuk membantu warga dan mengatur lalu lintas.
“Petugas kami siagakan 24 jam untuk membantu warga, baik dalam mengatur lalu lintas, membantu evakuasi, maupun pendampingan di lapangan,” kata Ari.
Ari mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati, mengutamakan keselamatan, dan tidak memaksakan kendaraan melintas di genangan air yang tinggi.
“Kami harap masyarakat memahami kondisi ini. Gunakan jalur alternatif jika memungkinkan dan jangan memaksakan diri,” tutupnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Blog
-
/data/photo/2025/10/23/68f9dd8881801.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kemacetan Pantura Demak Mengular hingga 14 Km Imbas Banjir Regional 23 Oktober 2025
-

Tim Kemenkopolkam Tinjau Kelengkapan Fisik Pelabuhan Tanjung Pakis Paciran Lamongan
Lamongan (beritajatim.com) – Tim Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam) RI, didampingi Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, melakukan peninjauan langsung terhadap kesiapan fisik Pelabuhan Tanjung Pakis di Kecamatan Paciran, Kamis (23/10/2025).
Kunjungan ini menjadi langkah lanjutan atas pembahasan sebelumnya, mengenai rencana penetapan pelabuhan tersebut sebagai pintu pemasukan dan pengeluaran media karantina hewan, ikan, dan tumbuhan (HPHK, HPIK, dan OPTK).
Peninjauan dilakukan untuk memastikan kelengkapan fasilitas pelabuhan sebelum statusnya ditetapkan secara resmi dan dikembangkan menjadi simpul logistik baru di wilayah utara Jawa Timur.
Bupati Yuhronur Efendi, menyampaikan bahwa peninjauan tersebut menjadi tindak lanjut atas penyampaian Pemkab Lamongan, terkait pemenuhan syarat dan hambatan administrasi sebelumnya.
“Hari ini Tim Kemenko Polhukam melihat langsung kondisi lapangan. Jika penetapan sebagai pintu karantina disetujui, Pelabuhan Tanjung Pakis akan memberi banyak dampak positif bagi Lamongan dan kawasan regional,” kata Yuhronur.
Bupati yang akrab disapa Pak Yes itu optimistis penetapan pelabuhan ini akan memperkuat rantai logistik, menumbuhkan ekonomi lokal, mendorong investasi, hingga membuka pusat aktivitas ekonomi baru.
“Secara teknis, keberadaan pelabuhan juga diharapkan dapat mengurangi kepadatan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Gresik dan Tanjung Perak,” ujarnya.
Perwakilan Tim Kemenko Polhukam, Heri Budi Purnomo, menegaskan bahwa pengecekan fisik merupakan tahapan penting mengingat Pelabuhan Tanjung Pakis diproyeksikan memiliki peran yang lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.
“Peninjauan ini kami lakukan sebagai dasar penguatan rekomendasi. Apalagi pada tahun 2027, Pelabuhan Tanjung Pakis diproyeksikan naik status menjadi pelabuhan utama. Karena itu seluruh fasilitas pendukung harus benar-benar siap,” tuturnya.
Pelabuhan Tanjung Pakis sendiri telah dinyatakan memenuhi standar keamanan internasional ISPS (International Standard for Port Security) dan berada di lokasi strategis karena berdekatan dengan sentra perikanan Brondong, Tuban, dan Rembang.
Dengan dukungan infrastruktur yang terus dilengkapi, pemerintah pusat dan daerah berharap pelabuhan ini kelak menjadi jalur alternatif perdagangan sekaligus gerbang logistik dan karantina yang memperkuat perekonomian Jawa Timur bagian utara. [fak/aje]
-
/data/photo/2025/10/23/68fa2d037738d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sidang Korupsi Jalan: Dicecar Jaksa, Kirun Benarkan Eks Kadis PUPR Sumut Mulyono Terima Rp 1,1 Miliar Medan 23 Oktober 2025
Sidang Korupsi Jalan: Dicecar Jaksa, Kirun Benarkan Eks Kadis PUPR Sumut Mulyono Terima Rp 1,1 Miliar
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Rudi Dwi Prastyono, mencecar Akhirun Piliang, terdakwa kasus korupsi jalan, terkait jumlah uang yang diterima Mulyono.
Mulyono, eks Kadis PUPR Sumut 2023-2025, yang diperiksa sebagai saksi, Rabu (22/10/2025), mengaku hanya menerima uang Rp 200 juta dari Kirun.
Kirun juga mengatakan uang yang diterima Mulyono tidak sampai miliaran rupiah.
Namun, saat Kirun diperiksa sebagai terdakwa, Kamis (23/10/2025), terungkap bahwa uang yang diberikan kepada Mulyono selama 2023-2025 mencapai Rp 1,1 miliar.
“Tidak,” jawab Kirun di ruang Cakra 9 Pengadilan Negeri (PN) Medan.
“Saya baru mengingat setelah membaca kembali tadi malam,” ucap Kirun.
“Berarti kebenarannya ada Rp 900 juta lebih,” tanya Rudi.
“Benar Yang Mulia,” ucap Kirun.
Rudi menjabarkan beberapa proyek PT Dalihan Natolu Grup dan PT Rona Mora di Provinsi Sumatera Utara saat Mulyono jadi Kadis PUPR Sumut. Dua perusahaan itu merupakan milik Kirun.
Dia mengatakan, ada proyek penanganan segmen dengan nilai Rp 21 miliar.
Dari sana, Kirun memberikan 3 persen atau Rp 600 juta kepada Mulyono, pemberian uang tunai satu tahap.
Lalu, proyek peningkatan struktur jalan provinsi Padangsidimpuan-Hutaimbaru, jalan
ringroad
tahun 2024 dengan nilai proyek Rp 8 miliar.
Dari proyek ini, Kirun memberi 3 persen, atau Rp 240 juta tunai kepada Mulyono.
Kemudian, pemberian komitmen
fee
lainnya sebesar Rp 200 juta dan Rp 350 juta.
JPU KPK, Eko Wahyu Prayitno, mengatakan sesuai dengan fakta persidangan, Mulyono mengaku Rp 200 juta.
“Sesuai fakta yang hari ini ternyata lebih dari Rp 200 juta. Ini nanti akan kami pelajari. Catatan kami Rp 1,1 miliar, mulai 2023-2025,” kata Eko usai sidang.
Selain Kirun, terdakwa lain yang diperiksa ialah Direktur Utama PT Rona Mora, Reyhan Dulsani.
Kasus ini bermula ketika KPK menetapkan lima orang tersangka kasus dugaan korupsi proyek pembangunan jalan di Sumatera Utara pada 28 Juni 2025.
Mereka adalah Topan Obaja Putra Ginting, Kepala UPTD Gunung Tua Dinas PUPR Sumut yang juga merangkap sebagai Pejabat Pembuat Komitmen;
Rasuli Efendi Siregar, Pejabat Pembuat Komitmen di Satker PJN Wilayah I Sumut; Heliyanto; serta dua pihak swasta, Direktur Utama PT DNG M Akhirun Efendi Siregar alias Kirun dan Direktur PT RN M Rayhan Dulasmi Pilang.
Mereka ditangkap dalam dua operasi tangkap tangan (OTT) KPK terkait proyek jalan di Sumut dengan total nilai proyek mencapai Rp 231,8 miliar.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/23/68fa236208b36.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tunjuk Camat Perempuan, Bupati Lumajang Beri Tugas Berantas Prostitusi di Sumbersuko Surabaya 23 Oktober 2025
Tunjuk Camat Perempuan, Bupati Lumajang Beri Tugas Berantas Prostitusi di Sumbersuko
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Bupati Lumajang Indah Amperawati menunjuk Luluk Azizah sebagai camat baru di Kecamatan Sumbersuko.
Luluk mendapat tugas khusus dari Indah untuk memberantas prostitusi yang ada di Kecamatan Sumbersuko.
Di Kecamatan Sumbersuko, terdapat kompleks lokalisasi yang biasa disebut Dolog.
Dulu, saat Bupati Indah masih menjabat sebagai Wakil Bupati Lumajang, tempat prostitusi ini sempat ditutup oleh pemerintah.
Sejak penutupan itu, nama Dolog berubah menjadi Kampung Anggur. Sebab, banyak tanaman anggur di sepanjang jalan kampung tersebut.
Namun, Indah meyakini tempat prostitusi tersebut tetap beroperasi secara diam-diam.
“Prostitusi yang sudah ditutup saya meyakini masih ada secara sembunyi-sembunyi,” kata Indah di Pendopo Arya Wiraraja Lumajang, Kamis (23/10/2025).
Indah mengatakan, alasan menunjuk camat perempuan di Kecamatan Sumbersuko agar bisa memberantas prostitusi tersebut.
Caranya, Indah meminta Luluk untuk mengajak bicara para pekerja seks komersial (PSK) dari hati ke hati.
Indah juga berharap Luluk bisa menyediakan solusi pekerjaan baru untuk para PSK yang bekerja di lokalisasi tersebut.
“Di tangan camat perempuan saya ingin (PSK) diajak bicara dari hati ke hati, carikan solusi tidak hanya melarang,” kata dia.
Indah mengakui, memang sangat sulit memberantas prostitusi sepenuhnya.
Namun, setidaknya Indah ingin ada penurunan drastis atas prostitusi terselubung di Lumajang.
“Prostitusi itu mungkin tidak bisa hilang 100 persen, tapi paling tidak penurunan yang drastis itu berkurang,” kata Indah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/23/68fa30fb2c694.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
TPA Kaliwlingi Brebes Masih Beroperasi Meski Dapat Sanksi KLHK, Pemkab: Kalau Ditutup Buang Sampah ke Mana? Regional 23 Oktober 2025
TPA Kaliwlingi Brebes Masih Beroperasi Meski Dapat Sanksi KLHK, Pemkab: Kalau Ditutup Buang Sampah ke Mana?
Tim Redaksi
BREBES, KOMPAS.com
– Meski telah mendapat sanksi administratif dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kaliwlingi, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, masih menerapkan sistem pembuangan terbuka atau
open dumping
.
Sistem
open dumping
adalah metode pengelolaan sampah dengan cara menumpuk sampah begitu saja di area terbuka tanpa lapisan pelindung atau pengolahan lanjutan, sehingga berpotensi mencemari tanah, udara, dan air.
Pemerintah Kabupaten Brebes melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Sampah (DLHPS) berdalih belum bisa mentransformasi sistem pengelolaan TPA menjadi
control landfill
karena keterbatasan sumber daya dan anggaran.
“TPA sampah ini memang belum ditutup karena tidak ada tempat lain. Kalau ditutup kita akan buang sampah ke mana?” kata Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Pengendalian Pencemaran DLHPS Brebes, Andiyani, saat menerima kunjungan Tim Penegakkan Hukum (Gakkum) KLHK di TPA Kaliwlingi, Kamis (23/10/2025).
Control landfill sendiri merupakan metode pembuangan sampah yang lebih ramah lingkungan, karena sampah ditimbun secara berlapis dengan tanah dan dilengkapi sistem pengendalian air lindi serta gas metana agar tidak mencemari lingkungan.
Andiyani mengakui bahwa pihaknya sudah menerima sanksi administrasi dari KLHK, tetapi TPA Kaliwlingi masih harus beroperasi karena Pemkab Brebes belum memiliki lahan alternatif untuk membuang sampah.
Ia menjelaskan, pengolahan sampah dengan sistem
control landfill
sebagai pengganti sistem
open dumping
masih belum bisa diterapkan karena keterbatasan anggaran.
Meski begitu, DLHPS telah menyusun dokumen persiapan penghentian sistem
open dumping
dan berencana menerapkan sistem pengelolaan baru sesuai rekomendasi KLHK.
“Sanksi dari Kementerian Lingkungan Hidup masih berlaku dengan jangka waktu 180 hari. Karena ini ada progres, kami diberi kesempatan untuk memperbaiki pengolahan sampah,” ujarnya.
TPA Kaliwlingi yang beroperasi sejak tahun 1999 menampung sekitar 150 hingga 200 ton sampah per hari di atas lahan seluas empat hektare.
Namun, dalam kunjungan Tim Gakkum KLHK, masih ditemukan pengelolaan sampah dengan sistem open dumping serta longsoran gunungan sampah yang menutup akses jalan kendaraan pengangkut di area TPA.
“Kita melakukan pengawasan sanksi, untuk TPA Kaliwlingi mendapat sanksi dari KLH terkait pengelolaan open dumping. Kami cek lokasi karena dalam sanksi itu harus ada penghentian open dumping,” ujar Anggota Tim Gakkum Direktorat Sanksi Administrasi Lingkungan Hidup KLHK, Maslihatul Munawaroh.
Dalam pengawasan tersebut, Tim Gakkum KLHK juga memeriksa instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan sumur pantau, serta mengambil sampel air lindi dan air sumur di dua titik untuk mengetahui tingkat pencemaran lingkungan di sekitar TPA.
Sebagai informasi, KLHK telah memberikan sanksi terhadap 343 TPA di seluruh Indonesia yang masih menggunakan sistem open dumping.
Dari jumlah itu, 14 TPA berada di Jawa Tengah.
Kementerian meminta agar seluruh daerah segera beralih ke sistem control landfill demi menjaga kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Agus Wahjudi Terpilih Aklamasi Pimpin DPD Partai Golkar Kota Mojokerto Periode 2025–2030
Mojokerto (beritajatim.com) – Musyawarah Daerah (Musda) XI Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kota Mojokerto resmi menetapkan Agus Wahjudi Utomo sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Mojokerto periode 2025–2030. Ia terpilih secara aklamasi setelah menjadi satu-satunya calon yang memenuhi syarat dukungan.
Kegiatan Musda yang digelar di salah satu hotel di Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto, pada Kamis (23/10/2025) itu dibuka langsung oleh Ketua DPD Golkar Provinsi Jawa Timur, Ali Mufthi serta dihadiri sejumlah Ketua DPD Partai Golkar dari daerah sekitar. Diantaranya, Jombang, Nganjuk, Kediri, dan Tulungagung.
Ali Mufthi menyampaikan bahwa seluruh tahapan Musda telah berjalan sesuai mekanisme partai, mulai dari pra-Musda hingga proses pendaftaran calon ketua. Dari hasil verifikasi, hanya Agus Wahjudi Utomo yang mendaftar dan memenuhi ketentuan dukungan minimal 30 persen.
“Proses Musda ini sudah sesuai mekanisme yang berlaku. Karena hanya ada satu calon yang memenuhi syarat dukungan, maka yang bersangkutan sah ditetapkan sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Mojokerto terpilih,” ungkapnya, Kamis (23/10/2025).
Ali berharap kepemimpinan Agus Wahjudi mampu membawa semangat baru bagi kader Golkar di Kota Mojokerto. Ia juga menargetkan partai berlambang pohon beringin itu dapat mengembalikan kejayaan dengan perolehan lima kursi pada Pemilu mendatang.
Sementara itu, Agus Wahjudi Utomo menyampaikan rasa syukur atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Ia menegaskan akan segera melakukan konsolidasi internal guna memperkuat struktur kepengurusan dan basis dukungan partai di tingkat bawah.
“Setelah terpilih, kami segera melakukan konsolidasi untuk pembentukan pengurus baru. Alhamdulillah, sudah ada lima kader Golkar yang kembali bergabung. Kami akan berjuang maksimal agar di setiap daerah pemilihan Golkar bisa memperoleh kursi,” katanya.
Agus juga menegaskan komitmennya dalam menjalankan target yang diberikan oleh DPD Golkar Jawa Timur, yaitu merebut lima kursi DPRD Kota Mojokerto pada Pemilu mendatang. Dengan kerja sama dan soliditas pengurus, ia optimis target perolehan lima kursi di Pemilihan Legislatif (Pileg) mendatang bisa terwujud.
“Kami akan bekerja keras agar setiap Dapil bisa menyumbang kursi. Dengan kerja sama dan semangat gotong royong kader, saya yakin target itu bisa tercapai,” tegasnya. [tin/aje] -
/data/photo/2025/10/23/68fa03c79990c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Usai Bertemu Prabowo, Presiden Lula Dorong Perdagangan RI-Brazil Tanpa Dollar AS Nasional 23 Oktober 2025
Usai Bertemu Prabowo, Presiden Lula Dorong Perdagangan RI-Brazil Tanpa Dollar AS
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva mendorong sistem perdagangan bebas yang lebih berimbang.
Ia ingin menjajaki penggunaan mata uang masing-masing negara pada saat transaksi bilateral, untuk mengurangi ketergantungan terhadap dollar Amerika Serikat (AS).
“Indonesia dan Brazil tidak menginginkan perang dingin baru. Kita menginginkan perdagangan bebas, dan bahkan lebih jauh, kita ingin menjajaki perdagangan antarnegara dengan menggunakan mata uang masing-masing,” kata Lula di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10/2025), melansir
Antara
.
Menurut dia, negara-negara berkembang, termasuk RI dan Brazil, harus berani membangun sistem perdagangan global yang lebih mandiri.
Dalam pertemuannya dengan Presiden Prabowo Subianto, Lula mengatakan, RI dan Brazil berkomitmen memperkuat kerja sama ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, dan politik tanpa bergantung pada satu kekuatan besar dunia.
Ia mengatakan, bahwa dunia pada abad ke-21 menuntut adanya keberanian untuk berubah, sebuah tekad yang menurutnya belum dimiliki pada abad ke-20.
Karena itu, Presiden Lula menyerukan pentingnya multilateralisme dibanding unilateralisme, serta demokrasi ekonomi dibanding proteksionisme.
Presiden Lula menambahkan bahwa tujuan utama kedua negara adalah pertumbuhan ekonomi yang inklusif, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan rakyat, sebagai wujud tanggung jawab moral dan politik para pemimpin kepada bangsanya.
“Kita ingin bertumbuh, menciptakan lapangan kerja, dan memberikan kehidupan yang layak bagi rakyat, karena itulah mandat yang diberikan kepada kita sebagai pemimpin,” katanya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Video: BGN Tutup 112 Dapur MBG yang Tak Sesuai Prosedur
Video: BGN Tutup 112 Dapur MBG yang Tak Sesuai Prosedur
-

Kereta Cepat di Saudi Rp112 Triliun sepanjang 1.500 km – Whoosh cuma 114 km dengan Harga yang Sama
GELORA.CO – Arab Saudi baru saja mengumumkan rencana besar: membangun jalur kereta cepat yang menghubungkan Jeddah dan Riyadh sepanjang 1.500 kilometer. Proyek raksasa ini ditaksir menelan biaya sekitar 25 miliar dolar AS atau setara Rp112 triliun. Setelah rampung, jarak antara dua kota utama di negeri gurun itu bisa ditempuh hanya dalam empat jam.
Kabar ini seharusnya membuat Indonesia bangga karena sudah memiliki kereta cepat lebih dulu. Tapi justru sebaliknya, kabar itu membuat kita merenung: bagaimana mungkin Arab Saudi membangun kereta cepat 13 kali lebih panjang dengan biaya yang hampir sama dengan proyek Jakarta–Bandung yang hanya 114 kilometer?
Mari kita hitung secara kasar. Biaya per kilometer proyek Jeddah–Riyadh mencapai sekitar Rp75 miliar/km. Sementara Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) menelan biaya sekitar Rp991 miliar/km. Artinya, proyek Indonesia 13 kali lipat lebih mahal per kilometer dibandingkan proyek Arab Saudi. Angka ini terlalu mencolok untuk diabaikan.
Pesta Infrastruktur, Tagihan Generasi
KCJB sejak awal memang digadang-gadang sebagai simbol kemajuan. Presiden Joko Widodo dengan penuh percaya diri menyebutnya “tanda Indonesia memasuki era baru transportasi modern.” Namun, di balik jargon kemajuan itu, tersembunyi realitas pahit: proyek ini membengkak dari semula Rp86 triliun menjadi Rp113 triliun. Tambahan Rp27 triliun itu ditutup lewat skema penyertaan modal negara (PMN) — artinya, uang rakyat.
Sementara itu, Arab Saudi dengan luas wilayah hampir 90 kali Indonesia bagian Jawa, bisa membangun jaringan kereta cepat lintas gurun dengan biaya lebih rendah, tanpa kehebohan pembengkakan atau negosiasi ulang yang tak berkesudahan.
Kita tentu tidak sedang membandingkan apel dengan apel. Kondisi geografis, nilai tukar mata uang, hingga perbedaan harga tanah jelas berpengaruh. Tapi tetap saja, selisih biaya yang begitu ekstrem menuntut penjelasan rasional. Jika Arab Saudi bisa membangun 1.500 km dengan 112 triliun, mengapa Indonesia butuh jumlah yang sama untuk jarak tak sampai 120 km?
Masalah Bukan di Teknologi, Tapi di Tata Kelola
Proyek KCJB diklaim menggunakan teknologi mutakhir dari China. Namun teknologi bukanlah biang masalah — pengelolaannya lah yang amburadul. Sejak awal, proyek ini dibangun di atas fondasi keputusan politik, bukan perencanaan ekonomi. Pemerintah menolak pinjaman Jepang yang menawarkan studi kelayakan komprehensif, lalu memilih proposal China karena dinilai lebih cepat dan “tanpa jaminan APBN.” Pada akhirnya, janji itu terbukti semu.
Masalah muncul satu per satu: keterlambatan, pembebasan lahan, hingga kesalahan teknis dalam pembangunan terowongan. Tak heran biaya melambung. Ironisnya, meski disebut “kereta cepat,” penyelesaiannya berjalan lambat, penuh tambal sulam, dan minim transparansi.
Di Arab Saudi, proyek Jeddah–Riyadh dikelola oleh Saudi Railway Company (SAR) yang memiliki reputasi efisiensi dan pengawasan internal ketat. Setiap fase proyek diaudit oleh lembaga independen. Di Indonesia, sebaliknya, audit proyek KCJB lebih sering menjadi bahan perdebatan politik daripada instrumen koreksi kebijakan.
Gengsi yang Mahal
Pemerintah kerap menjual proyek kereta cepat sebagai lambang kemajuan peradaban. Tapi pertanyaan mendasarnya: apakah kemajuan diukur dari kecepatan kereta, atau dari kemampuan negara mengelola uang publik secara efisien?
Proyek ini tidak hanya mahal secara finansial, tapi juga mahal secara moral. Ia memperlihatkan betapa kebijakan publik kerap didorong oleh nafsu pencitraan ketimbang kebutuhan rakyat. KCJB hanyalah etalase dari mimpi besar yang tak berpijak pada realitas sosial ekonomi Indonesia.
Sementara Arab Saudi membangun kereta cepat untuk memperkuat konektivitas ekonomi dan mobilitas jemaah umrah-haji antara dua kota suci, Indonesia membangun kereta cepat untuk menghubungkan dua kota yang sudah punya tol dan kereta eksisting dengan jarak tempuh hanya 2,5 jam. Logikanya terbalik: kita lebih cepat menghamburkan uang daripada mempercepat manfaat.
Saatnya Belajar dari Gurun
Perbandingan ini bukan sekadar tentang angka. Ia adalah cermin bahwa kemajuan tidak lahir dari proyek besar, melainkan dari tata kelola yang benar. Arab Saudi, negara yang selama ini kita anggap konservatif, justru menunjukkan bahwa modernisasi bisa berjalan efisien jika dilakukan dengan perencanaan matang, integritas tinggi, dan fokus pada hasil nyata.
Indonesia perlu belajar: bukan dari teknologinya, tapi dari mindset-nya. Infrastruktur sejati bukan sekadar beton dan rel baja, tapi sistem yang jujur, efisien, dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Jika Arab Saudi bisa membangun 1.500 kilometer kereta cepat dengan 112 triliun, maka tak ada alasan bagi Indonesia untuk membayar harga yang sama demi 114 kilometer ilusi.
Sebab di ujung rel Jakarta–Bandung itu, yang melaju cepat bukanlah kereta, tapi kebodohan yang disponsori oleh kekuasaan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4078365/original/010041200_1656929598-20220704-Rekayasa_Lalu_Lintas_di_Kawasan_Bundaran_HI-FANANI_6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)