Blog

  • Tanda Kiamat Makin Dekat, Sisa Waktu Penghuni Bumi Cuma 10 Tahun

    Tanda Kiamat Makin Dekat, Sisa Waktu Penghuni Bumi Cuma 10 Tahun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan Layanan Perubahan Iklim Copernicus (C3S) yang diimplementasikan Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa, mengungkap suhu Bumi pada Januari 2025 sudah mencapai 1,75 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri. Hal ini membuktikan ramalan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang menyebut Bumi akan melampaui tingkat pemanasan global 1,5 derajat Celcius dalam 10 tahun ke depan.  

    Padahal 1,5 derajat Celcius adalah batas bencana pemanasan global yang dampaknya ke Bumi sudah tidak bisa diperbaiki. IPCC menegaskan bahwa kondisi ini berarti warga Bumi berhadapan dengan dekade paling penting dalam sejarah manusia.

    Temuan IPCC ini tertera dalam laporan PBB beberapa saat lalu. PBB mengimbau agar penduduk Bumi segera mengurangi emisi pemanasan global secara drastis.

    Menurut IPCC, saat ini manusia memiliki beragam tool yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan iklim. Misalnya teknologi yang mumpuni, peralatan yang canggih, hingga anggaran yang cukup.

    “Satu-satunya yang kurang adalah kemauan politik yang kuat,” kata Ketua IPCC Lee Hoesung, dikutip dari AFP.

    Dampak pemanasan global ini sudah sangat dirasakan oleh penduduk Bumi dalam bentuk cuaca ekstrem.

    “Tahun paling hangat yang kita alami saat ini akan menjadi tahun terdingin di satu generasi,” kata ilmuwan dari Imperial College London, Friederike Otto.

    Dampak terlampauinya batas 1,5 derajat Celcius adalah sinyal peningkatan laju kepunahan spesies, gagal panen, hingga “tipping point” dari perubahan sistem iklim berupa kematian koral dan mencairnya es di kutub.

    Sekjen PBB Antonio Gueterres menyatakan negara kaya yang tadinya menargetkan karbon netral pada 2050 harus mempercepatnya menjadi 2040 untuk “menjinakkan bom iklim”

    “Manusia berdiri di lapisan es yang tipis, dan es itu mencair dengan sangat cepat,” kata Gueterres.

    Menurut laporan IPCC, jika Bumi hanya bisa menahan laju pemanasan global sebesar 1,8 derajat Celcius, setengah dari manusia di Bumi bakal hidup di tengah panas dan kelembaban ekstrem pada 2100.

    Wilayah yang paling terdampak dari panas dan kelembaban ekstrem tersebut termasuk Asia Tenggara, sebagian dari Brasil, dan Afrika bagian barat.

    Dikutip dari laman resmi World Meteorological Organization (WMO), Selasa (8/4/2025), dikatakan bahwa Januari 2025 menandai bulan ke-18 dalam sembilan belas bulan terakhir di mana suhu permukaan udara rata-rata global lebih dari 1,5°C di atas tingkat pra-industri.

    Menurut analisis global gabungan WMO terhadap enam set data internasional, 2024 merupakan tahun terhangat yang pernah tercatat, kemungkinan mencapai 1,5°C untuk pertama kalinya.

    “Namun, satu tahun di atas 1,5°C tidak berarti kita gagal memenuhi target suhu jangka panjang Perjanjian Paris, yang diukur selama beberapa dekade, bukan satu tahun,” tertera dalam laman WMO.

    Kendati demikian, penting untuk menyadari bahwa setiap fraksi derajat pemanasan itu penting. Sebagai catatan, 10 tahun terakhir merupakan sepuluh tahun terhangat yang pernah tercatat.

    Variasi suhu sendiri tidak seragam. Suhu pada bulan Januari 2025 berada di atas rata-rata di sebagian besar dunia, tetapi jauh di bawah rata-rata di Amerika Serikat, Greenland, dan Rusia timur jauh.

    Luas es laut Arktik pada bulan Januari merupakan yang terendah yang pernah tercatat, menurut C3S, dan terendah kedua menurut NOAA.

    (fab/fab)

  • Detik-detik Kecelakaan di Tol Gegara Pemobil Pindah Jalur Sembarangan saat Contraflow

    Detik-detik Kecelakaan di Tol Gegara Pemobil Pindah Jalur Sembarangan saat Contraflow

    Jakarta

    Terjadi kecelakaan di ruas tol Cikampek KM 69 pada Minggu (6/4) gara-gara pemobil pindah jalur sembarangan saat situasi contraflow. Pindah jalur sembarangan saat situasi contraflow sangat dilarang.

    Contraflow adalah rekayasa lalu lintas, di mana arah normal arus kendaraan pada suatu jalan akan diubah untuk sementara. Misalnya jalan di lajur B digunakan sebagian buat jalan lajur A. Contraflow dilakukan untuk evakuasi darurat, pemeliharaan jalan, atau pengatasan kemacetan seperti ketika momen arus mudik dan balik lebaran 2025.

    Meski sudah diatur sedemikian rupa oleh petugas kepolisian, masih ada pengemudi mobil di jalur contraflow yang tidak memahami aturan. Contohnya adalah, berpindah jalur sembarangan. Hal ini tampak dalam video dashcam yang diunggah akun Instagram @bekasi.terkini.

    Dalam video tersebut, tampak sistem contraflow menggunakan dua lajur yang diberi pembatas cone. Rekaman dashcam memperlihatkan lajur contraflow pada sebelah kiri ada dalam situasi yang lengang alias tidak macet. Sementara di lajur contraflow sebelah kanan, kondisi lalu lintas tampak padat.

    Saat mobil pengguna dashcam sedang melaju santai tanpa hambatan di lajur contraflow kiri, tiba-tiba ada pemobil dari arah lajur contraflow kanan yang pindah lajur melewati celah antar cone. Akibatnya, pemobil pengguna dashcam tersebut pun menabrak mobil yang pindah jalur secara sembarangan itu.

    Berkaca dari insiden itu, haram hukumnya bagi pengendara mobil pindah lajur sembarangan saat berkendara dalam kondisi lalu lintas contraflow, yang mana kondisi jalannya sempit dan ada pembatas cone. Jika melanggar, hal itu bisa bikin kecelakaan fatal. Maka wajib bagi pengendara di jalur contraflow agar berkendara dengan kecepatan aman dan sesuai koridor di jalur contraflow.

    (lua/din)

  • Eksekusi Mati di Seluruh Dunia Capai Rekor Tertinggi

    Eksekusi Mati di Seluruh Dunia Capai Rekor Tertinggi

    Jakarta

    Iran, Arab Saudi, dan Irak menyumbang 90% dari kasus hukuman mati secara global, dan menjadi penyebab utama lonjakan tajam jumlah eksekusi mati secara Global. Iran berada di posisi teratas karena mengeksekusi setidaknya 972 orang, dan angka ini naik dari 853 kasus pada tahun sebelumnya.

    Di Arab Saudi, angkanya dua kali lipat, yakni menjadi sedikitnya 345. Amnesty International mencatat ini adalah jumlah tertinggi yang pernah dicatat untuk negara itu. Di Irak, hukuman mati diterapkan sebanyak 63 kali, hampir empat kali lipat dibandingkan tahun 2023.

    Amnesty International menobatkan Cina sebagai “eksekutor utama dunia” dalam laporan tahunannya, dengan menyatakan bahwa informasi yang tersedia menunjukkan ribuan eksekusi dilakukan di sana. Namun, Cina menolak mengungkapkan data. Amnesty International juga mencurigai Korea Utara dan Vietnam banyak menggunakan hukuman mati.

    Membungkam perbedaan pendapat

    Arab Saudi mengalami peningkatan tajam dalam eksekusi, meskipun Putra Mahkota Mohammad bin Salman mengusung agenda modernisasi dan berjanji akan membatasi penggunaan hukuman mati. Amnesty International menyebut bahwa penindasan terhadap perbedaan pendapat politik menjadi motif utama.

    LSM tersebut mengatakan bahwa otoritas Saudi terus menggunakan hukuman mati sebagai senjata untuk menghukum warga dari minoritas Syiah yang mendukung protes “anti-pemerintah” antara 2011 dan 2013.

    Pada Agustus 2024, pihak berwenang mengeksekusi Abdulmajeed al-Nimr atas tuduhan terkait terorisme karena bergabung dengan Al-Qaeda, meskipun dokumen pengadilan awal menunjukkan keterlibatannya dalam protes.

    “Di media, kita melihat bagaimana pihak berwenang memutar kasus ini sebagai narasi terkait terorisme, yang menunjukkan bahwa istilah terorisme bisa digunakan untuk menciptakan persepsi bahwa hukuman mati diperlukan untuk meredam perbedaan pendapat dan melindungi publik,” kata pakar hukuman mati Amnesty, Chiara Sangiorgio.

    “Mereka yang berani menantang otoritas menghadapi hukuman paling kejam, terutama di Iran dan Arab Saudi, dengan hukuman mati digunakan untuk membungkam mereka yang cukup berani untuk berbicara,” kata Sekjen Amnesty International, Agns Callamard.

    Kejahatan narkoba

    Lebih dari 40% eksekusi pada 2024 terkait kejahatan narkoba. Hukuman mati untuk kejahatan narkoba juga banyak diterapkan di Singapura dan Cina, menurut laporan Amnesty.

    “Dalam banyak konteks, menjatuhkan hukuman mati untuk kejahatan narkoba terbukti berdampak tidak proporsional pada mereka yang berasal dari latar belakang kurang mampu, dan tidak terbukti efektif mengurangi peredaran narkoba,” kata Callamard.

    Ia mengatakan bahwa negara-negara yang saat ini mempertimbangkan untuk memberlakukan hukuman mati untuk kejahatan narkoba, seperti Maladewa, Nigeria, dan Tonga, harus dikritisi dan didorong untuk menempatkan hak asasi manusia di pusat kebijakan narkoba mereka.

    Namun, di Malaysia, sekitar 1.000 narapidana hukuman mati, banyak di antaranya karena kasus narkoba, mendapat pengampunan sebagai hasil reformasi yang dimulai pada 2023. Negara itu menghapus hukuman mati wajib untuk kejahatan termasuk peredaran narkoba.

    Pengecualian: Amerika Serikat

    Amerika Serikat tetap menjadi pengecualian di antara negara-negara demokrasi Barat dalam penggunaan hukuman mati. Meskipun hanya terjadi sedikit peningkatan dari 24 menjadi 25 eksekusi pada 2024, Amnesty International mencatat tren yang mengkhawatirkan.

    “Angka tersebut memang menunjukkan jumlah eksekusi dan vonis yang sangat rendah secara historis, tetapi tahun lalu kami juga menyaksikan empat negara bagian kembali melaksanakan eksekusi: South Carolina, Georgia, Utah, dan Indiana. Ini sangat mengkhawatirkan karena eksekusi tidak dilakukan di negara bagian tersebut selama beberapa tahun,” kata peneliti AI, Sangiorgio.

    Di Alabama, jumlah eksekusi meningkat dua kali lipat dan mencakup penggunaan gas nitrogen. Pengawas PBB menyatakan bahwa kematian dengan hipoksia nitrogen bisa dikategorikan sebagai bentuk penyiksaan.

    Adanya harapan baru

    Meskipun lonjakan eksekusi pada 2024 sangat mengkhawatirkan, Amnesty International mencatat bahwa hanya 15 negara yang masih melakukan eksekusi, angka yang tetap rendah dalam dua tahun berturut-turut.

    “Ini menunjukkan pergeseran dari hukuman yang kejam dan tidak manusiawi,” ujar Callamard. Ia menambahkan, negara yang masih mempertahankan hukuman mati kini adalah kelompok kecil yang semakin terisolasi.

    Saat ini, 145 negara telah menghapus hukuman mati secara hukum atau dalam praktik. Untuk pertama kalinya, dua pertiga anggota Majelis Umum PBB juga mendukung moratorium atau penghentian sementara penggunaan hukuman mati.

    Pada 2024, Zimbabwe menghapus hukuman mati melalui undang-undang, meskipun tetap membuka kemungkinan untuk diberlakukan kembali dalam situasi darurat. Sekitar 60 narapidana diperkirakan akan mendapat perubahan hukuman. Sejak 2021, enam negara Afrika lainnya juga telah mengambil langkah serupa.

    Pakar Amnesty, Chiara Sangiorgio, menyebut perkembangan ini sebagai kisah sukses dari Afrika. “Ini adalah cerita tentang harapan, kepemimpinan dalam hak asasi manusia, dan penolakan terhadap anggapan bahwa hukuman mati adalah solusi cepat untuk masalah kejahatan,” ujarnya.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    Lihat juga Video ‘Putri Eksekusi Mati Debt Collector Sukabumi, 48 Adegan Diperagakan’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cuti Bersama Selesai, Lalu Lintas di Jalan Arteri Kelapa Gading Ramai Lancar
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 April 2025

    Cuti Bersama Selesai, Lalu Lintas di Jalan Arteri Kelapa Gading Ramai Lancar Megapolitan 8 April 2025

    Cuti Bersama Selesai, Lalu Lintas di Jalan Arteri Kelapa Gading Ramai Lancar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Lalu lintas (lalin) di Jalan Arteri
    Kelapa Gading
    , Jakarta Utara, pada Selasa (8/4/2025) kembali ramai.
    Kondisi lalin saat ini jauh berbeda dengan satu minggu lalu, di mana jalan ini terlihat begitu kosong melompong karena sebagian besar masyarakat cuti Lebaran dan mudik ke kampung halaman.
    Pengamatan
    Kompas.com
    di lokasi, kepadatan mulai terjadi di sepanjang Jalan Arteri Kelapa Gading.
    Para pengendara, baik yang menggunakan motor dan mobil, tampak melaju dengan kecepatan cukup pelan, yakni sekitar 30–50 kilometer per jam.
    Meski terjadi peningkatan volume kendaraan, lalu lintas di Jalan Arteri Kelapa Gading tetap lancar.
    Kepadatan juga terjadi di beberapa ruas jalan sekitar, di antaranya di Jalan Boulevard Raya menuju arah Jalan Perintis Kemerdekaan, yang sempat mengalami kemacetan.

    Sejumlah kantor di wilayah Kelapa Gading pun mulai beroperasi kembali secara normal. Para pekerja tampak kembali beraktivitas seperti biasa setelah sekitar satu minggu menjalani cuti Lebaran.
    Beberapa di antara mereka terlihat datang ke kantor dengan ojek
    online
    . Ada pula yang naik Transjakarta maupun motor dan mobil pribadi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Merenungkan Kembali Jakarta Saat Lebaran

    Merenungkan Kembali Jakarta Saat Lebaran

    Jakarta – Jakarta saat Lebaran seperti menemukan ruang untuk bernapas. Jalanan yang biasanya riuh mendadak lengang, udara yang saban hari diselimuti polusi terasa lebih ringan, dan kota yang akrab dengan hiruk-pikuk sejenak melambat dalam keheningan. Ada semacam ketenangan yang menyelinap di antara gedung-gedung tinggi dan trotoar yang lebih lapang, seolah Jakarta sedang menunjukkan wajah lain—lebih ramah.

    Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat bahwa selama periode Lebaran, volume kendaraan turun hingga 50 persen dibandingkan hari biasa, sementara indeks PM2.5 merosot 60 persen, menandakan bahwa tanpa kemacetan harian, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih sehat dan layak huni.

    Namun, di balik suasana itu, terselip sebuah ironi yang tak bisa diabaikan: mengapa Jakarta baru terasa nyaman saat sebagian besar penghuninya pergi? Jika jeda ini bisa menghadirkan kota yang lebih tertata, bukankah seharusnya ada cara agar ketenangan seperti ini bukan sekadar peristiwa musiman?

    Jakarta Tempo Dulu

    Jakarta seperti tidak pernah benar-benar dibangun dengan visi jauh ke depan, melainkan tumbuh dengan logika tambal sulam. Pada rentang 1965-1985, kota ini mengalami transformasi besar-besaran sebagai ibu kota negara, namun perencanaannya lebih berfokus pada mengejar pertumbuhan ekonomi ketimbang menciptakan tatanan kota yang berkelanjutan. Pelebaran jalan raya digenjot, kawasan bisnis di pusat kota dikembangkan, dan permukiman baru terus meluas. Namun, di tengah gegap gempita pembangunan, transportasi publik sebagai aspek krusial luput dari perhatian.

    Sejak awal, Jakarta lebih bersahabat dengan kendaraan pribadi ketimbang warganya sendiri. Pada dekade 1970-an, gagasan pembangunan ring road untuk mengurai kepadatan mulai digagas, tetapi implementasinya setengah hati. Kawasan industri mulai digeser ke pinggiran seperti Bekasi dan Tangerang, tetapi ini pun tak cukup untuk meredam gelombang harian para komuter yang tetap harus bekerja di pusat kota. Tanpa sistem transportasi massal yang memadai, Jakarta terjebak dalam pusaran urban sprawl—pertumbuhan kota yang melebar tanpa kendali, menggerogoti ruang hijau dan merenggut kenyamanan warganya.

    Seandainya rencana tata ruang masa itu terlaksana dengan lebih cermat, Jakarta mungkin tak akan sesak seperti sekarang. Distribusi pusat ekonomi akan lebih merata, tak hanya menumpuk di pusat kota, tetapi tersebar ke kota-kota satelit seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sistem transportasi publik yang matang sejak awal juga akan membentuk pola mobilitas yang lebih sehat, mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi.

    Kota ini seharusnya bisa memiliki jaringan MRT dan LRT yang luas sejak dekade 1980-an, sebagaimana yang terjadi di Tokyo atau Singapura. Jika itu terjadi, kemacetan yang kini kita anggap sebagai bagian tak terpisahkan dari Jakarta mungkin hanya akan menjadi catatan sejarah. Namun, kenyataan berkata lain. Banyak rencana besar yang akhirnya hanya menjadi dokumen birokrasi. Konsistensi kebijakan mudah goyah oleh kepentingan jangka pendek.

    Dominasi bisnis properti lebih banyak didorong oleh kebutuhan pasar ketimbang visi pembangunan kota yang berkelanjutan. Urbanisasi yang tak terkendali mempercepat krisis infrastruktur. Jakarta akhirnya berkembang tanpa pola yang jelas, hingga kini harus menanggung beban kemacetan, polusi udara, dan ketimpangan ruang yang semakin nyata.

    Tantangannya Kini

    Kondisi Jakarta saat ini menggambarkan sebuah kota yang terperangkap dalam dinamika pertumbuhan yang cepat, namun tanpa pengelolaan yang seimbang. Permukiman yang semakin padat menjadi potret nyata dari kota yang kehilangan ruangnya. Dengan lebih dari 10 juta orang yang beraktivitas di pusat kota pada siang hari dan lebih dari 12 juta orang jika dihitung dengan kawasan sekitarnya, Jakarta sudah sangat sesak.

    Urban sprawl yang tak terkendali membuat kota ini terus meluas ke pinggiran, tetapi malah memperparah kepadatan di pusatnya. Kawasan permukiman yang seharusnya menjadi ruang hunian kini banyak yang terintegrasi dengan zona komersial dan industri, mengaburkan fungsi ruang dan menciptakan ketidakseimbangan. Alih-alih memberikan kenyamanan, pertumbuhan ini justru menciptakan kondisi menuju tidak layak huni.

    Kemacetan menjadi gambaran lain yang tak bisa lepas dari Jakarta. Setiap hari, warga Jakarta menghabiskan waktu berharga mereka di jalan, dengan rata-rata 2 hingga 3 jam perjalanan menuju tempat kerja. Berdasarkan laporan TomTom Traffic Index 2023, Jakarta menempati urutan ke-6 dalam daftar kota-kota dengan kemacetan terburuk di dunia, dengan indeks kemacetan mencapai 53 persen.

    Artinya, waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama 53 persen dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan tanpa kemacetan. Dampaknya jelas: produktivitas menurun, kualitas hidup tergerus, dan kesehatan terancam. Kemacetan ini, pada gilirannya, juga memperburuk polusi udara yang sudah lama menjadi masalah utama.

    Polusi udara di Jakarta mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan kualitas udara yang sering berada pada level berbahaya. Partikel halus (PM2.5) dan nitrogen dioksida (NO2), yang mayoritas berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan pembakaran sampah, menjadi musuh utama. Data IQAir pada 2024 menunjukkan bahwa kualitas udara Jakarta sering kali berada pada kategori “berbahaya” atau “tidak sehat”, memberikan dampak buruk pada kesehatan pernapasan dan jantung, terutama bagi anak-anak dan lansia.

    Dengan lebih dari 17 juta kendaraan yang mengisi jalan-jalan Jakarta, emisi gas buang semakin sulit untuk dikendalikan. Akibatnya, polusi udara semakin menjadi ancaman nyata bagi kesehatan warga kota, memperburuk kualitas hidup mereka setiap harinya.

    Jakarta kini menjadi cerminan dari sebuah kota yang terus berkembang, tetapi dengan harga yang semakin mahal. Kemacetan yang kronis, polusi udara yang semakin buruk, serta ketimpangan dalam penataan ruang menunjukkan bahwa pertumbuhan kota ini lebih mengarah pada keberlanjutan yang rentan.

    Jika strategi penataan ruang dan transportasi tidak diterapkan dengan berani dan lebih terintegrasi, maka Jakarta akan semakin terjerat dalam lingkaran krisis perkotaan yang sulit untuk diatasi. Sudah saatnya Jakarta berhenti hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata, dan mulai memperhitungkan batas ekologis serta daya dukung ruang kota.

    Kota ini membutuhkan visi pembangunan yang berpihak pada keberlanjutan, untuk memastikan bahwa masa depannya lebih layak huni, nyaman, dan ramah lingkungan. Sebab apa yang kita saksikan hari ini bukanlah sekadar hasil dari keputusan-keputusan di masa lalu, melainkan konsekuensi dari cara kita memahami dan mengelola kota.

    Batasi Pertumbuhan

    Laporan Club of Rome tentang Limit to Growth pada 1972 adalah pengingat kepada dunia akan bahaya pertumbuhan tak terbatas yang dapat membawa kehancuran ekologis. Tak sedikit kota besar berusaha mencari model pembangunan yang lebih berkelanjutan. Namun, Jakarta, sayangnya, masih terperangkap dalam paradigma ekspansi yang tidak terkendali.

    Fenomena urban sprawl yang meluas tanpa pengendalian matang semakin memperparah ketimpangan akses terhadap infrastruktur dan layanan publik. Permukiman yang tumbuh liar tanpa koneksi transportasi yang efisien semakin meningkatkan ketergantungan pada kendaraan pribadi. Hal ini tidak hanya memperburuk kemacetan, tetapi juga mengakibatkan polusi udara yang merusak kualitas hidup warganya.

    Untuk keluar dari jebakan ini, Jakarta harus berani mengubah arah kebijakan perencanaan kota. Alih-alih terus memperluas wilayah terbangun dan membangun jalan-jalan baru yang hanya akan mendorong penggunaan kendaraan pribadi lebih masif, kota ini seharusnya mulai mengoptimalkan ruang yang sudah ada.

    Penerapan konsep compact city yang mengutamakan pembangunan vertikal yang terhubung dengan sistem transportasi publik yang efisien bisa menjadi solusi yang tepat. Kawasan Transit-Oriented Development (TOD) yang sudah mulai diterapkan memang menunjukkan potensi, namun perlu diperluas dan diintegrasikan secara menyeluruh. Tanpa itu, TOD hanya akan menjadi proyek prestisius yang tak membawa perubahan signifikan terhadap sistem transportasi dan mobilitas kota.

    Selain itu, pembatasan kendaraan pribadi adalah langkah penting yang harus diambil Jakarta. Sistem ganjil-genap yang ada saat ini, meskipun sudah memberikan dampak positif, masih belum cukup efektif. Oleh karena itu, kebijakan pajak kendaraan yang lebih tinggi bagi keluarga yang memiliki lebih dari satu mobil harus segera diberlakukan.

    Pendekatan ini akan semakin efektif jika disertai dengan penguatan sistem transportasi publik yang lebih terintegrasi, nyaman, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Tanpa langkah tegas dan terencana, Jakarta akan terus melampaui daya dukung ekologisnya, dan pada akhirnya, kota ini akan terperangkap dalam ketidakseimbangan lingkungan yang semakin sulit untuk diperbaiki.

    Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kendaraan, Jakarta memerlukan kebijakan yang lebih berani dan berfokus pada keberlanjutan, bukan hanya pertumbuhan yang eksploitatif. Jika kota ini terus terjebak dalam pola pikir pembangunan tanpa batas, dampak ekologis yang semakin berat akan menghantui kita semua, mengancam keberlanjutan sosial dan ekonomi di masa depan.

    Kota yang nyaman, ramah lingkungan, dan berkelanjutan bukanlah impian yang tidak mungkin diwujudkan, tetapi itu hanya akan tercapai jika kita mulai merancang kembali Jakarta dengan visi yang jauh ke depan, mengutamakan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan.

    Perlu Keseimbangan

    Konsep Doughnut Economy yang diperkenalkan oleh Kate Raworth pada 2012 menawarkan solusi yang lebih berimbang: bagaimana memastikan pertumbuhan ekonomi tetap berjalan tanpa menghancurkan ekosistem yang menopang kehidupan di dalamnya. Jakarta, sebagai kota yang terus berkembang pesat, seharusnya dapat mengadopsi model ini dengan menggeser orientasi kebijakannya dari ekspansi ke optimalisasi, dari pola pertumbuhan eksploitatif ke pola yang lebih regeneratif.

    Langkah pertama yang harus diambil adalah penyebaran pusat-pusat ekonomi ke luar Jakarta. Kota-kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Karawang harus didorong untuk berkembang sebagai pusat bisnis dan industri baru. Hal ini harus didukung dengan pembangunan sistem transportasi publik yang terintegrasi dan berkualitas tinggi, agar arus komuter yang membebani Jakarta bisa berkurang secara signifikan. Dengan demikian, pusat kota tidak lagi menjadi satu-satunya episentrum ekonomi yang menciptakan beban berlebih pada infrastruktur dan kualitas hidup warganya.

    Langkah kedua yang krusial adalah memperhatikan ruang hijau dan infrastruktur berbasis alam dalam perencanaan kota. Ruang terbuka hijau seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetis, tetapi harus menjadi bagian integral dari sistem ekologis kota yang berperan sebagai kawasan resapan air, pengendali suhu, serta habitat untuk biodiversitas. Jakarta harus memiliki target yang jelas untuk memastikan keberadaan ruang hijau yang fungsional, bukan sekadar taman kecil yang hanya ada sebagai simbol penghijauan. Ruang hijau yang nyata bisa membantu menjaga keseimbangan lingkungan, serta mengurangi dampak pemanasan global.

    Langkah ketiga adalah implementasi sistem ekonomi regeneratif dalam sektor industri dan pembangunan. Alih-alih membiarkan industri berbasis bahan bakar fosil terus berkembang tanpa kendali, Jakarta harus segera bertransisi ke ekonomi berbasis energi terbarukan. Pengelolaan limbah yang lebih ketat juga harus diberlakukan. Kawasan industri yang ada bisa diubah menjadi ecopark yang menerapkan prinsip ekonomi sirkular, limbah dari proses produksi diolah kembali menjadi sumber daya yang dapat digunakan. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berdampak negatif pada daya dukung ekologis kota.

    Keempat, kebijakan pengendalian alih fungsi lahan harus ditegakkan dengan lebih disiplin. Saat ini, konversi lahan hijau dan pertanian menjadi kawasan properti komersial sering kali terjadi tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan. Pembatasan ini harus diiringi dengan dorongan untuk pembangunan berbasis green building, yang lebih ramah lingkungan. Insentif fiskal untuk pembangunan yang mengutamakan keberlanjutan harus diprioritaskan agar pengembang lebih termotivasi untuk mengadopsi praktik-praktik ramah lingkungan.

    Langkah kelima yang tidak kalah penting adalah melibatkan masyarakat dalam pengelolaan kota. Model urban commons, warga kota berpartisipasi aktif dalam pengelolaan sumber daya seperti air, energi, dan ruang publik, bisa menjadi solusi untuk mengurangi tekanan ekonomi sekaligus meningkatkan keterlibatan sosial. Kesadaran publik mengenai pentingnya pola hidup berkelanjutan juga harus terus didorong agar kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan efektif dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

    Jakarta saat Lebaran memang memberikan gambaran tentang kota yang lebih tenang, sehat, dan nyaman untuk dihuni. Namun, untuk mewujudkan kondisi ini secara permanen, kita harus mulai dengan merencanakan dan membangun kota ini dengan pendekatan yang lebih bijak dan berkelanjutan. Penerapan konsep-konsep keberlanjutan seperti Doughnut Economy dalam pengelolaan tata ruang, penguatan sistem transportasi publik, serta kebijakan yang memprioritaskan keseimbangan ekologis akan menjadikan Jakarta sebagai kota yang tidak hanya maju, tetapi juga ramah lingkungan.

    Perubahan ini tentu saja tidak bisa tercapai hanya dengan satu atau dua kebijakan semata. Dibutuhkan komitmen bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik. Sebuah kota yang nyaman, aman, dan berkelanjutan adalah cita-cita yang bukan hanya impian, melainkan tujuan yang bisa dicapai jika kita bertindak dengan tegas dan visioner. Jakarta yang lebih baik bukanlah sebuah utopia yang jauh dari kenyataan, melainkan sebuah distopia yang bisa dihindari jika kita bertindak sekarang.

    Dengan kebijakan yang berfokus pada keberlanjutan dan pengelolaan kota yang bijak, kita bisa memastikan bahwa Jakarta akan berkembang menjadi kota yang seimbang, kemajuan dan keberlanjutan berjalan seiring sejalan.

    Marselinus Nirwan Luru staf pengajar Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Trisakti

    (mmu/mmu)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Candi Prambanan dan Kaliadem Jadi Primadona Wisata Saat Libur Lebaran

    Candi Prambanan dan Kaliadem Jadi Primadona Wisata Saat Libur Lebaran

    Sleman, Beritasatu.com – Libur Lebaran 2025 membawa angin segar bagi sektor pariwisata dan perhotelan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kunjungan wisatawan menunjukkan perkembangan yang positif, dengan total kunjungan mencapai ratusan ribu orang, termasuk Candi Prambanan, selama pada periode 24 Maret hingga 6 April 2025.

    Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Ishadi Zayid menyampaikan, destinasi wisata budaya mendominasi minat pengunjung. Selama periode tersebut, destinasi wisata budaya mencatatkan total 290.768 kunjungan, yang setara dengan 66,60% dari total kunjungan wisatawan di Sleman.

    “Candi Prambanan menjadi daya tarik utama di kategori wisata budaya. Candi yang merupakan warisan dunia UNESCO ini berhasil menarik 118.552 wisatawan, yang mencakup 40,77% dari total kunjungan wisata budaya. Selain itu, museum, wisata kota, dan desa wisata juga mencatatkan kunjungan yang signifikan,” ujar Zayid dalam keterangan pada Selasa (8/4/2025).

    Destinasi wisata alam juga tak kalah menarik perhatian. Sebanyak 145.828 wisatawan atau 33,40% dari keseluruhan kunjungan memilih untuk menikmati pesona alam Sleman. Kawasan Kaliadem tercatat sebagai destinasi alam terfavorit dengan 24.903 kunjungan, diikuti oleh atraksi jeep lava tour yang menarik 23.742 wisatawan, serta kawasan sejuk Kaliurang yang mengundang 17.898 pengunjung.

    Berdasarkan data dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY, tingkat okupansi hotel di Sleman selama pada periode 28 Maret hingga 6 April 2025 mencapai rata-rata 35,67%, yang sesuai dengan target Dinas Pariwisata Sleman yang mematok kisaran 30% hingga 60%. Puncak okupansi terjadi pada 2 April 2025, dengan angka tertinggi sebesar 54,62%.

    Tingginya antusiasme wisatawan ini menunjukkan bahwa Sleman, termasuk Candi Prambanan, masih menjadi pilihan utama untuk menghabiskan libur panjang, baik karena kekayaan budaya maupun pesona alamnya. Keseimbangan antara okupansi hotel dan jumlah kunjungan wisata menjadi indikator positif bagi keberlangsungan sektor pariwisata di Sleman.

  • Buntut Gangguan Sistem Bank DKI, Pramono Panggil Direksi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 April 2025

    Buntut Gangguan Sistem Bank DKI, Pramono Panggil Direksi Megapolitan 8 April 2025

    Buntut Gangguan Sistem Bank DKI, Pramono Panggil Direksi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jakarta Pramono Anung memanggil jajaran Direksi Bank DKI menyusul keluhan sejumlah nasabah terkait gangguan sistem yang berlangsung sejak akhir Maret 2025 hingga hari ini, Selasa (8/4/2025).
    “Saya dan Wagub sudah memanggil Direksi Bank DKI. Kami telah mempelajari, memahami secara detail apa yang terjadi di Bank DKI. Hari ini secara khusus, rapat pertama kami adalah menyangkut Bank DKI,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Selasa.
    Meski terjadi gangguan sistem, Pramono memastikan bahwa dana nasabah tetap aman dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
    Saat ini, Pemerintah Provinsi Jakarta tengah mendalami permasalahan sistem, terutama terkait teknologi informasi (IT) di internal bank milik Pemprov Jakarta tersebut.
    “Memang, kami sedang mendalami terutama hal yang berkaitan dengan IT. Hari ini maka kami rapatkan,” kata Pramono. 
    “Tentunya, kalau nanti direksi dan juga jajaran Bank DKI sudah memberikan peta laporan secara lengkap permasalahan yang ada, saya dan Pak Wagub segera akan mengambil keputusan,” lanjutnya.
    Sebelumnya, gangguan sistem di Bank DKI menjadi sorotan publik setelah banyak nasabah mengeluhkan tidak bisa melakukan transaksi sejak 29 Maret 2025.
    Keluhan tersebut ramai disampaikan melalui media sosial, khususnya di akun X (dulu Twitter) resmi Bank DKI.
    Salah satu nasabah Bank DKI melaporkan ke akun X @bank_dki karena tidak dapat menemukan fitur transfer uang ke bank lain di aplikasi JakOne Mobile pada 29 Maret 2025.

    Halo bank Dki, ini kenapa ya dari siang tidak ada fitur transfer external di aplikasi JakOne, Mohon segera diperbaiki ya karena saya mau transfer ke bank lain
    ,” tulis akun X @archive********.
    Kemudian, pada 30 Maret 2025, pemilik akun @unknown***** mengunggah tangkapan layar dari pesan yang dia kirimkan ke akun Instagram Bank DKI.
    Akun tersebut komplain karena tidak dapat menggunakan QRIS
    M-banking
    .
    Pada aplikasi
    mobile banking
    Bank DKI hanya tertulis ”
    Terjadi kesalahan, harap coba lagi nanti”
    . Namun, setelah pemilik akun mencoba transaksi yang sama sebanyak lima kali, ternyata saldonya sudah terpotong, tetapi tidak masuk ke riwayat transaksi.

    Gimana nih @bank_dki??
    ” tulis akun @unknown*****.
    Masalah ini bahkan berlanjut saat Lebaran 2025 yang jatuh pada 31 Maret.
    Nasabah dengan akun X @erza*******22 menyuarakan kekesalan karena tidak bisa melakukan transaksi antarbank, membayar dengan debit atau QRIS, serta gagal tarik tunai di ATM Bersama.

    Hey @bank_dki sampe kapan maintenance sistemmu? Dari mudik tanggal 29 sampe sekarang gak bisa transaksi antar bank, gak bisa bayar debit, gak bisa bayar QRIS, gak bisa tarik tunai ATM bersama. Lu kira gerai ATM-mu udah nyebar ke daerah2?
    ,” tulisnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • LRT Jabodebek Angkut 2 Juta Penumpang selama Maret 2025 – Page 3

    LRT Jabodebek Angkut 2 Juta Penumpang selama Maret 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta LRT Jabodebek mencatat pencapaian positif selama Maret 2025 dengan melayani lebih dari 2 juta penumpang. Tercatat sebanyak 2.056.759 pengguna menggunakan layanan LRT Jabodebek sepanjang bulan tersebut, membuktikan bahwa moda transportasi ini tetap menjadi andalan masyarakat untuk mobilitas harian.

    Pada hari kerja, rata-rata jumlah penumpang mencapai 91.275 orang per hari, sementara di akhir pekan dan hari libur nasional rata-rata sebanyak 26.878 penumpang per hari.

    Sepanjang Maret, LRT Jabodebek mengoperasikan 10.194 perjalanan dengan tingkat ketepatan waktu (On Time Performance/OTP) mencapai 99,65%.

    Executive Vice President LRT Jabodebek, Mochamad Purnomosidi, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan masyarakat.

    “Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan para pengguna yang terus mempercayai LRT Jabodebek sebagai moda transportasi andalan. Kami berterima kasih atas kepercayaan dan kesetiaan pengguna,” ujarnya, Selasa (8/4/2025).

    Penambahan Kereta dan Peningkatan Layanan

    Guna meningkatkan kapasitas layanan, LRT Jabodebek menambah 2 rangkaian kereta baru yang mulai beroperasi sejak Maret 2025 pada hari kerja.

    Penambahan ini mendorong peningkatan jumlah perjalanan harian dari 348 menjadi 366 perjalanan, sehingga waktu tunggu menjadi lebih singkat dan kenyamanan pengguna meningkat.

     

     

  • Seluruh Provinsi Kompak Inflasi, Paling Tinggi Gorontalo – Page 3

    Seluruh Provinsi Kompak Inflasi, Paling Tinggi Gorontalo – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia mengalami inflasi 1,65 persen pada Maret 2025 secara bulanan. Seluruh provinsi pun serentak mengalami inflasi.

    Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah menyampaikan 38 provinsi di Indonesia seluruhnya mengalami inflasi.

    “Jika dilihat, sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, seluruh provinsi mengalami inflasi,” kata Habibullah dalam Rilis Berita Resmi Statistik, Selasa (8/4/2025).

    38 provinsi itu dibagi dalam 6 kelompok wilayah. Yakni, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesu, dan Maluku-Papua.

    Melihat sebarannya, tingkat inflasi paling besar tersebar di Pulau Sulawesi dengan kisaran inflasi 2,16 hingga 2,88 persen. Provinsi Gorontalo menjadi daerah dengan tingkat inflasi paling tinggi secara nasional.

    “Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Gorontalo yaitu sebesar 2,88 persen,” ucap Habibullah.

    Sedangkan, di daerah lainnya, Kalimantan berkisar 1,23 persen di Kalimantan Barat hingga 2,16 persen di Kalimantan Utara. Lalu, Bali-Nusra berkisar 1,24 persen di Nusa Tenggara Timur dan 2,04 persen di Nusa Tenggara Barat.

    Berikutnya, Pulau Jawa dengan 1,25 persen di DI Yogyakarta hingga 2,02 persen di Banten. Serta, di Pulau Sumatera dengan 0,38 persen di Kepulauan Riau hingga 1,96 persen di Lampung.

    Sementara itu, tingkat inflasi di Maluku-Papua berkisar 0,08 persen di Papua Pegunungan hingga 2,65 persen di Maluku Utara.

    “Sementara itu inflasi terendah terjadi di Papua Pegunungan sebesar 0,08 persen,” ungkap Habibullah.

     

  • Atap Balkon Rumah di Jalan Putat Surabaya Ambrol, Penyandang Disabilitas Tewas Tertimpa

    Atap Balkon Rumah di Jalan Putat Surabaya Ambrol, Penyandang Disabilitas Tewas Tertimpa

    Surabaya (beritajatim.com) – Atap balkon lantai 2 rumah warga di samping Pasar Kupang Baru, Jalan Putat, Surabaya ambrol hingga menimbulkan satu korban meninggal dunia, Selasa 8 April 2025 hari ini.

    Korban yang meninggal dunia adalah salah satu penghuni rumah, laki-laki penyandang disabilitas berinisial AF (35 tahun). Saat kejadian korban AF sedang berada di lantai 2. Korban terjatuh ke lantai bawah, tertimpa reruntuhan.

    Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Surabaya, Buyung Hidayat mengatakan, kejadian bangunan balkon ambrol itu terjadi sekitar pukul 10.30 WIB.

    “Kita terima laporan 10.30 WIB. Sampai di lokasi korban tertimpa reruntuhan di bawah. Kondisinya bukan tertimpa tembok tapi korban semula berada di lantai 2, kemudian balkon patah korban jatuh dari lantai 2 dan tertimpa,” terang Buyung di lokasi.

    Biyung menyampaikan, korban saat ini dievakuasi petugas dengan dibawa ke kamar mayat RSUD dr Soetomo Surabaya. Sementara petugas yang lain, masih menertibkan bangunan balkon rumah yang runtuh.

    “Bangunan yang runtuh memiliki panjang sekitar 5 meter dan luas 1 meter. Saat ini petugas masih mengevakuasi puing reruntuhan, di lantai bawah,” jelas Buyung.

    Di lokasi korban tertimpa reruntuhan, kepolisian Polsek Sawahan bersama Tim Inafis Polrestabes Surabaya melakukan olah TKP. Serta memeriksa sejumlah saksi.

    Sementara warga setempat, Farman menyatakan bahwa, kejadian tersebut membuat dirinya kaget. Kata dia, lokasi bawah balkon yang runtuh tersebut merupakan salah satu akses jalan pasar saat pagi hari.

    “Ya ini musibah, beruntung kejadiannya agak siang. Kalau pagi jalan bawah balkon ini banyak yang melewati, pembeli pembeli warga yang belanja di pasar,” ucap Farman. [ram/aje]