Potret Sebelum dan Setelah Los Angeles Dilalap Api Besar
Organisasi: API
-

Cegah Kebakaran Seperti di Los Angeles, Ini 8 Penyebab Kebakaran Hutan Paling Umum
Jakarta: Kebakaran hutan telah menjadi masalah global yang menghancurkan jutaan hektare lahan dan menimbulkan kerugian besar bagi manusia, hewan, dan ekosistem.
Contoh nyata adalah kebakaran besar di Los Angeles baru-baru ini yang menghanguskan lebih dari 34.921 hektare lahan, menyebabkan 10 kematian, dan memaksa 179.000 orang mengungsi.
Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya memahami faktor-faktor yang dapat memicu kebakaran hutan, yuk simak apa saja.
1. Petir Panas
Petir panas adalah salah satu penyebab alami kebakaran hutan yang paling sering terjadi. Tidak seperti petir dingin yang berlangsung singkat, petir panas memiliki durasi lebih lama dan menghasilkan panas intens yang cukup untuk membakar vegetasi kering.Di Kanada, misalnya, petir panas menyebabkan sekitar 60% kebakaran hutan setiap tahun di provinsi British Columbia.
Selain itu, kebakaran Bay Area pada 2020 yang menghancurkan 5 juta hektare lahan juga disebabkan oleh badai petir setelah gelombang panas ekstrem.
2. Vegetasi Kering
Kondisi vegetasi yang kering akibat musim panas panjang atau curah hujan rendah membuat hutan menjadi sangat rentan terhadap kebakaran.Sebagai contoh, pada 2021, California mengalami kenaikan 65% pada jumlah vegetasi kering dalam beberapa bulan, meningkatkan risiko kebakaran besar.
Fenomena serupa terjadi di Australia, di mana curah hujan yang rendah dan suhu panas ekstrem menciptakan kondisi ideal untuk kebakaran, seperti krisis bushfire tahun 2019 yang membakar 11 juta hektare lahan.
3. Peralatan Listrik dan Kabel Terbuka
Kabel listrik yang putus atau mengalami kerusakan dapat menghasilkan percikan api yang memulai kebakaran, terutama di daerah berhutan yang kering.Kebakaran ini sering kali diperburuk oleh angin kencang, seperti yang terlihat dalam beberapa insiden kebakaran hutan di Amerika Serikat.
4. Kegiatan Pertanian
Beberapa kebakaran dimulai dari praktik pembakaran lahan pertanian untuk membuka tanah baru.Ketika tidak dikontrol dengan baik, api dapat meluas ke area hutan yang berdekatan, sering kali menyebabkan kerugian ekosistem yang signifikan. Hal ini menjadi masalah besar di Asia Tenggara.
5. Peningkatan Suhu Global
Perubahan iklim memperburuk risiko kebakaran hutan dengan meningkatkan suhu global dan mengurangi curah hujan.Dengan setiap kenaikan 1°C suhu, frekuensi sambaran petir meningkat sekitar 12%, memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan. Perubahan iklim juga membuat musim kebakaran menjadi lebih panjang dan lebih intens.
6. Kegagalan Mesin dan Kendaraan
Kendaraan atau mesin yang mengeluarkan percikan api saat berada di dekat vegetasi kering dapat memicu kebakaran.Kegagalan peralatan seperti gergaji mesin atau kendaraan berat sering dikaitkan dengan insiden ini.
7. Aktivitas Api Terbuka
Api unggun, kembang api, atau pembakaran sampah yang tidak diawasi dengan benar dapat dengan mudah menyulut kebakaran hutan, terutama di musim kemarau.Data menunjukkan bahwa sekitar 85% kebakaran hutan di Amerika Utara disebabkan oleh aktivitas manusia, termasuk api unggun dan pembakaran debris.
8. Sambaran Api dari Letusan Gunung Berapi
Di beberapa wilayah, letusan gunung berapi dapat menghasilkan aliran lava atau abu panas yang memicu kebakaran hutan di sekitarnya. Fenomena ini, meskipun jarang, dapat menyebabkan kerusakan besar dalam waktu singkat.Mencegah kebakaran hutan membutuhkan pemahaman mendalam tentang penyebabnya dan upaya mitigasi yang terkoordinasi.
Tragedi kebakaran di Los Angeles pada Januari 2025 menekankan pentingnya langkah konkret seperti program adaptasi iklim, regulasi pembakaran lahan, dan peningkatan sistem respons darurat.
Dengan tindakan yang tepat, risiko kerusakan besar akibat kebakaran hutan dapat diminimalkan.
Baca Juga:
Kobaran Api Makin Besar, 100 Ribu Orang di Los Angeles MengungsiJakarta: Kebakaran hutan telah menjadi masalah global yang menghancurkan jutaan hektare lahan dan menimbulkan kerugian besar bagi manusia, hewan, dan ekosistem.
Contoh nyata adalah kebakaran besar di Los Angeles baru-baru ini yang menghanguskan lebih dari 34.921 hektare lahan, menyebabkan 10 kematian, dan memaksa 179.000 orang mengungsi.
Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya memahami faktor-faktor yang dapat memicu kebakaran hutan, yuk simak apa saja.
1. Petir Panas
Petir panas adalah salah satu penyebab alami kebakaran hutan yang paling sering terjadi. Tidak seperti petir dingin yang berlangsung singkat, petir panas memiliki durasi lebih lama dan menghasilkan panas intens yang cukup untuk membakar vegetasi kering.Di Kanada, misalnya, petir panas menyebabkan sekitar 60% kebakaran hutan setiap tahun di provinsi British Columbia.
Selain itu, kebakaran Bay Area pada 2020 yang menghancurkan 5 juta hektare lahan juga disebabkan oleh badai petir setelah gelombang panas ekstrem.
2. Vegetasi Kering
Kondisi vegetasi yang kering akibat musim panas panjang atau curah hujan rendah membuat hutan menjadi sangat rentan terhadap kebakaran.
Sebagai contoh, pada 2021, California mengalami kenaikan 65% pada jumlah vegetasi kering dalam beberapa bulan, meningkatkan risiko kebakaran besar.
Fenomena serupa terjadi di Australia, di mana curah hujan yang rendah dan suhu panas ekstrem menciptakan kondisi ideal untuk kebakaran, seperti krisis bushfire tahun 2019 yang membakar 11 juta hektare lahan.
3. Peralatan Listrik dan Kabel Terbuka
Kabel listrik yang putus atau mengalami kerusakan dapat menghasilkan percikan api yang memulai kebakaran, terutama di daerah berhutan yang kering.
Kebakaran ini sering kali diperburuk oleh angin kencang, seperti yang terlihat dalam beberapa insiden kebakaran hutan di Amerika Serikat.
4. Kegiatan Pertanian
Beberapa kebakaran dimulai dari praktik pembakaran lahan pertanian untuk membuka tanah baru.
Ketika tidak dikontrol dengan baik, api dapat meluas ke area hutan yang berdekatan, sering kali menyebabkan kerugian ekosistem yang signifikan. Hal ini menjadi masalah besar di Asia Tenggara.
5. Peningkatan Suhu Global
Perubahan iklim memperburuk risiko kebakaran hutan dengan meningkatkan suhu global dan mengurangi curah hujan.
Dengan setiap kenaikan 1°C suhu, frekuensi sambaran petir meningkat sekitar 12%, memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan. Perubahan iklim juga membuat musim kebakaran menjadi lebih panjang dan lebih intens.
6. Kegagalan Mesin dan Kendaraan
Kendaraan atau mesin yang mengeluarkan percikan api saat berada di dekat vegetasi kering dapat memicu kebakaran.
Kegagalan peralatan seperti gergaji mesin atau kendaraan berat sering dikaitkan dengan insiden ini.
7. Aktivitas Api Terbuka
Api unggun, kembang api, atau pembakaran sampah yang tidak diawasi dengan benar dapat dengan mudah menyulut kebakaran hutan, terutama di musim kemarau.
Data menunjukkan bahwa sekitar 85% kebakaran hutan di Amerika Utara disebabkan oleh aktivitas manusia, termasuk api unggun dan pembakaran debris.
8. Sambaran Api dari Letusan Gunung Berapi
Di beberapa wilayah, letusan gunung berapi dapat menghasilkan aliran lava atau abu panas yang memicu kebakaran hutan di sekitarnya. Fenomena ini, meskipun jarang, dapat menyebabkan kerusakan besar dalam waktu singkat.
Mencegah kebakaran hutan membutuhkan pemahaman mendalam tentang penyebabnya dan upaya mitigasi yang terkoordinasi.
Tragedi kebakaran di Los Angeles pada Januari 2025 menekankan pentingnya langkah konkret seperti program adaptasi iklim, regulasi pembakaran lahan, dan peningkatan sistem respons darurat.
Dengan tindakan yang tepat, risiko kerusakan besar akibat kebakaran hutan dapat diminimalkan.
Baca Juga:
Kobaran Api Makin Besar, 100 Ribu Orang di Los Angeles Mengungsi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id(WAN)
-

Sebelum Kebakaran Hebat Los Angeles, Damkar LA Keluhkan Anggaran Dipangkas, 58 Jabatan Dihapus
JAKARTA – Kepala Departemen Pemadam Kebakaran (Damkar) Los Angeles (LA) atau LAFD, Kristin Crowley mengatakan pemotongan anggaran menghambat pihaknya untuk menanggapi bencana darurat. Hal itu diungkapkan Crowley sebelum kebakaran hutan melanda LA.
Mengutip CBS News, Jumat 10 Januari, keluhan akan pemotongan anggaran tersebut telah tertulis dalam memo departemen damkar LA tertanggal Juli 2024.
Crowley mengatakan, pemangkasan anggaran jam lembur sebesar 7 juta dolar AS telah membuat departemen kebakaran Los Angeles kesulitan melakukan sejumlah mitigasi kebakaran berskala besar seperti pembersihan semak belukar dan kontrol terhadap rumah-rumah.
Pemotongan anggaran departemen damkar LA tahun 2024 itu telah menghapus 58 jabatan, penyesuaian gaji pegawai, dan penghapusan biaya sebanyak satu kali, seperti pembelian peralatan alat bantu pernapasan untuk petugas.
Keluhan akan masalah pendanaan dan kepegawaian juga telah disampaikan Komisaris Departemen Damkar LA, Genethia Hudley-Hayes dalam rapat bersama dewan LA pada 17 Desember 2024.
“Tidaklah tidak adil untuk mengatakan bahwa kita sedang dalam mode krisis di dalam Departemen Pemadam Kebakaran Los Angeles,” kata Hudley-Hayes.
“Siapa pun yang mengenal anggota dewan harus pergi ke dewan kota, berbicara dengan anggota dewan tersebut, berbicara di dewan lingkungan mereka, melakukan apa pun yang perlu mereka lakukan karena kita benar-benar berada pada titik krisis,” lanjutnya.
Saat ditanya awak media dalam konferensi pers, Kamis 9 Januari 2025, Wali Kota LA, Karen Bass mengatakan pemangkasan anggaran tidak memengaruhi kemampuan departemen damkar LA untuk menangani kebakaran yang terjadi saat ini.
“Tidak ada pengurangan yang dilakukan yang akan memengaruhi situasi yang sedang kita hadapi selama beberapa hari terakhir,” katanya,” kata Bass.
Bass menekankan, departemen damkar LA juga menerima dana tambahan dari kontrak kota dengan serikat pekerja.
Dia menekankan, yang terpenting saat ini fokus menghadapi kebakaran hutan LA yang telah menghanguskan banyak rumah dan fasilitas umum dan diperparah angin kencang sehingga potensi titik api merembet sangat tinggi.
“Badai angin yang belum pernah terjadi sebelumnya, angin yang sangat kencang yang belum pernah kita lihat selama bertahun-tahun, adalah konteks saat kita menghadapi ini,” sambungnya.
-
Terjadi Perubahan Pola Mobilitas Masyarakat Saat Nataru 2024/2025, Ini Buktinya
Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mencatatkan total pergerakan masyarakat secara nasional tercatat turun namun mayoritas moda transportasi umum mencatatkan kenaikan signifikan.
Berdasarkan data Kemenhub yang dihimpun melalui Mobile Positioning Data (MPD) operator seluler, total pergerakan masyarakat secara nasional pada periode 18 Desember 2024 hingga 5 Januari 2025 atau saat Nataru mencapai 225,86 juta pergerakan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 94,67 juta orang melakukan perjalanan intra dan antarprovinsi, turun 24,92% dibandingkan realisasi Nataru tahun sebelumnya yang mencapai 126 juta orang.
Di tengah penurunan total pergerakan ini, penggunaan angkutan umum justru meningkat. Jumlah penumpang angkutan umum tercatat sebesar 17,182 juta, naik 5,07% dibandingkan tahun lalu.
Moda transportasi yang mencatatkan kenaikan meliputi angkutan jalan dengan 3,736 juta penumpang naik 6,85%, kereta api dengan 4,088 juta penumpang naik 6,76%, transportasi laut dengan 1,673 juta penumpang naik 7,43%, dan transportasi udara dengan 4,883 juta penumpang naik 10,76%.
Sementara itu, moda penyeberangan mengalami penurunan jumlah penumpang sebesar 8,47%, menjadi 2,799 juta penumpang.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Budi Rahardjo menjelaskan kenaikan jumlah pengguna transportasi umum di banyak moda merupakan dampak positif dari penurunan harga tiket pesawat hingga mudik gratis.
“Naiknya penggunaan angkutan umum ini terjadi karena sejumlah faktor,” jelas Budi kepada Bisnis, Kamis (9/1/2025).
Budi menjelaskan selain tiket dan program mudik gratis, sarana dan prasarana transportasi yang semakin baik, pilihan moda transportasi semakin beragam, kenyamanan dan kemudahan akses angkutan umum juga menjadi faktor pendorong perubahan pola mobilitas masyarakat.
Senada, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Masyarakat (MTI) Tory Darmantoro menilai peningkatan penggunaan transportasi umum mencerminkan keberhasilan program insentif pemerintah, seperti penurunan harga tiket pesawat dan mudik gratis.
Program tersebut dinilai berhasil menarik minat masyarakat untuk beralih menggunakan moda transportasi umum, terutama bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang.
Namun, penurunan pada moda penyeberangan dikaitkan dengan berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi, yang turut memengaruhi jumlah pengguna jasa pelayaran.
“Kenapa pelayaran kurang, karena berkaitan dengan cuaca ekstrem,” katanya.
-

Kebakaran Hutan Makin Sering, Seberapa Terancam Kota Besar?
Jakarta –
Kebakaran hutan yang tak terkendali di sekitar Los Angeles telah menjadikan kota California ini sebagai contoh terbaru dari pusat urban yang menghadapi ancaman kobaran api mematikan.
Diperparah oleh angin kencang, api telah menyebar ke daerah perkotaan padat penduduk, merenggut sedikitnya lima nyawa, dan menghancurkan lebih dari 1.000 bangunan.
Seiring meningkatnya suhu global, pemandangan kota-kota yang dilanda kobaran api menjadi semakin sering. Pada musim panas 2024, asap hitam mengepul di belakang kuil ikonis Parthenon di Athena saat api melahap pinggiran kota.
Gambar ini menjadi ilustrasi nyata bahwa kebakaran hutan yang semakin meningkat di seluruh dunia tidak hanya terjadi di wilayah pedesaan terpencil, tetapi juga memberikan dampak besar di perkotaan.
Pada musim panas yang sama, kebakaran besar juga terjadi di antara pepohonan di bukit Monte Mario di pusat kota Roma. Dari Halifax di Kanada hingga Cape Town di Afrika Selatan, Kota Nanyo di Jepang, dan kini Los Angeles. Kebakaran hutan telah memaksa ribuan penduduk kota meninggalkan rumah mereka dalam beberapa bulan terakhir.
Apakah kota-kota di dunia jadi lebih rentan kebakaran hutan?
Perubahan iklim meningkatkan suhu dan memperpanjang periode kekeringan, menciptakan kondisi lebih kering yang rentan terhadap kebakaran hutan. Hal ini membuat api lebih cepat menyebar, bertahan lebih lama, dan menjadi lebih ganas.
Data terbaru dari World Resources Institute menunjukkan bahwa kebakaran hutan saat ini membakar dua kali lipat tutupan pohon dibandingkan dua dekade lalu. Pertumbuhan kota di seluruh dunia turut meningkatkan kerentanan terhadap kebakaran.
Secara global, area yang dikenal sebagai wild urban interface (WUI), yakni tempat bangunan bertemu dengan vegetasi hutan, terus meluas dan meningkatkan risiko kebakaran.
Studi pada 2024 dari National Center for Atmospheric Research AS menunjukkan bahwa WUI meningkat 24%, antara tahun 2001–2020, dengan ekspansi terbesar terjadi di Afrika. Hal ini memperkirakan peningkatan jumlah kebakaran hutan di zona ini sebesar 23% dan luas area terbakar sebesar 35%. Dua pertiga orang yang terpapar kebakaran hutan di seluruh dunia tinggal di zona ini, tempat kota dan wilayah liar bertemu.
Alexander Held, ahli senior dari European Forest Institute, mengatakan cuplikan kebakaran di Athena pada musim panas lalu, menunjukkan betapa mudahnya api menyebar di area ini.
“Di area antarmuka ini, semak belukar sering tumbuh hingga ke taman, yang kemudian memiliki banyak bahan mudah terbakar. Hal ini membuat api dengan cepat mencapai rumah,” ujar Held.
Abandonment (pengabaian) lahan pedesaan, terutama di wilayah Mediterania, turut memperburuk risiko kebakaran hutan, tambah Held. Semakin banyak lahan yang tidak digarap dan tidak terjaga, sehingga kebakaran yang sebelumnya bisa dikendalikan dengan cepat kini semakin mendekati kota-kota.
Selain itu, api tidak perlu mencapai batas kota untuk memberikan dampak besar, karena asapnya dapat menyebar hingga ratusan bahkan ribuan kilometer. Pada 2023, kota New York mengalami salah satu tingkat polusi udara terburuk yang pernah tercatat akibat kebakaran hutan di Kanada.
Kota-kota mana yang paling rentan?
Ilmuwan geografi dari Universiy of Maryland, Alexandra Tyukavina, mengatakan kota-kota di wilayah dengan iklim subtropis kering, seperti California dan Mediterania, sangat rentan terhadap kebakaran hutan.
“Daerah-daerah ini sangat rentan karena sering mengalami kekeringan dalam beberapa tahun terakhir. Secara historis, tempat yang lebih kering memang lebih rentan terhadap kebakaran, terutama dengan adanya perubahan iklim,” kata Tyukavina.
Kebakaran di Athena terjadi setelah Yunani mengalami musim dingin terhangat serta bulan Juni dan Juli terpanas dalam sejarah.
Pinggiran kota yang luas di wilayah seperti AS juga sangat rentan terhadap penyebaran api, kata Tyukavina. Berbeda dengan Jepang, misalnya, yang memiliki perencanaan kota lebih padat sehingga area alami cenderung terpisah dari kawasan perkotaan. “Di sana, lebih sedikit area antarmuka antara alam liar dan perkotaan,” jelasnya.
Eropa dan Amerika Utara merupakan wilayah dengan proporsi terbesar kebakaran hutan di zona WUI, menurut penelitian pada 2022 yang dipublikasikan di Nature.
Apa yang bisa dilakukan kota-kota untuk melindungi diri?
Diperlukan lebih banyak pendanaan untuk sistem peringatan dini, panduan pengelolaan hutan, serta peningkatan kesadaran masyarakat, mengingat sebagian besar kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia, kata Berckmans.
Menurut juru bicara Komisi Eropa, Balazs Ujvari, hampir 700 petugas pemadam kebakaran, dua pesawat pemadam kebakaran, dan dua helikopter dikerahkan dari seluruh Uni Eropa untuk membantu memadamkan kebakaran di Athena pada 2024.
Namun, Held menekankan perlunya sumber daya lebih besar untuk pencegahan kebakaran. Langkah ini mencakup mendorong perilaku bijak terhadap api, seperti menghindari menanam spesies tanaman yang mudah terbakar di taman, membersihkan talang atap, dan memastikan tidak ada bahan bakar seperti sampah kebun yang dapat memicu api.
“Kadang-kadang, Anda melihat foto desa atau kota kecil yang habis dilalap api, tetapi ada beberapa rumah yang selamat di tengah-tengahnya, dengan taman hijau di sekelilingnya. Ini adalah bukti bahwa perilaku bijak terhadap kebakaran memang berhasil,” ujar Held.
Kota-kota juga harus memastikan ruang hijau bebas dari puing-puing di tanah dan memiliki pohon besar yang memberikan keteduhan, menjaga tanah tetap lembab, dan mengurangi angin.
“Langkah pencegahan lainnya adalah perencanaan tata ruang untuk mengurangi penyebaran urban,” kata Berckmans.
Sebagai contoh, beberapa kota mempekerjakan penggembala dengan domba dan kambing untuk menciptakan zona penyangga yang digembalakan, di mana hewan-hewan ini memakan bahan bakar mudah terbakar seperti ranting dan rumput, tetapi tetap meninggalkan pohon-pohon besar.
(ita/ita)
-

Coil dalam Sistem Pengapian Berfungsi Untuk Apa? Ini yang Pengemudi Harus Tahu
Jakarta –
Sistem pengapian adalah salah satu komponen penting dalam kendaraan bermesin bensin. Di antara berbagai elemen yang ada, coil pengapian atau ignition coil memiliki peran krusial.
Pengemudi wajib tahu, bahwa komponen kecil ini berperan besar dalam memastikan kendaraan dapat menyala dan berjalan dengan baik. Seperti layaknya komponen lain, coil pada pengapian juga bisa mengalami kerusakan.
Gejala seperti mesin sulit dinyalakan, tenaga kendaraan menurun, atau konsumsi bahan bakar meningkat, sering kali menjadi indikasi adanya masalah pada coil pengapian.
Coil dalam System Pengapian Berfungsi Untuk Apa?
Setiap jenis pengapian didukung dengan berbagai komponen supaya sistemnya bisa berjalan dengan baik. Ignition coil atau coil, pada sistem pengapian berfungsi untuk menaikkan daya listrik.
Dijelaskan pada laman beberapa merek otomotif, adanya komponen ini membuat daya listrik dapat dinaikkan hingga 10 kV, atau bahkan bisa lebih tinggi lagi. Hal ini penting, karena untuk menghasilkan percikan api, maka dibutuhkan tegangan listrik dalam jumlah yang besar.
Coil pengapian bertugas mengubah tegangan listrik, dari aki yang rendah menjadi tegangan tinggi. Hal ini dibutuhkan untuk menghasilkan percikan api di busi.
Percikan api akan memulai proses pembakaran di ruang bakar, sehingga mesin kendaraan dapat bekerja optimal. Tanpa coil, sistem pembakaran tidak akan berjalan dan kendaraan pun tidak bisa dinyalakan.
Fungsi Sistem Pengapian
Sistem pengapian berperan sebagai rangkaian mekatronika yang mengubah listrik bertegangan rendah menjadi energi listrik bertegangan tinggi. Energi tersebut kemudian dialirkan ke busi, sehingga tegangan tinggi tersebut diubah menjadi percikan api (spark) yang diperlukan untuk menyalakan mesin mobil.
Skema pengapian ini hanya ditemukan pada mesin berbahan bakar bensin. Adapun fungsi utama sistem pengapian adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan Percikan Api di Ruang Bakar
Fungsi utama sistem pengapian adalah menghasilkan percikan api di ruang bakar. Percikan ini membakar campuran udara dan bahan bakar pada akhir langkah kompresi, yang kemudian menghasilkan tenaga putar untuk mesin.
Proses ini melibatkan komponen utama seperti busi dan ignition coil, yang bekerja sama untuk memastikan pembakaran terjadi secara optimal.
2. Mengatur Waktu Pengapian
Selain menciptakan percikan api, sistem pengapian juga berfungsi untuk mengatur waktu pengapian di setiap silinder. Waktu pengapian harus tepat, yakni sesaat sebelum piston mencapai titik mati atas (TMA) pada langkah kompresi.
Pengaturan waktu ini dilakukan oleh komponen seperti vacuum advancer (pada sistem konvensional), contact point (platina), atau engine control unit (ECU) yang memanfaatkan power transistor pada sistem EFI.
3. Mengatur Percikan Api ke Silinder
Fungsi lain dari sistem pengapian adalah mendistribusikan percikan api ke masing-masing silinder pada waktu yang tepat. Mobil dapat memiliki 3, 4, 6, hingga 12 silinder, dan sistem pengapian memastikan bahwa setiap silinder mendapatkan percikan api sebelum piston mencapai TMA pada langkah kompresi. Proses ini juga menentukan silinder mana yang aktif dan mana yang tidak pada setiap siklus pembakaran.
4. Jenis Sistem Pengapian
Terdapat empat jenis utama sistem pengapian pada kendaraan bermotor, yaitu:
– Pengapian CDI (Capacitor Discharge Ignition)
Sistem ini sering digunakan pada sepeda motor dengan mesin silinder tunggal. CDI menggunakan kapasitor untuk menghasilkan induksi pada koil.
– Pengapian DLI (Distributorless Ignition System)
DLI adalah sistem pengapian tanpa distributor yang banyak digunakan pada mobil dengan teknologi EFI (electronic fuel injection).
– Pengapian Transistor
Sistem ini merupakan pengapian elektronik yang menggunakan transistor sebagai pengganti kontak mekanik. Transistor berfungsi sebagai saklar elektronik untuk memutus arus primer koil, sehingga listrik diubah menjadi percikan api.
– Pengapian Konvensional
Sebagaimana namanya, sistem ini menggunakan kontak mekanik untuk menentukan interval percikan api pada busi. Pengapian konvensional adalah pendahulu dari sistem pengapian transistor.
Nah, itulah tadi penjelasan fungsi coil pada sistem pengapian, serta sedikit info terkait sistem pengapiannya. Semoga dengan memahami fungsi dan jenis sistem pengapian, kamu dapat mengenali cara kerja mesin kendaraan yang komponennya penting untuk dijaga.
(aau/fds)
-

Bertambah, 10 Orang Tewas Akibat Kebakaran Hutan Los Angeles
Los Angeles –
Korban tewas akibat kebakaran hutan dahsyat yang menyelimuti Los Angeles di Amerika Serikat (AS) bertambah menjadi sedikitnya 10 orang. Garda Nasional California bersiap dikerahkan dalam membantu meredam kekacauan di area terdampak, dengan maraknya penjarahan rumah-rumah yang rusak.
Bertambahnya jumlah korban tewas itu, seperti dilansir AFP, Jumat (10/1/2025), diumumkan oleh kantor koroner Los Angeles County dalam pernyataan terbaru pada Kamis (9/1) waktu setempat.
“Departemen Pemeriksa Medis menerima pemberitahuan untuk 10 kematian terkait kebakaran hingga pukul 21.00 waktu setempat, pada 9 Januari,” demikian pernyataan kantor koroner Los Angeles County.
“Semua kasus saat ini menunggu identifikasi dan pemberitahuan kepada keluarga terdekat yang sah,” imbuh pernyataan tersebut.
Kebakaran hutan yang menyelimuti Los Angeles telah memicu kehancuran dan memaksa ribuan orang mengungsi dari rumah-rumah mereka. Operasi pemadaman secara luas terus berlangsung hingga malam hari, yang didukung oleh sejumlah helikopter yang menyiramkan air dalam jumlah besar ke area terdampak.
Hembusan angin yang untuk sementara agak tenang turut memuluskan upaya pemadaman tersebut, meskipun titik-titik api baru terus bermunculan di area lainnya.
Dengan laporan aksi penjarahan yang marak, Sherif Los Angeles County Robert Luna mengatakan bahwa pemberlakuan jam malam sedang direncanakan, dan Garda Nasional negara bagian California siap berpatroli di area-area terdampak.
-

Harga Emas Antam Hari Ini, 10 Januari 2025: Naik Drastis Rp9.000, Jadi Rp1.555.000 per Gram – Halaman all
Harga emas hari ini, Jumat (10/1/2025), naik jadi Rp1.555.000 per gram-nya. Simak rincian harga emas per gram berikut ini.
Tayang: Jumat, 10 Januari 2025 14:34 WIB
Tribunnews/JEPRIMA
Emas Antam – Harga emas hari ini, Jumat (10/1/2025), naik jadi Rp1.555.000 per gram-nya. Simak rincian harga emas per gram berikut ini.
TRIBUNNEWS.COM – Harga emas Antam hari ini, Jumat (10/1/2025), adalah Rp1.555.000 per gram.
Dikutip dari logammulia.com, harga emas Antam saat ini berubah dan mengalami kenaikan drastis dari harga sebelumnya, sebanyak Rp9.000 per gram.
Harga buyback emas hari ini juga mengalami perubahan, naik di level Rp1.402.000 per gram.
Harga buyback emas Antam adalah harga yang didapatkan ketika pemegang emas Antam ingin menjualnya.
Perlu diketahui, perhitungan harga emas tersebut berlaku di kantor pelayanan Antam Pulo Gadung, Jakarta.
Gerai penjualan emas Antam lainnya bisa jadi mematok harga berbeda.
Update harga emas pada hari ini, Jumat (10/1/2025), dalam berbagai pecahan:
Harga emas batangan 0,5 gram: Rp827.500
Harga emas batangan 1 gram: Rp1.555.000
Harga emas batangan 2 gram: Rp3.050.000
Harga emas batangan 3 gram: Rp4.550.000
Harga emas batangan 5 gram: Rp7.550.000
Harga emas batangan 10 gram: Rp15.045.000
Harga emas batangan 25 gram: Rp37.487.000
Harga emas batangan 50 gram: Rp74.895.000
Harga emas batangan 100 gram: Rp149.712.000
Harga emas batangan 250 gram: Rp374.015.000
Harga emas batangan 500 gram: Rp747.820.000
Harga emas batangan 1.000 gram: Rp1.495.600.000*Harga emas menurut laman logammulia.com, dapat berubah sewaktu-waktu.
(Tribunnews.com/Oktavia WW)
“);
$(“#latestul”).append(“”);
$(“.loading”).show();
var newlast = getLast;
$.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’4′,img:’thumb2′}, function(data) {
$.each(data.posts, function(key, val) {
if(val.title){
newlast = newlast + 1;
if(val.video) {
var vthumb = “”;
var vtitle = ” “;
}
else
{
var vthumb = “”;
var vtitle = “”;
}
if(val.thumb) {
var img = “”+vthumb+””;
var milatest = “mr140”;
}
else {
var img = “”;
var milatest = “”;
}
if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
else subtitle=””;
if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
else cat=””;$(“#latestul”).append(“”+img+””);
}
else{
$(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
$(“#test3”).val(“Done”);
return false;
}
});
$(“.loading”).remove();
});
}
else if (getLast > 150) {
if ($(“#ltldmr”).length == 0){
$(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
}
}
}
});
});function loadmore(){
if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
$(“#latestul”).append(“”);
$(“.loading”).show();
var newlast = getLast ;
if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
newlast=0;
$.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
$.each(data.posts, function(key, val) {
if(val.title){
newlast = newlast + 1;
if(val.video) {
var vthumb = “”;
var vtitle = ” “;
}
else
{
var vthumb = “”;
var vtitle = “”;
}
if(val.thumb) {
var img = “”+vthumb+””;
var milatest = “mr140”;
}
else {
var img = “”;
var milatest = “”;
}
if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
else subtitle=””;
if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
else cat=””;
$(“#latestul”).append(“”+img+””);
}else{
return false;
}
});
$(“.loading”).remove();
});
}
else{
$.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
$.each(data.posts, function(key, val) {
if(val.title){
newlast = newlast+1;
if(val.video) {
var vthumb = “”;
var vtitle = ” “;
}
else
{
var vthumb = “”;
var vtitle = “”;
}
if(val.thumb) {
var img = “”+vthumb+””;
var milatest = “mr140”;
}
else {
var img = “”;
var milatest = “”;
}
if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
else subtitle=””;$(“#latestul”).append(“”+img+””);
}else{
return false;
}
});
$(“.loading”).remove();
});
}
}Berita Terkini


